Harry Truman Simanjuntak, 38 Tahun Mengabdi di Dunia Arkeologi   20 Agustus 2015  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Peneliti senior di bidang arkeologi pada Pusat Penelitian Arkelogi Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Harry Truman Simanjuntak, hari ini, Kamis (20/8/2015) menerima penghargaan ilmu pengetahuan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Penghargaan bergengsi di bidang ilmu pengetahuan LIPI Sarwono Award itu diberikan oleh Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain di Gedung LIPI, Jakarta.
 
Harry Truman Simanjuntak merupakan ilmuwan yang secara konsisten selama 38 tahun menekuni bidang arkeologi/prasejarah. Saat ini beliau bekerja di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
 
Truman, demikian pria berkacamata ini akrab disapa, lahir di Pematang Siantar pada 27 Agustus 1951. Ia adalah anak ke-7 dari 11 bersaudara dari pasangan Josia Simanjuntak dan Samaria Siahaan. Truman menghabiskan masa kecil dan remaja di sebuah kampung di pinggiran Kota Siantar.
 
Setelah lulus SMA pada 1970, ia menjadi mahasiswa Fakultas Hukum di Universitas Sumatera Utara, Medan atas arahan orangtuanya. Namun ia memutuskan untuk pindah di tahun pertamanya ke Yogyakarta karena merasa passion-nya adalah di bidang sejarah dan arkeologi. Akhirnya ketika kembali mengambil kuliah hukum di Universitas Atmajaya pada 1973, ia juga mendaftarkan diri di jurusan arkeologi Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada.
 
Truman merangkap kuliah hingga menyelesaikan sarjana muda hukum. Setelah itu ia memilih konsentrasi di bidang arkeologi hingga menyelesaikan pendidikan arkeologinya pada tahun 1979. Truman menerima banyak tawaran pekerjaan arkeologi di akhir 1970-an, seperti pemugaran Candi Borobudur serta menjadi pengajar.
 
Ia kemudian bekerja di Balai Arkeologi Yogyakarta atas tawaran Prof. Dr. Panji Sujono yang merupakan ahli prasejarah sekaligus Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Pada tahun 1986 ia mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi di Institut de Paleontologie Humaine, Paris, Perancis. Di institut ini, Truman mendapatkan gelar masternya pada tahun 1987, kemudian menyelesaikan pendidikan doktor di institut yang sama pada 1991.
 
Truman menikah pada 1982 dengan Rohana Yuliati dan dikaruniai dua anak bernama Ruth Simanjuntak dan Levi Simanjuntak. Atas pengabdian terhadap bangsa dan negara, Truman berturut-turut mendapat penghargaan tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya 10 Tahun pada 1997, Satyalancana Karya Satya 20 Tahun pada 2006, dan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun pada 2014.
 
Truman terlibat pada banyak penelitian tentang dunia prasejarah. Sejumlah hasil penelitiannya terkait penelusuran prasejarah Indonesia, seperti penelitian Hominid/Palaeolitik di Jawa, Sumatera, Kalimatan, Sumba, dan Maluku; penelitian kehidupan kala Plestosen akhir hingga Holosen awal; penelitian budaya neolitik; dan penelitian budaya Megalitik/Paleometalik di sejumlah situs di tanah air. Penelitian-penelitian tersebut menjadi sumber rujukan nasional dan internasional.
 
Hasil riset dan petualangan arkeologinya ke seluruh penjuru Indonesia telah mengungkap betapa Indonesia adalah kawasan yang sangat penting untuk mengetahui evolusi manusia dan budaya. Tidak banyak wilayah di dunia bisa menghidupi manusia sejak masa begitu tua, karena temuan-temuan Homo erectus tidak banyak di dunia ini. Hanya ada di beberapa tempat, salah satunya adalah Indonesia.
Seperti diungkapkannya sendiri dalam sambutan usai menerima penghargaan, Truman telah tertarik dengan bidang arkeologi sejak di bangku Sekolah Rakyat. “Ketika itu, ibu guru saya mengatakan “Borobudur sebuah candi yang sangat besar dan megah. Jika kalian rajin belajar, suatu saat pasti dapat mengunjungi sekaligus mengagumi keindahannya.” Kata-kata itu sederhana, tetapi telah memotivasi saya untuk tertarik pada arkeologi,” tuturnya.
 
Menurut Kepala LIPI, Iskandar, bagi Truman, mengungkap siapa manusia nusantara masa lalu dan misteri kehidupan mereka sangatlah menarik. Berpuluh tahun kemudian, mimpi Truman tidak pernah berhenti. Kini lebih dari 150 karya tulis telah dipublikasikan dalam bentuk artikel, monografi, prosiding, makalah, dan lain-lain.
 
“Beliau pun dinobatkan sebagai professor riset dengan orasi pengukuhan “Pluralisme dan Multikurturalisme dalam Prasejarah Indonesia” pada 2006 silam. Dedikasi, kontribusi, dan produktivitas publikasi ilmiahnya di berbagai jurnal internasional menjadikan Prof. Truman menjadi peneliti berkelas dunia dan dapat menjadi inspirasi bagi dunia penelitian serta sivitas peneliti untuk secara sungguh-sungguh fokus dan mengembangkan kepakarannya,” jelas Iskandar.
 
Bagi Truman, penghargaan yang diterimanya ini justru menjadi introspeksi sekaligus memotivasi dirinya untuk berbuat lagi bagi bangsa ini. “Penghargaan LIPI Sarwono merupakan penghargaan yang sangat terhormat, mengingat kita ketahui bersama Prof. Sarwono seorang tokoh yang memiliki visi yang besar dalam mempersatukan berbagai bidang keilmuwan di dalam satu institusi. Tentu sifat yang sudah dipraktikkan Prof. Sarwono itu menjadi acuan bagi para peneliti di masa sekarang, bahwa penelitian tidak bisa berdiri sendiri, perlu kerja sama dan berinteraksi dengan keahlian-keahlian lain,” katanya. (Ratih Anbarini/dari berbagai sumber)
 

Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 3701 kali