Museum Kebangkitan Nasional Lakukan Kajian Sejarah STOVIA di Belanda  08 Januari 2015  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Museum Kebangkitan Nasional menempati sebuah komplek bangunan bersejarah yang dibangun pada tahun 1899 di atas tanah seluas 15.742 m2. Bangunan tersebut pada awalnya diperuntukkan sebagai gedung sekolah dan asrama School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA), atau Sekolah Dokter Bumiputra. Tim Kajian Sejarah STOVIA dari Museum Kebangkitan Nasional melakukan kajian dengan menelusuri data primer sejarah STOVIA ke Belanda.

Latar belakang dilaksanakannya kajian sejarah STOVIA di Belanda adalah untuk menyusun landasan hukum kegiatan pengembalian bentuk dan fungsi Gedung STOVIA seperti pada tahun 1902. Pada tahun 2014 Museum Kebangkitan Nasional mulai melakukan rekonstruksi ruang audio-visual untuk dijadikan sebagai ruang laboratorium. Ruang-ruang lainnya seperti ruang anatomi, ruang pengajar, ruang dapur, dan ruang rekreasi secara bertahap akan dikembalikan ke bentuk semula. 

Museum Kebangkitan Nasional menelusuri data primer sejarah STOVIA hingga ke Belanda karena data-data primer tentang perkembangan Sekolah Dokter Djawa sampai menjadi STOVIA tidak diketemukan secara utuh di Arsip Nasional dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sebelum dilakukan kajian ini, Museum Kebangkitan Nasional telah melakukan penerjemahan buku Geneskundige STOVIA sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat mengenai sejarah Gedung STOVIA.

Tim Kajian Sejarah STOVIA terdiri dari empat orang, yaitu Isnudi sebagai penanggungjawab, Prof. Djoko Marihandono sebagai ketua tim, dan dua anggota; Sujiman dan Nur Khozin. Prof. Djoko Marihandono juga berperan sebagai narasumber sejarah (sejarawan), beserta Prof. Agus Aris Munandar dan Dr. Yudha Tangkilisan. 

Kajian Sejarah STOVIA dilaksanakan di Den Haag, Belanda, pada 5-12 Oktober 2014. Kemudian laporan kajian dirampungkan pada November 2014, dan baru dipublikasikan melalui webwww.kebudayaan.kemdikbud.go.id pada 7 Januari 2015. 

Di Belanda, kajian dilakukan di Perpustakaan Universitas Leiden. Di sana, tim kajian berhasil mendapatkan arsip tentang laporan kegiatan akademik STOVIA dalam bentuk mikro film sebanyak dua roll. Arsip-arsip tersebut digandakan dengan cara memindai, menggunakan fasilitas yang sudah tersedia dengan lengkap di perpustakaan tersebut. 

Tim juga mendatangi Kantor KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal en Volkenkunde), atau Lembaga Kerajaan Ilmu Bahasa, Negara dan Antropologi. KITLV menjadi salah satu tujuan utama karena lembaga ilmiah itulah yang mengundang tim kajian sejarah STOVIA untuk mempelajari arsip-arsip yang dimiliki mereka.

Selain itu, National Archieve Netherland (NAN) juga menjadi tujuan lokasi penelusuran data sejarah STOVIA. Penelusuran arsip dan dokumen sejarah STOVIA di NAN dilakukan secara komputerisasi. Komputer di NAN menyimpan daftar koleksi yang terdiri dari arsip dan dokumen lainnya seperti foto, buku dan jurnal. Di sini tim kajian berhasil mendapatkan arsip-arsip terkait sejarah STOVIA yang bisa dijadikan sebagai dasar untuk melakukan rekonstruksi bentuk dan fungsi bangunan di Museum Kebangkitan Nasional. Tim kajian juga berhasil menemukan dokumen berbentuk foto yang berhubungan dengan alat-alat praktik di STOVIA yang saat ini menjadi koleksi di Museum Kebangkitan Nasional. 

Dokumen-dokumen yang didapatkan dalam kegiatan kajian sejarah STOVIA tertulis dalam bahasa Belanda sehingga Museum Kebangkitan Nasional akan melakukan penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia. Diharapkan, selain untuk sumber kegiatan pengembalian bentuk dan fungsi gedung STOVIA seperti pada tahun 1902,  hasil kajian sejarah STOVIA ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

 (Desliana Maulipaksi/ Diolah dari Laporan Kajian Sejarah STOVIA, www.kebudayaan.kemdikbud.go.id )

 


Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 1501 kali