Antusiasme Tinggi Peserta Kawah Kepemimpinan Pelajar Saat Berdialog dengan Mendikbud  19 November 2015  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Kedatangan 1.175 pelajar peserta Kawah Kepemimpinan Pelajar (KKP) di Kantor Kemendikbud pada Rabu siang, (18/11/2015), diterima dengan baik oleh Mendikbud Anies Baswedan dan jajarannya. Pertemuan Mendikbud dengan para pengurus OSIS SMP, SMA dan SMK dari 34 provinsi itu berlangsung sangat meriah di kantor Kemendikbud, Jakarta. Setiap kali Mendikbud membuka sesi tanya-jawab, ratusan tangan para calon pemimpin itu terangkat untuk mengajukan pertanyaan mereka.
 
Pertanyaan yang diajukan para peserta KKP tahun 2015 itu sangat beragam dan berbobot. Mulai dari yang sesuai dengan tema, yaitu kepemimpinan, hingga pertanyaan tentang implementasi Kurikulum 2013. Di sinilah terlihat potensi dan kapasitas mereka, bahwa mereka benar-benar yang terpilih dari sekolah untuk mewakili kabupaten/kota di wilayahnya masing-masing untuk mengikuti kegiatan Kawah Kepemimpinan Pelajar ini.
 
Saat memberikan sambutannya, Mendikbud meminta para peserta untuk tidak hanya berprestasi di dalam kelas, melainkan juga di luar kelas. Ia mengimbau agar para pelajar tidak takut untuk memiliki banyak kegiatan di luar kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Karena pada kenyataannya, kata Mendikbud, dalam kehidupan ini seseorang harus bermain peran ganda, bahkan multiple.
 
"Sampaikan ke orang tua kalian.
Kita membutuhkan orang-orang di masa depan yang memainkan peran yang tidak sama. Kenapa kita hanya memilih untuk menjadi siswa saja? Dalam kenyataannya, kita tidak hanya memerankan satu peranan," ujar Mendikbud.
 
Kemudian muncul pertanyaan dari seorang siswa, bagaimana mengatur waktu dalam memainkan berbagai peranan itu? Mendikbud menjawab, hal itu bisa dilakukan dengan melatih diri secara bertahap sejak dini. Misalnya bisa dimulai dengan belajar membagi waktu antara belajar di sekolah dengan berorganisasi. "Jangan sampai aktif di sana-sini tapi akademiknya jeblok," kata Mendikbud.
 
Kemudian ada juga Rifqy, pelajar asal Surabaya, yang menceritakan pengalamannya membaca buku Mendikbud Anies Baswedan berjudul Merawat Tenun Kebangsaan, namun ia tidak mengerti maksudnya. Mendikbud mengatakan, Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Dan setiap individu dari tiap suku bangsa itu harus mampu merajut tenun kebangsaan sehingga Indonesia dapat kuat menjadi satu bangsa.
 
"Tenun itu indah, tapi kalau sobek susah diperbaiki. Karena itu kita harus merawatnya, salah satunya dengan cara saling menghormati," tutur Mendikbud.
 
Sekitar dua jam lebih lamanya Mendikbud berdialog dengan para peserta Kawah Kepemimpinan Indonesia. Tidak semua anak mendapat kesempatan bertanya karena waktu yang terbatas. Hajrin, misalnya, siswa kelas VIII SMPN 1 Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, sangat menyayangkan dirinya belum mendapatkan kesempatan bertanya kepada Mendikbud. Ditemui usai pertemuan berakhir, Hajrin optimis dia akan bisa mendapatkan hal-hal positif dalam keikutsertaannya di Kawah Kepemimpinan Pelajar. Ia juga akan menyampaikan materi-materi dan hal lain tentang kepemimpinan yang diterimanya selama kegiatan kepada teman-temannya di daerah asal. (Desliana Maulipaksi)

Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 1476 kali