Seluruh SMA Negeri di Surabaya Optimis Selenggarakan UN CBT  06 April 2015  ← Back

Surabaya, Kemendikbud --- Seluruh SMA negeri di Kota Surabaya yang berjumlah 22 sekolah, tahun ini akan menyelenggarakan ujian nasional (UN) berbasis komputer atau computer based test (CBT). Semangat untuk serentak menggunakan CBT dalam UN tahun ini terpacu setelah ke-22 kepala SMA ini berembuk dalam Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) tentang kemungkinan menggelar UN CBT di sekolah masing-masing.


Kepala SMA Negeri 2 Surabaya, Kasnoko mengatakan, ada semangat dari para kepala sekolah untuk mengedepankan kejujuran. Mereka percaya melalui CBT, kejujuran dapat dijunjung tinggi. "Dinas pendidikan juga mendorong hal ini, kalau bisa seluruhnya melaksanakan CBT mengapa tidak?" ujar Kasnoko di ruang kerjanya, Senin (6/4/2015).


Sejak ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara UN CBT, SMA yang berlokasi di Jalan Wijaya Kusuma ini terus mempersiapkan diri dengan memanfaatkan infrastruktur yang ada. "Kami memiliki tiga laboratorium komputer dengan jumlah komputer sebanyak 120 unit. Masing-masing kelas ada 40 unit, sehingga bisa digunakan untuk 341 siswa kelas XII di sekolah kami. Ketentuan 1 komputer untuk 3 siswa terpenuhi," tuturnya.


Kekurangan yang dimiliki sekolah adalah server dan genset. "Server yang kami punya belum memadai, lalu kami up grade. Sementara untuk genset, kami sewa," kata Kasnoko.


Persiapan tidak hanya pada infrastruktur, tetapi juga kesiapan siswa. Kasnoko mengaku, siswanya telah disosialisasi mengenai CBT sejak Desember tahun lalu. "Dulu itu kan sudah ada wacana untuk UN dengan komputer, makanya sejak awal kami sosialisasi, meskipun belum jelas apakah jadi diterapkan tahun ini atau tidak. Anak-anak sudah sangat familiar dengan komputer, secara psikologis mereka siap. Kami tetap menyiapkan mereka dengan latihan soal dan try out di ruang komputer," urainya.


Sementara itu, Kepala SMA Negeri 1 Surabaya, Johanes Mardijono menjelaskan, sebelumnya sekolahnya hanya memiliki 40 unit komputer yang ditempatkan di laboratorium komputer. Kekurangan diambil dari ruangan lain yang memiliki komputer, seperti perpustakaan, hingga ketentuan 1 komputer untuk 3 siswa dapat terpenuhi. "Ada tiga ruang yang kami gunakan untuk UN CBT, yaitu laboratorium komputer yang berisi 40 unit, dan dua ruangan lainnya menggunakan ruang kelas yang kami fungsikan sebagai ruang ujian CBT, masing-masing kapasitasnya 25 dan 21 orang," jelas Johanes.
Sosialisasi


Siswa sebagai pengguna UN CBT menjadi pihak pertama yang mendapat sosialisasi dari sekolah. Pihak sekolah meyakinkan bahwa UN CBT memiliki banyak keuntungan. Selain itu, menurut Johanes, menggunakan CBT berarti menghargai kemampuan siswa yang sudah sangat terbiasa menggunakan komputer.


Tidak hanya kepada siswa, sosialisasi juga dilakukan kepada orang tua murid. Kasnoko menyebut, pada awalnya orang tua khawatir, mengingat UN CBT belum diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia. Namun akhirnya para orang tua menyambut baik pelaksanaan ini. (Ratih Anbarini)


Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 642 kali