KBRI Washington, D.C. Terus Dorong Generasi Muda Kuasai Bahasa Inggris Lewat TESOL  05 November 2021  ← Back



Washington, D.C., 5 November 2021 --- Keahlian berbahasa Inggris menjadi suatu kebutuhan yang tak terelakkan di masa revolusi industri menuju 5.0 dan digitalisasi semua sektor secara global. Selain itu, Bahasa Inggris juga membuka banyak pintu kesempatan pendidikan, pelatihan, dan pekerjaan yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia unggul, suatu misi yang terus diupayakan Pemerintah Indonesia.
 
Hal ini dinyatakan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Republik Indonesia, Popy Rufaidah, yang juga merupakan seorang akademisi. Atdikbud Popy menjelaskan, KBRI Washington D.C. mendukung penuh Merdeka Belajar – Kampus Merdeka untuk terus mendorong generasi muda Indonesia menuntut ilmu, termasuk ke Amerika Serikat.
 
“Kesuksesan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka perlu didukung lewat kerja sama perguruan tinggi di Amerika Serikat dan Indonesia pada bidang pengajaran Bahasa Inggris,” ungkap Atdikbud Popy di Washington D.C., Jumat, (5/10). 
 
Diterangkan Popy, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington, D.C. melalui Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) kembali menggelar Bianka atau Bincang Karya, sebuah serial webinar edukatif yang diinisiasi Atdikbud dengan kolaborasi bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI).
 
Tema “Teaching English to Speakers of Other Languages” (Pengajaran Bahasa Inggris ke Penutur Bahasa Lain/ TESOL) diangkat pada Bianka ke-16 yang digelar secara daring, Selasa (26/10). Webinar TESOL ini bertujuan mendiskusikan riset
dengan beragam tema, menawarkan solusi alternatif, dan mendorong terciptanya kolaborasi bidang riset dan pendidikan antara Indonesia dan Amerika Serikat.
 
Direktur Beasiswa LPDP, Dwi Larso, yang hadir secara virtual dalam kegiatan ini, mendukung penuh Bianka Seri ke-16. “Saya harap, jumlah SDM bidang TESOL berkualitas tinggi dapat meningkat seiring dengan pentingnya penguasaan bahasa asing sebagai sarana bersosialisasi dan berbagi informasi di tingkat global,” terang Dwi.
 
“Bahasa adalah bagian penting dari hubungan manusia. Meskipun semua spesies memiliki cara berkomunikasi, manusia adalah satu-satunya yang menguasai komunikasi bahasa kognitif. Bahasa merupakan sarana berbagi ide, kekuatan, dan perasaan kita dengan orang lain,” tegas Dwi.
 
Ditambahkan Dwi, bahasa memiliki kekuatan membangun masyarakat, termasuk jiwa nasionalisme. “Menimbang pentingnya kemampuan berbahasa, khususnya bahasa Inggris, maka SDM dalam bidang bahasa perlu ditingkatkan,” ujar Dwi.
 
Senada dengan itu, Popy menilai, “TESOL merupakan bidang yang sangat penting, khususnya dalam melebarkan jangkauan kualitas sektor pendidikan seperti di Amerika. Maka kami sangat menunggu kolaborasi potensial antara Indonesia dan Amerika dalam bidang ini.”
 
Webinar kali ini dipandu Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Pendidikan Indonesia, Eri Kurniawan dan menghadirkan dua perwakilan kampus di Amerika, yakni Boston University dan University of Rochester. Hadir pula dua mahasiswa Indonesia, penerima beasiswa LPDP yang tengah menyelesaikan program magister mereka di dua kampus tersebut.
 
Perwakilan Boston University, Clinical Assisstant Professor of Language Education, Kim Kathy MinHye, memaparkan mata kuliah wajib dan pilihan dalam program TESOL di Boston University. Kim juga menjelaskan riset dalam program Pendidikan Bahasa di kampusnya, seperti riset tentang perbedaan individu dalam Pemerolehan Bahasa Kedua atau Second Language Acquisition (SLA), akses pemelajar bahasa Inggris Imigran ke jenjang pendidikan pasca sekolah menengah, serta riset tentang pemerolehan bahasa kedua atau SLA implisit.
 
“Bagi mereka yang tertarik dengan salah satu topik ini, ini menjadi kesempatan besar bagi kita untuk membicarakan tentang peluang kolaborasi atau peluang kerja sama yang mungkin bisa terjalin jika Anda datang ke Universitas Boston,” tutur Kim.
Kim juga menguraikan ragam kesempatan meneliti dan mengajar sebagai asisten yang dapat dilakukan para mahasiswa di Boston University serta kesempatan berkarier sebagai lulusan TESOL.
 
