WCF II Diharapkan Jadi Puncak Ekspresi Budaya  12 Februari 2015  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- World Culture Forum (WCF) akan memasuki penyelenggaraan yang ke-2, setelah sebelumnya pertama kali diselenggarakan di Bali pada November 2013. Penyelenggaraan forum kebudayaan dunia ini diinisiasi oleh Indonesia melalui Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Mendikbud Anies Baswedan mengatakan, WCF II diharapkan bisa menjadi ajang puncak ekspresi budaya di forum internasional.

“Ini puncak keterlibatan masyarakat culture seluruh Indonesia,” ujar Anies saat rapat persiapan WCF di Gedung E Kemendikbud, Jakarta, (12/02/2015). Mendikbud berharap, WCF dapat dipersiapkan dengan baik dan dengan waktu yang cukup, sehingga tidak tergesa-gesa dalam persiapannya.

Dirjen Kebudayaan Kacung Marijan mengatakan saat ini Kemendikbud masih mempertimbangkan beberapa usulan waktu penyelenggaraan WCF II, salah satunya dari UNESCO.  UNESCO meminta agar penyelenggaraan dilaksanakan pada Desember 2015. Namun jika diselenggarakan pada akhir tahun akan beresiko karena tenggat akhir pertanggungjawaban keuangan dan administrasi negara juga berada di bulan Desember.

Kacung mengatakan, penyelenggaraan WCF memang melibatkan pertimbangan UNESCO, terutama dalam perumusan substansi, seperti topik dan subtopik, serta para pembicara internasional dalam simposium-simposium di WCF II nanti.

Dalam rapat tersebut hadir juga mantan Wamendikbud bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti, yang menekankan bahwa WCF merupakan forum internasional di mana Indonesia menjadi inisiatornya. “Golnya adalah policy level yang akan berimplikasi kepada negara-negara lain,” ujar Wiendu. Ia juga mengatakan, pemilihan keynote speaker juga harus dilakukan dengan cermat. “Keynote (speaker) harus punya star quality atau daya magnet,” katanya.

Selama kurun waktu 2014, persiapan WCF II antara lain telah menghasilkan tema utama dan subtema. Tema yang diangkat adalah “Culture: Conflict, Wisdom, and Harmony”. Sedangkan ada lima subtema yang telah ditentukan, salah satunya adalah “Local Wisdom and Peace Education”. (Desliana Maulipaksi)


Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 622 kali