Wot Batu Refleksikan Waktu dan Hilangkan Keangkuhan  06 September 2015  ← Back

Bandung, Kemendikbud --- Wot Batu merupakan sebuah galeri seni batu mahakarya maestro seni Indonesia, Sunaryo. Wot Batu diambil dari Bahasa Sunda yang berarti jembatan batu. Sunaryo rela menghabiskan waktu kurang lebih 15 tahun sejak tahun 2000 untuk proyek mahakarya ini. Material batu yang menjadi karyanya itu diambil dari berbagai daerah di tanah Sunda (Jawa Barat dan Banten) atau yang dikenal dengan plat Sunda.
 
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, berkesempatan meresmikan Wot Batu karya seniman Sunaryo tersebut kemarin. 
"Selamat pak Naryo, tidak banyak seniman di Indonesia yang berpikir tentang karya yang hitungan waktunya infinite (tidak terbatas,-)," katanya saat memberikan sambutan pada acara Peresmian Proyek Wot Batu di Bandung, Jawa Barat, Jumat (4/9/2015).
 
Mendikbud mengungkapkan, saat memasuki Wot Batu yang berupa lorong sempit maka seakan-akan kita dipaksa untuk merasakan fungsi waktu ketika akan melihat karya-karya bermaterial batu itu. Di salah satu ujung Wot Batu, kata dia, kita akan melihat salah satu karya batu bersusun yang menyerupai kata 'altitud', jika kata tersebut disempurnakan dalam Bahasa Inggris akan menjadi 'altitude' yang berarti ketinggian. "Apa yang dikerjakan di sini mengantarkan bangsa kita untuk menyadari tentang panjangnya durasi waktu untuk setiap karya," ujarnya.
 
Mendikbud menjelaskan, umur bangsa Indonesia kemungkinan besar akan melampaui umur manusia Indonesia yang hidup saat ini dan seringkali cara pandang manusia pun sebatas umur manusia saja. Cara membuat karya, kata dia, harus bisa melampaui usia manusia namun cara pandang ini jarang dijumpai pada manusia Indonesia yang akhir-akhir ini ingin serba cepat merasakan hasil dan manfaat atas sebuah karya tetapi tidak terpikirkan manfaat karya tersebut bagi generasi berikutnya. "Pak Sunaryo datang dan mengingatkan kita semua berpikirlah jangka panjang. Ini pesan penting untuk bangsa kita," tuturnya.
 
Mendikbud menyebutkan, terdapat sebuah lorong menurun di Wot Batu untuk dapat melihat hasil karya seni batu di tempat tersebut. Jika direfleksikan, kata dia, ini mengirimkan pesan kepada para pengunjung bahwa manusia itu kecil sekali jika dibandingkan dengan alam semesta ini. "Ini adalah tempat dimana kita harus menyadari kekecilan atas kita. Hari ini republik kita sedang penuh dengan keangkuhan dan Sunaryo mengirimkan pesan hilangkan keangkuhan itu," ucapnya.
 
Pada kesempatan yang sama, Sunaryo mengatakan, proyek Wot Batu ini terinspirasi dari sepasang lempengan material batu dimana satu lempengan batu adalah pemberian sahabatnya di Swedia dan lempengan batu lainnya merupakan pemberian mertua dari anak pertamanya yang berada di Bandung. "Ini sesuatu yang tak terduga, terjadi pengalaman tiga tahun saya belajar menghayati kemauan batu, secara langsung saya belajar hakekat harmoni semesta," katanya. (Agi Bahari)

Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 857 kali