Kisah Inspiratif Kepala Sekolah dan Guru Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka  06 April 2022  ← Back



Jakarta, Kemendikbudristek – Salah satu agenda dalam acara Sapa GTK episode kedua yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Guru dan tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) adalah membahas praktik baik implementasi Kurikulum Merdeka dan platform Merdeka Mengajar pada Sekolah Pelaksana Program Sekolah Penggerak (PSP) Angkatan 1.

Sebagai perwakilan kepala sekolah dan guru, hadir Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Pontianak, Yuyun Yuniarti dan Guru SD Negeri 5 Rabangodu Utara, Erdin Putra Fajar yang merupakan perwakilan dari guru yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar di sekolahnya.

Yuyun Yuniarti yang sekolahnya merupakan pelaksana program Sekolah Penggerak menceritakan bahwa praktik baik utama yang mereka terapkan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di sekolah adalah budaya merefleksi dan berkolaborasi baik dengan guru dan orang tua. Refleksi menurutnya adalah upaya untuk melihat kekuatan yang ada di sekolah, termasuk pemberdayaan dari kekuatan tersebut serta upaya mengatasi kendala yang dihadapi oleh pendidik.

“Diawali dengan kegiatan merefleksi itu, kami dapat masukan dari Bapak/Ibu guru bagaimana untuk lebih bisa memahami paradigma pembelajaran yang baru dan juga asesmennya,” terang Yuyun di hadapan 4 ribu peserta yang hadir secara daring pekan lalu, (30/3).

Dari hasil refleksinya, Yuyun menginisiasi pelatihan yang diselenggarakan di sekolah (in-house training) bagi seluruh guru di sekolahnya. Hal ini bertujuan untuk lebih menekankan prinsip-prinsip pembelajaran dan asesmen. Kesempatan itu juga menjadi ajang bertukar pikiran dengan para guru tentang kriteria prinsip-prinsip pembelajaran berdiferensiasi.

“Strategi yang saya jalankan dalam membimbing guru dengan layanan Layanan Pembimbingan Pemantauan Kontrol dan Supervisi (LP2KS). Dengan strategi ini kami bisa memantau sejauh mana Bapak/Ibu guru merancang pembelajaran yang berdiferensiasi yang berpihak pada peserta didik. Pembimbingan itu dilakukan secara kelompok dan individual, dilanjutkan dengan pengawasan (controlling),” kata Yuyun yang sudah 11 tahun menjabat sebagai kepala sekolah.

Melalui tahapan pengawasan, ia dapat memeriksa sejauh mana kemampuan guru dalam mengembangkan modul ajar yang akan digunakan dalam pembelajaran, termasuk asesmen diagnostiknya. Dalam pengembangan modul ajar, Yuyun memberikan pemahaman dan pelatihan pada guru untuk memanfaatkan akun belajar.id. Mulai dari membimbing mereka satu persatu untuk mengunduh dan menggunakan aplikasi Merdeka Mengajar.

“Dari sini, mereka mencoba menggunakan seluruh fitur dalam aplikasi tersebut dan mereka diminta untuk memberikan testimoni. Saya katakan pada mereka bahwa tidak harus membuat sendiri perangkat ajar, banyak yang bisa dimanfaatkan dari platform Merdeka Mengajar. Boleh dipilih, mana yang sesuai, silakan diadopsi,” terangnya.

Berbeda dengan kisah sebelumnya, Guru SD Negeri 5 Rabangodu Utara, Erdin Putra Fajar mengaku awalnya ia belum begitu paham dengan model implementasi pembelajaran berdiferensiasi. Oleh karenanya, ia sempat ragu untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.  Namun, ia merasa terbantu dengan adanya platform Merdeka Mengajar.

“Saya sering berselancar di platform Merdeka Mengajar, saya menonton video-video inspiratif terkait pembelajaran berdiferensiasi dan modul ajar yang sudah disediakan. Dari sini, kemudian saya menggali lagi kemampuan saya untuk mendesain pembelajaran-pembelajaran yang bisa mengakomodir tiga karakteristik dari gaya belajar peserta didik,” terang Erdin.

Acara Sapa GTK episode kedua ini turut menghadirkan Dirjen GTK, Iwan Syahril; Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Anindito Aditomo; Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Zulfikri Anas; serta Tim Platform Merdeka Mengajar, Lasty Devira Kesdu.* (Esha/Denty A.)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2420 kali