Bidang STEM Kian Tingkatkan Penalaran Kritis Siswa dan Pacu Minat Ajar Guru  18 April 2022  ← Back



Cimahi, Kemendikbudristek --- “Bagaimana sekiranya menahan panas supaya kacanya tidak pecah ya, apakah perlu menggunakan kaca anti peluru?,” tanya seorang siswa kelas VIII-A Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Nur Al Rahman yang bernama Jalu kepada rekan satu kelompoknya saat mengikuti siklus gerakan buka kelas (open class) mengenai tema efek rumah kaca (glass house).
 
Suasana dalam diskusi gerakan buka kelas tersebut sebagaimana diceritakan oleh pengamat (observer), Eni Nuraeni sontak membuat guru dan pengamat dalam sesi refleksi melepas tawa. “Hal ini membuktikan siswa tersebut dapat berpikir kritis serta pertanyaannya mengandung unsur Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM),” ungkap Eni yang merupakan dosen di Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) saat acara gerakan buka kelas (open class) di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Nur Al Rahman (14/4).
 
Siklus Gerakan Buka Kelas adalah bagian dari program implementasi pembelajaran STEM pada sekolah percontohan (nuclei school) sebagai rangkaian kegiatan dalam program STEM Education Leadership. Kegiatan tersebut adalah  program kerja sama Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (P4TK IPA), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan meriSTEM – Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Asosiasi Lesson Study Indonesia (ALSI) dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang dimulai sejak 2021-2023. Kerja sama tersebut terangkum dalam naungan Memorandum Saling Pengertian bidang pendidikan antara Indonesia dengan Singapura yang telah disepakati bersama pada September 2017.
 
Koordinator Nasional Program STEM Education Leadership, Arif Hidayat dari UPI menyatakan bahwa program bertujuan meningkatkan kompetensi dan relevansi guru dalam pembelajaran STEM untuk membentuk kepemimpinan belajar (learning leadership) serta kompetensi siswa abad ke-21 melalui komunitas belajar di nuclei school dan jejaringnya.
 
Sementara itu secara terpisah, Teo Tang Wee Kordinator meriSTEM dari NTU di Singapura menggarisbawahi ada sembilan konsultan dari meriSTEM yang bertugas memberikan umpan balik tentang integrasi STEM. Selain itu, pihaknya juga merekomendasikan praktik pedagogis yang efektif yang mendukung pelaksanaan pelajaran STEM berbasis masalah, solusi, dan pengguna sentris sepanjang empat siklus Buka Kelas.
 
Testimoni singkat disampaikan oleh seorang peserta STEM Education Leadership guru mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) SMPIT Nur Al Rahman, Guntur Dwi Wijaksono. “Seusai mengikuti siklus ke-1 dari program STEM Education Leadership, kami melihat beberapa siswa di kelas VIII-A mulai meningkat rasa percaya dirinya dan aktif dalam diskusi pembelajaran di kelas maupun pergaulan dengan rekan sebaya,” urai Guntur.
 
STEM Education Leadership telah menetapkan 20 sekolah di Kota/Kabupaten terpilih di Indonesia yang menjadi sekolah percontohan (nuclei school) dengan pendampingan fasilitator secara kolaboratif dari meriSTEM Singapore, Widyaiswara P4TK IPA dan Matematika, serta dosen dari ALSI melalui pola Gerakan Buka Kelas yaitu Desain – Buka Kelas – Refleksi – Redesain. 
 
Manfaat program pun turut direspon positif oleh seorang peserta yaitu guru Matematika SMP Kristen Eben Haezar 1 Manado, Glorya Marseli Ontah. “Saya ingin mengembangkan proyek STEM ke dalam pembelajaran intra serta berkolaborasi dengan guru mata pelajaran lainnya untuk menambah wawasan,” jelas Glorya yang juga merupakan seorang guru les.
 
Harapan untuk  dapat melaksanakan pembelajaran IPA dengan pendekatan STEM dengan memperhatikan karakteristik lingkungan sekitar sekolah turut disampaikan oleh seorang peserta STEM Education Leardership lainnya yakni guru mata pelajaran IPA Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) SMP Negeri 3 Batu Ampar, Kalimantan Selatan, Muhammad Ali Ridho.
 
“Kami ingin menyusun perangkat ajar berbasis STEM yang melatihkan keterampilan abad ke-21 dengan guru-guru sejawat pengampu mata pelajaran IPA di sekolah,” pungkas Ali seraya berharap melalui program yang diikuti sekiranya mampu meningkatkan pemahamannya mengobservasi pembelajaran IPA. (Andrew Fangidae/Denty A.)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2667 kali