Guru Vivi Ajarkan Siswa Buat Kertas Lakmus dari Kembang Sepatu  19 Agustus 2016  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Mengajar di pelosok daerah tidak semudah mengajar di kota, terutama daerah di mana kondisi ekonomi masyarakatnya penuh keterbatasan. Namun, kondisi keterbatasan itu tidak membuat semangat Vivi Wirni, peraih juara 1 Guru Berdedikasi Tingkat Nasional 2016, ikut terbatas. Bahkan, ia berhasil menciptakan sebuah inovasi pembelajaran, yaitu mengajarkan peserta didiknya membuat kertas lakmus sendiri dengan menggunakan kembang sepatu.

Vivi Wirni S.Si, atau akrab disapa Ibu Vivi, telah mengajar sebagai guru Kimia di SMA N 1 Siberut Utara Mentawai, Sumatera Barat. Daerah tempatnya mengajar itu termasuk ke dalam kategori daerah khusus. Kondisi ekonomi penduduknya bisa dibilang sangat terbatas. Peserta didiknya pun harus menempuh jarak puluhan kilometer untuk mencapai sekolah. Karakter anak-anak di Mentawai juga tentu berbeda dengan karakter anak-anak yang ada di daerah lain yang lebih maju. Karena itulah Vivi menerapkan metode pembelajaran yang khusus, sehingga dapat diterapkan dengan baik, dan sesuai dengan kondisi peserta didiknya.

"Pertama, saya tidak pernah langsung ke poin materi. Yang kedua, saya ciptakan pembelajaran yang menyenangkan," katanya usai menerima penghargaan sebagai Juara 1 Guru Berdedikasi di Daerah Khusus Tingkat Nasional, di Jakarta, Jumat malam (18/8/2016).

Dalam mengajar, Vivi selalu berusaha membuat inovasi pembelajaran yang menarik, sederhana, dan mengambil dari alam sekitar, sehingga tidak memerlukan usaha yang sulit. Salah satu inovasi pembelajaran yang ia ciptakan adalah mengajarkan peserta didiknya membuat kertas lakmus dari kembang sepatu. Kertas lakmus adalah suatu kertas dari bahan kimia yang akan berubah warna jika dicelupkan ke dalam larutan asam atau basa. Warna yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kadar pH dalam larutan yang ada.

Dalam proses pembuatan kertas lakmus, ada nilai-nilai pendidikan karakter yang ingin Vivi ajarkan kepada anak didiknya, yaitu mengajarkan sikap gigih dan penuh kesabaran. Kedua sikap itu diperlukan karena di dalam proses pembuatannya, dilakukan penumbukan kembang sepatu dengan keramik bekas yang berat dan berukuran besar. Wanita berusia 37 tahun itu juga mengajarkan murid-muridnya untuk menjual kertas lakmus hasil buatan mereka sendiri ke turis.

Sebagai guru, Vivi memiliki prinsip sendiri. "Prinsip saya adalah 'must to be a talented teacher',” ujar perempuan kelahiran Padang itu. Prinsip itulah yang menjadikan Vivi menjalankan profesinya sebagai guru dengan penuh dedikasi dan inovasi di daerah khusus.

Wanita berjilbab ini juga terus berupaya memahami kebutuhan peserta didiknya dalam kegiatan belajar mengajar. Jika penggemar klub sepak bola Liverpool memiliki lagu dan semboyan berjudul YNWA, singkatan You'll Never Walk Alone, maka Vivi pun memiliki semboyan khusus dalam memahami dan memenuhi kebutuhan siswanya. Ia menyebutnya WTLNW, atau singkatan dari "What They Need Lets Work". "Jika murid-murid membutuhkan sesuatu, maka kita harus bekerja melakukan sesuatu yang bermanfaat dengan kreatif.  Dari situlah mereka mendapatkan apa yang mereka butuhkan," tutur guru pengajar Kimia itu.

Kegigihan, kerja keras, serta dedikasi Vivi untuk siswa-siswanya di SMAN 1 Siberut Utara Mentawai membuatnya meraih penghargaan sebagai Juara 1 Guru Berdedikasi di Daerah Khusus Tingkat Nasional. Bersama ratusan guru lainnya dari berbagai daerah di tanah air, ia berkompetisi dalam ajang Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional 2016. Kompetisi tersebut diselenggarakan oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).  Kegiatan Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi itu sejalan dengan amanat Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 36, yang mencantumkan bahwa guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa dan/atau bertugas di daerah khusus berhak memperoleh penghargaan. (Zahara Audina/ Editor: Desliana Maulipaksi)

Sumber :

 


Penulis : Desliana Maulipaksi
Editor :
Dilihat 2275 kali