Mendikbud: Mari Rayakan Kebhinekaan antar Masyarakat Ras Melanesia   29 Oktober 2015  ← Back

Kupang, Kemendikbud --- Jalur yang paling memungkinkan untuk menyatukan keberagaman suatu bangsa adalah melalui budaya. Kerja sama kebudayaan antar negara sering kali membawa konsekuensi pada kerja sama di bidang lainnya, seperti ekonomi, pendidikan, dan lain-lain. Festival Budaya Melanesia menyadarkan seluruh pihak bahwa meski latar belakang dan garis darah berbeda, namun kesamaan cita-cita menjadikan persatuan antar negara-negara yang memiliki ras Melanesia terbangun.
 
Demikian diungkapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan saat membuka Festival Budaya Melanesia di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (28/10). “Di sini kita melihat bahwa budaya memang mengambil peran besar. Dengan adanya pertemuan ini kita berharap, generasi muda kita akan memiliki kesadaran bahwa latar belakang dan garis darah boleh berbeda, tetapi kesamaan cita-cita membuat kita harus selalu bersatu bersama-sama. Itu pesan yang harus kita kirim kepada anak-anak muda kita,” tuturnya di hadapan sekitar 370 peserta yang berasal dari enam negara yang memiliki ras Melanesia. Negara yang bergabung dalam festival tahun ini adalah Indonesia, Fiji, Papua Nugini, Solomon Island, Timor Leste, dan New Caledonia.
 
Mendikbud berharap, melalui festival ini, budaya yang dimiliki ras Melanesia dapat senantiasa dirawat, dilestarikan, dan dikembangkan. Ini menjadi kesempatan yang baik bagi seluruh negara ras Melanesia mengembangkan strategi bersama dalam merawat, melestarikan, dan mengembangkan budaya itu.
 
Harapan lain yang diungkapkan Mendikbud adalah munculnya kerja sama, kolaborasi, dan interaksi yang lebih banyak melalui kegiatan ini. Menurutnya, dengan interaksi yang baik melalui aktivitas kebudayaan maka hubungan langsung dengan negara yang bersangkutan akan terbangun pula dengan baik. “Pertemuan pertama ini menjadi tanggung jawab kita untuk meneruskannya dengan pertemuan-pertemuan berikutnya. Bila ini dilakukan secara berkala dan teratur, saya percaya efek jangka panjangnya akan menjadi luar biasa bagi pereratan masyarakat Melanesia di Pasifik Selatan ini,” ungkapnya.
 
Peluncuran Buku
 
Usai menyampaikan sambutan, Mendikbud meluncurkan buku berjudul “Diaspora Melanesia di Nusantara” yang ditandai dengan penandatangan sampul. Mendikbud menyatakan, melalui buku ini diharapkan pemahaman tentang betapa Melanesia merupakan bagian dari Indonesia, demikian pula sebaliknya. Melalui buku-buku semacam ini, Mendikbud berharap jangan sampai berbicara mengenai kebudayaan dibatasi oleh pembagian pengelolaan pemerintahan sebuah negara atau provinsi.
 
“Karena sebenarnya kebhinekaan itu sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan baru beberapa tahun ini dibagi berdasarkan pengelolaan administasi pemerintahan. Nah, kita ingin menumbuhkan kesadaran itu melalui buku-buku dan harapannya kemudian kerja sama kebudayaan bisa kita bangun. Bila kerja sama kebudayaan ini menimbulkan interaksi yang lebih jauh, maka efeknya pada kesejahteraan dan kedamaian,” tuturnya.
 
Buku ini berisi kajian keilmuan tentang populasi dan kebudayaan Melanesia. Ditulis oleh para ilmuwan terkemuka di bidang arkeologi, geologi, genetika, antropologi, sejarah, dan linguistik. Buku ini disajikan dalam sembilan bab yang terbagi mulai dari pembentukan kepulauan nusantara, persebaran penduduk Melanesia dan Austronesia dan awal kehidupan Melanesia, hingga perspektif Melanesia dalam konteks ke-Indonesia-an. (Ratih Anbarini)

Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 651 kali