Iqbal, Juri Muda OSN 2019 yang Bayar Balik ke Negara  03 Juli 2019  ← Back



Manado, Kemendikbud --- Ada yang menarik di bidang lomba Geografi pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) tahun ini. Sesosok mahasiswa yang terbilang masih berusia muda sudah bergabung menjadi tim juri OSN 2019. Adalah Iqbal Hakim, mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Planologi semester 5, yang menjadi juri muda di OSN 2019 untuk bidang lomba Geografi jenjang SMA. Selain itu, Iqbal juga aktif menjadi pembina dalam pelatihan nasional (pelatnas) bagi peserta olimpiade geografi internasional. Semuanya itu dilakukannya untuk membayar balik kepada negara yang telah memfasilitasinya ikut serta dalam olimpiade geografi internasional atau International Geography Olympiad (IGeO). Iqbal juga menerima beasiswa kuliah S1 melalui jalur undangan, tanpa harus mengikuti seleksi tertulis.

"Saya merasa terbantu oleh negara.  Maka saya pun harus membantu negara kembali sebagai wujud rasa terima kasih saya. Selain itu saya juga bisa membantu generasi baru di bidang geografi," tutur Iqbal saat menjelaskan mengapa mau menjadi asisten pelatnas dan juri OSN.

Saat ini Iqbal bisa menjadi juri OSN bidang Geografi karena pengalamannya yang telah mengikuti kompetisi internasional dan menjadi asisten dalam pelatnas. Biasanya, alumni olimpiade sains internasional akan diminta bantuannya untuk menjadi asisten pelatnas di tahun berikutnya. Kemudian jika penilaiannya baik, maka selanjutnya dapat direkrut menjadi juri OSN.

Saat SMA, Iqbal pernah menjadi peserta OSN bidang Geografi tahun 2016 di Palembang, dan berhasil meraih medali perak. Ia pun terpilih untuk mengikuti lomba Geografi tingkat internasional (IGeO) di Serbia pada tahun 2017. “Alhamdulillah, saya mendapatkan medali emas saat pertandingan internasional tersebut," ujar lulusan SMA Lab School Kebayoran itu.

Menurut Iqbal, teknik belajar yang diterapkan dalam bidang geografi tidak dapat dipelajari sekaligus karena cakupan bidang geografi sangat luas dan beririsan dengan bidang lainnya seperti fisika dan matematika.

Ia pun memiliki teknik belajar khusus saat belajar untuk menghadapi olimpiade. "Belajar geografi tidak bisa dengan sistem kebut semalam. Harus dipelajari satu-persatu secara mendalam setiap minggunya, dan ketika akhir bulan langsung dapat di-review secara menyeluruh," ujar Iqbal saat ditemui di SMK Negeri 1 Manado, Selasa (2/7/2019).

Pria yang lahir di Tangerang pada 2 Februari 1999 itu menuturkan, soal-soal olimpiade bidang geografi kebanyakan berupa hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang diterapkan dalam bentuk teori. Sebagai siswa pencinta alam, ketertarikan Iqbal di  bidang geografi dimulai ketika ia naik gunung saat masih SMA. Di gunung, ia menemui hal-hal yang dipelajarinya di sekolah tentang geografi.

“Sangat menyenangkan naik gunung sambil belajar geografi. Banyak ilmu yang terpakai selama di sekolah. Jadi jika mau menjadi ahli geografi, tidak boleh hanya di kelas saja, harus terjun langsung ke alam karena geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar," ujar mahasiswa ITB jurusan Perencanaan Wilayah Kota atau Planologi itu.

Menurut Iqbal, salah satu kelemahan anak-anak Indonesia dalam olimpiade geografi ada pada ujian praktik di lapangan. Selain logika berpikir dan pengetahuan tentang geografi, peserta olimpiade harus memiliki fisik yang kuat karena harus terjun langsung ke lapangan dengan kondisi wilayah yang berbeda-beda. Dengan menaikkan standar bidang geografi khususnya potensi di lapangan, Iqbal berharap Indonesia mampu terus bersaing dengan negara-negara lain di kancah internasional. (Ardanari Christy Bunga Miranda/Desliana Maulipaksi)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3014 kali