Tim Olimpiade Astronomi dan Astrofisika Indonesia Targetkan Peroleh Medali Emas  24 Juli 2015  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Berlaga di rumah sendiri dalam sebuah olimpiade internasional menjadi kesempatan bagi tuan rumah untuk menampilkan kemampuan terbaik. Demikian pula dalam olimpiade internasional astronomi dan astrofisika ke-9 yang akan dihelat di Magelang, Jawa Tengah pada 26 Juli-4 Agustus mendatang. Tim Indonesia yang menurunkan sepuluh siswa terbaik di bidang ini menargetkan akan memperoleh medali emas.
 
Disampaikan oleh tim akademik IOAA, Endang Soegiartini, yang juga seorang dosen dari Institut Teknologi Bandung (ITB), prestasi putra putri Indonesia di bidang astronomi dan astrofisika di kawasan Asia Tenggara tak perlu diragukan. Karena di Asia Tenggara, Indonesia adalah satu-satunya negara yang memiliki program studi astronomi. Sedangkan untuk level olimpiade, kata Endang, rata-rata perolehan medali oleh tim Indonesia adalah medali perak. “Untuk IOAA sendiri, saat pertama kali dilaksanakan di China kita sudah bisa merebut satu emas,” kata Endang dalam wawancara dengan Radio Sindo Trijaya FM di Kantor Kemendikbud, Jumat (24/07/2015) pagi.
 
Tahun 2015 ini adalah kali kedua Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan IOAA. Sebelumnya, di tahun 2008, Bandung pernah ditunjuk sebagai tuan rumah. Kala itu, Indonesia berhasil meraih empat emas sekaligus. Dan setelah perolehan tersebut, Indonesia selalu gagal untuk meraih emas hingga akhirnya di 2013 lalu, pada IOAA di Yunani medali tertinggi tersebut berhasil diperoleh kembali.
 
Dengan menjadi tuan rumah di tahun ini, besar harapan agar tim Indonesia bisa menyumbangkan medali emas. Terutama dari sisi observasi, langit yang diobservasi adalah langit yang sehari-hari dilihat dan diamati oleh para wakil dari Indonesia ini. “Harapannya sekarang kita sebagai tuan rumah bisa dapat emas lagi. Langit kita tidak aneh-aneh. Karena kalau negara di utara dan selatan bisa berbeda sekali,” kata Endang.
 
Ada tiga jenis lomba yang akan dijalani peserta di IOAA kali ini. Pertama adalah lomba teori, terdiri dari soal-soal isian singkat dan isian panjang. Kedua, observasi atau pengamatan yang akan dilakukan di pelataran Candi Borobudur. Dan yang ketiga adalah analisis data. Untuk lomba observasi, panitia menyiapkan 50 teleskop untuk digunakan oleh peserta. Karena total peserta mencapai 300 orang, maka peserta akan dibagi menjadi enam sift untuk penggunaan teleskop tersebut. Teleskop yang disiapkan ini adalah alternatif pertama, yaitu akan digunakan apabila langit dalam kondisi terang dan bisa diamati.
 
Alternatif kedua, Endang menjelaskan, adalah antisipasi jika langit tidak begitu terang sehingga sulit untuk diobservasi. Dalam kondisi ini, para peserta diminta untuk merakit teleskop sendiri. Teleskop buatan mereka ini nantinya akan dijadikan sebagai souvenir. Dan alternatif ketiga adalah observasi akan dilakukan di Planetarium. (Aline Rogeleonick)

Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 662 kali