Ini Inovasi Pelajari Aksara Jawa Jadi Lebih Mudah  25 November 2015  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Pemerintah Jawa Timur menetapkan aksara Jawa menjadi mata pelajaran muatan lokal yang wajib diajarkan di sekolah-sekolah. Pelajaran ini diberikan sejak kelas 3 SD. Logikanya, saat duduk di kelas 7, seharusnya siswa telah mahir menulis dan membaca aksara Jawa. Kenyataannya tidak demikian.

“Pengetahuan anak-anak terhadap aksara Jawa seperti dari nol lagi. Padahal mereka sudah belajar aksara Jawa selama empat tahun,” kata Putri Hayuningtyas, guru aksara Jawa SMP Negeri 10 Surabaya, Jawa Timur yang ditemui di sela-sela kegiatan “Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan 2015” di Istora Senayan, Jakarta, Senin (23/11).

Mengetahui kenyataan itu, Putri kemudian berpikir, ia harus melakukan sesuatu. Tidak hanya mengejar materi yang selama ini tertinggal, tetapi juga harus menggunakan metode yang tepat agar siswa cepat menghafal bentuk aksara Jawa yang jumlahnya mencapai 40.

Ibu tiga anak ini kemudian menemukan cara agar siswa cepat hafal dan mampu segera menerapkannya dalam bentuk kata dan kalimat. Putri mencoba mengelompokkan pasangan huruf Jawa berdasarkan itu menjadi enam kelompok. “Huruf Jawa itu punya 20 karakter aksara inti dan 20 karakter pasangannya. Saat mengajar, saya tidak memulainya berdasarkan urutan ho-no-co-ro-ko, melainkan dengan pengelompokan tadi,” tutur guru yang telah mengajar selama 27 tahun mata pelajaran bahasa daerah ini.

Kelompok pertama adalah kelompok huruf dan pasangan yang memiliki bentuk yang sama. Kelompok kedua merupakan kelompok huruf dan pasangan dengan bentuk mirip. Kelompok ketiga adalah kelompok huruf dan pasangan yang hilang bagian depannya. Kelompok empat hilang bagian belakangnya. Kelompok lima adalah kelompok dengan penulisan mudah, dan kelompok keenam merupakan kelompok dengan penulisan sulit.

“Target saya, dengan pengelompokkan ini anak harus sudah hafal dalam hitungan 5-10 menit. Jadi, dalam satu kali pertemuan, ke-40 huruf Jawa ini sudah dapat mereka hafalkan,” imbuh Putri.

Ia menuturkan, setelah metode ini diterapkan, hanya dengan dua kali pertemuan tatap muka, anak-anak sudah mampu menghafal cara penulisan, menulis, dan membaca aksara Jawa,” tambah guru bahasa daerah yang mengajar kelas 8 dan 9 ini.

Metode Putri dalam mengelompokkan aksara Jawa ini mendapat apresiasi berupa Juara 1 Lomba Karya Inovasi Pembelajaran Guru SMP Kelompok Seni Budaya tingkat Nasional 2015. Sebelum sampai ke tingkat nasional, inovasinya ini sudah diuji di tingkat kabupaten/kota dan provinsi. Pada 2014 misalnya, Putri mendapat juara pertama Guru lnovatif Bahasa Jawa se-Jatim tahun 2014. Dia pun berhak meraih piala Gubernur. Ia berhasil menyisih sebanyak 22 peserta yang terdiri dari guru Bahasa Jawa se-Jawa Timur.  

Menurut Putri, metode tersebut memerlukan kerja sama antara guru dan siswa. Saat guru mengenalkan kelompok-kelompok ini kepada siswa, guru mengajak siswa membayangkan bentuknya, mendeskripsikannya, sambil menggerakkan jari ke udara untuk menuliskan aksara yang dimaksud. Cara ini diulangi berkali-kali agar proses siswa menghafal menjadi lebih cepat. Jika di kelompok satu siswa belum hafal, tidak boleh pindah ke kelompok dua. Demikian seterusnya.  

Putri mencontohkan aksara ke dua (No) yang masuk dalam kelompok mudah. Untuk menghafal pasangan No, Putri meminta muridnya menghafal sambil membayangkan dan mengucap kalimat ‘turun belok ke kanan”.

Begitu juga ketika harus menghafal pasangan aksara Bo, siswa diminta menghafal dengan kalimat “C plunker N”. “Memang pasangan Bo kan seperti huruf C lalu melingkar membentuk huruf N. Jadi murid bisa membayangkan sambil memejamkan mata menghafalnya. Otak kanan dan otak kiri bekerja semuanya,” katanya.

Untuk memacu anak lebih cepat memahami aksara Jawa, Putri biasanya membagi kelompok siswa menjadi empat. Masing-masing siswa di empat kelompok ini diminta melanjutkan menuliskan huruf pertama yang sebelumnya ditulis Putri di papan tulis. Dari huruf pertama ini kemudian berkembang menjadi kata. Kata menjadi kalimat. Kalimat menjadi paragraf.

“Setelah 10 menit, saya minta masing-masing kelompok memeriksa hasil tulisan kelompok lain. Kelompok 1 memeriksa kelompok 2, kelompok 2 memeriksa kelompok 3, demikian seterusnya. Mereka yang memeriksa diminta menunjukkan letak kesalahannya. Saya kemudian tawarkan kepada kelompok yang diperiksa untuk membetulkan kesalahan yang dibuatnya. Jika tidak bisa, saya minta kelompok yang memeriksa untuk mengoreksinya. Mereka harus bertanggung jawab saat menyebut milik kelompok yang diperiksanya salah. Ini cara saya agar anak lebih cepat menguasai aksara Jawa,” tutur Putri. (Ratih Anbarini) 

 

Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 4618 kali