Indonesia dan Program Pembelajaran Sepanjang Hayat  11 Maret 2015  ← Back

Nusa Dua, Kemendikbud --- Tidak hanya pendidikan formal, Indonesia juga memberi perhatian pada pendidikan nonformal dan informal sebagai bagian untuk meningkatkan daya saing bangsa. Dalam kaitannya dengan pembelajaran sepanjang hayat, Indonesia memiliki sejumlah program kebijakan peningkatan kapasitas masyarakat. Salah satunya melalui program pendidikan keaksaraan yang dikemas dalam berbagai bentuk pelatihan keterampilan kewirausahaan.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, Informal (PAUDNI), Ella Yulaelawati mengatakan, bentuk perhatian pemerintah Indonesia terhadap pentingnya tingkat melek huruf warga negaranya diperkuat melalui Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. “Anggaran yang dikucurkan untuk kebijakan ini cukup besar. Setelah beberapa tahun pelaksanaannya, program ini kemudian menjadi gerakan bersama masyarakat,” tuturnya.    

Ella menyampaikan hal tersebut dalam paparannya berjudul “Literasi untuk Kecakapan Hidup dan Kewirausahaan” pada forum Asia Europe Meeting (ASEM) for Lifelong Learning 2015, Selasa (11/3) di Nusa Dua, Bali. Program pendidikan keaksaraan yang dilakukan pemerintah itu banyak berkontribusi di antaranya untuk pemberantasan kemiskinan, peningkatan penghasilan masyarakat, kemampuan kewirausahaan, dan penguatan peran perempuan.

Dalam perjalanannya, kurikulum program literasi yang dilakukan pemerintah Indonesia, tidak hanya pada keaksaraan fungsional, tetapi berkembang dalam tahapan, dimulai dari keaksaraan dasar hingga keaksaraan usaha mandiri. Pada keaksaraan dasar, masyarakat dikenalkan pada tiga kemampuan aksara dasar, yaitu baca, tulis, hitung (calistung).

Setelah masyarakat mengenal aksara dasar yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Melek Aksara (Sukma), mereka masuk pada program usaha mandiri yang dilakukan secara berkelompok. “Dengan keaksaraan usaha mandiri, kemampuan aksara mereka terus digunakan, tidak ditinggalkan begitu saja setelah mereka mengenal keaksaraan dasar,” tambah Ella.  

Dengan kemampuan aksara dan keterampilan kewirausahaan yang dimiliki, masyarakat kemudian dapat meningkatkan kapasitas hidupnya. Pemerintah mengenalkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang dikelola bersama masyarakat untuk memfasilitasi warga di sekitarnya mengembangkan keterampilan, tanpa meninggalkan kemampuan aksara dasar. (Ratih Anbarini)

 


Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 4431 kali