Disampaikan juga oleh Assistant Director International Advisor, Warner School of Education, University of Rochester, Evelyn J. Krist, seputar program-program yang ditawarkan kampusnya. “Kampus kami adalah universitas riset swasta terkemuka di Amerika Serikat. Riset-riset kami secara konsisten menempati urutan teratas dalam beberapa bidang seperti bidang teknik, medis, penelitian ilmu sosial, dan lain sebagainya,” terang Evelyn menyampaikan keunggulan kampusnya.
 
Evelyn juga menyambut baik pertanyaan seputar kemungkinan terjalinnya kerja sama pengembangan program TESOL dengan universitas di Indonesia. “Kerja sama bisa dimulai dengan berbagi riset, lalu dari departemen TESOL akan dapat mempelajari tentang program yang ada di Indonesia,” jawab Evelyn.
 
Dua Mahasiswa Indonesia juga hadir dalam kesempatan ini dan memaparkan riset mereka dalam bidang TESOL, yaitu Herawati Teapon, Kandidat Master Bidang TESOL di Wheelock College of Education & Human Development, Boston University dan Kristianus Erwin Gael, Kandidat Master of Science in TESOL, Warner School of Education, University of Rochester.
 
Herawati memaparkan pentingnya pengajaran bahasa Inggris kepada penutur bahasa (TESOL) di Indonesia. Penelitiannya berfokus pada peningkatan pembelajaran Bahasa Inggris di kawasan Indonesia Timur. Adanya ketimpangan pendidikan di wilayah Ternate, Maluku Utara dan “englishphobia” mendasarinya mengambil topik tersebut “Saya berharap untuk dapat membantu mengurai permasalahan yang ada,” tutur Herawati.
 
Dijelaskan Herawati, setidaknya ada empat solusi yang terkait pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia Timur. “Pertama, para guru harus membuat anak-anak tidak takut dengan Bahasa Inggris. Kedua, sebagai guru/dosen kita juga harus mampu menguasai berbagai cara dan latar belakang para siswa. Kita juga harus meyakinkan anak didik akan pentingnya Bahasa Inggris di masa yang akan datang, serta kita perlu membina guru-guru di daerah supaya mereka mampu menguasai teknologi dan perkembangan yang ada,” terang Herawati.  
 
Menurut Herawati, dari ragam tantangan yang ada, semuanya berpulang pada prinsip bahwa sebagai manusia, semua orang harus terus belajar. “Kita harus terus meningkatkan kemampuan kita supaya kita bisa mengajar banyak orang. Alhamdulillah LPDP membiayai pendidikan saya hingga sekarang. Dan ini salah satu cara menggapai impian bagi teman-teman,” terang Herawati.
 
Kristianus, pemapar kedua, menjelaskan tentang Mobile Assisted Language Learning (MALL) dalam pembelajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing (EFL). Kristianus mencoba berdiskusi mengenai penggunaan aplikasi seluler dalam pembelajaran bahasa Inggris.
 
Menurutnya, pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia memaksa sekolah menghentikan proses belajar mengajar tatap muka. “Hal ini membuat siswa tidak mendapat masukan Bahasa Inggris yang cukup. Padahal menurut ahli, siswa harus terus terekspos dengan bahasa target apabila ingin sukses dalam mempelajarinya,” terang Kristianus.
 
“Data menunjukkan bahwa sekitar 133% masyarakat Indonesia menggunakan internet. Saya berpikir bagaimana membuat Masyarakat Indonesia memanfaatkan penggunaan telepon seluler mereka tidak hanya untuk sekedar berselancar di dunia maya tapi juga untuk belajar bahasa Inggris,” tutur Kristianus.
 
Hasil penelitian Kristianus menunjukkan, aplikasi pesan singkat dan media sosial pada ponsel, seperti WhatsApp, Twitter, Facebook, dan lain-lain dapat meningkatkan kemampuan reseptif, produktif, tata bahasa, dan kosakata siswa.
 
Bianka Seri ke-16 ini direspon positif oleh audiens yang terdiri dari berbagai kalangan, baik mahasiswa maupun dosen di Indonesia. Sebagai informasi, rekaman siaran langsung webinar Bincang Karya (BIANKA) Seri-16 dapat diakses di laman resmi Facebook Atdikbud USA dengan tautan https://bit.ly/fb-watch-bianka16.*** (Atdikbud Washington D.C./ Lydia Agustina/ Seno Hartono)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 8938 kali