Festival Budaya Melanesia Dibuka  28 Oktober 2015  ← Back

Kupang, Kemendikbud --- Festival Budaya Melanesia yang diselenggarakan untuk pertama kalinya dibuka secara resmi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, Rabu (28/10). Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan budaya negara-negara yang memiliki ras Melanesia yang berlangsung sejak 26-30 Oktober 2015.
 
Tahun ini tema yang diangkat adalah “Celebrating the Cultural Diversity of the Melanesian World” atau “Merayakan Keragaman Budaya Dunia Melanesia”. Selain Indonesia, ada lima negara lain yang memiliki ras Melanesia hadir untuk berpartisipasi dalam festival budaya tersebut, yaitu Fiji, Papua Nugini, Timor Leste, New Caledonia, dan Solomon Island. Perwakilan delegasi dari masing-masing negara yang diundang itu menyampaikan informasi singkat mengenai negaranya dan testimoninya mengenai kegiatan ini.
 
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kacung Marijan mengatakan, Festival Budaya Melanesia merupakan sebuah forum bagi masyarakat yang mempunyai pengaruh budaya Melanesia untuk saling bertukar pengetahuan, tradisi, dan budaya. Harapannya, melalui forum ini dapat meningkatkan saling pengertian, pemahaman, dan solidaritas di kawasan Melanesia. 
 
“Festival dihadiri oleh para pemangku kepentingan di bidang kebudayaan, pembicara ternama pada konferensi, cendikiawan, seniman, dan praktisi dari Indonesia dan lima negara yang hadir pada acara ini. Peserta dari Indonesia yang mewakili budaya Melanesia yaitu NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Total peserta yang hadir sekitar 370 orang,” jelas Kacung dalam laporannya.
 
Ia yakin dengan kehadiran ratusan delegasi dari negara-negara peserta festival dapat membawa dampak yang besar dalam memperkuat solidaritas dan juga mempromosikan budaya Melanesia pada tataran global. Selama lima penyelenggaraannya, festival ini diisi dengan konferensi, pertunjukan kesenian, pameran budaya, dan penayangan film yang bercerita mengenai kehidupan ras Melanesia.
 
Indonesia memutar beberapa film selama festival berlangsung, di antaranya “Cahaya dari Timur” dan “Atambua 30 Derajat Celsius”. Selain itu akan diputar pula film dari negara Fiji dan New Caledonia.
 
Untuk pameran sendiri, tema yang diangkat “Spirit of Melanesia” yang menceritakan bagaimana ruh budaya Melanesia menyebar hingga ke Nusa Tenggara Timur. Pameran yang berlangsung di Museum Nusa Tenggara Timur ini bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat terutama peserta festival bahwa ras dan budaya Melanesia saling berhubungan dan menyebar sampai ke wilayah timur Indonesia. Selain itu, pemeran ini juga bertujuan menumbuhkan rasa persaudaraan dan saling pengertian serta menerima perbedaan. Konten pameran meliputi alam, lingkungan arsitektur, ritual, pakaian dan perhiasan, makanan, kerajinan, dan maritim.
 
Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan menuturkan, budaya selalu mengambil peran besar dalam kehidupan setiap manusia dan membawa pengaruh yang besar pula. Kerja sama kebudayaan antar negara selalu memiliki konsekuensi terhadap kerja sama di bidang ekonomi, sosial, pendidikan, dan lain-lain. “Dengan adanya pertemuan ini, kita berharap, generasi berikut kita akan memiliki kesadaran bahwa latar belakang boleh berbeda, tetapi kesamaan cita-cita harus membuat kita bersatu bersama-sama,” tuturnya. (Ratih Anbarini)

Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 1080 kali