SLB Negeri Sragen Pionir Sekolah Luar Biasa Digital  24 November 2015  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Sekolah Luar Biasa (SLB) seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat sebagai sekolah yang minim dengan fasilitas pembelajaran baik bagi siswa, guru, dan kepala sekolah. Namun, hal itu tidak tertampak di SLB Negeri Sragen, Jawa Tengah, yang saat ini sudah memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi bagi siswa, guru, dan kepala sekolah. Selain itu, hal tersebut juga mampu mengubah pandangan masyarakat tentang SLB yang gagap teknologi menjadi sekolah modern yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
 
Kepala SLB Negeri Sragen, Djoko Sambodo menyampaikan, program gebrakan ini bisa mengangkat mutu pendidikan SLB secara nasional yang dimulai dari SLB Negeri Sragen terlebih dahulu. “Program kami ini dapat dilihat atau diunduh oleh siapapun di laman kami (www.slbn-sragen.sch.id,-). Mari kita bersama-sama untuk menyebarkan virus kebaikan ini agar seluruh SLB bermutu dan memberikan pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus juga bermutu yang nanti menghasilkan output (hasil langsung dari proses pendidikan,-) dan outcome (efek jangka panjang dari proses pendidikan,-) yang bermutu juga,” katanya saat diwawancarai pada acara Siposium Guru 2015 di Istora Senayan, Jakarta, Senin (23/11/2015).
 
Pemanfaatan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi di SLB Negeri Sragen meliputi Closed Circuit Television (CCTV) sebagai alat untuk memonitor proses pembelajaran di kelas oleh kepala sekolah kapanpun dan dimanapun, komputer dilengkapi internet dan proyektor untuk proses pembelajaran di kelas, printer braile untuk mencetak bahan ajar dan memudahkan membaca bagi tuna netra, jejaring nirkabel agar warga sekolah bisa terhubung dengan internet, mesin absensi digital bagi warga sekolah, perpusatakaan digital, dan ruang telekonferensi serta laman sebagai media dalam jejaring untuk menyampaikan informasi kepada siswa, orang tua, dan masyarakat serta pemangku kepentingan lainnya.
 
Djoko mengungkapkan, selain memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, SLB Negeri Sragen juga telah memiliki standar internasional di bidang sistem manajemen mutu dengan label ISO 9001:2008. Selain kedua hal tersebut, kata dia, tiga program lain yang termasuk dalam program Panca Krida Utama itu meliputi pengubahan wajah dan sarana prasarana sekolah, unjuk kerja dan prestasi oleh seluruh masyarakat sekolah, dan mendirikan koperasi siswa mandiri. “Melalui Panca Krida Utama ini, harapan kami bisa mengangkat martabat dan memotivasi SLB lain agar lebih maju seperti sekolah umum,” ujarnya.
 
Djoko menjelaskan, melalui program Panca Krida Utama ini terjadi peningkatan jumlah siswa yang signifikan dari 56 siswa menjadi 278 sejak 2008 lalu. “Program Panca Krida Utama yang kami lakukan ini mampu meningkatkan kepercayaan orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus dan masyarakat terhadap SLB yang selama ini dipandang sebelah mata,” tutur Juara 1 Kepala SLB Dikmen Tingkat Nasional itu.
 
Djoko menyebutkan, sarana dan prasarana (sarpras) yang dikembangkan di SLB Negeri Sragen adalah gedung sekolah yang modern dan representative, taman SLB yang ramah anak dan lingkungan, gedung pusat layana autis dan terapi anak berkebutuhan khusus, gedung asrama siswa, ruang untuk pengembangan keterampilan bagi warga sekolah seperti studio musik, salon kecantikan, bengkel otomotif, ruang gomputer, ruang tata boga, lahan pertanian, dan lahan peternakan. Selain sarpras, kata dia, SLB Negeri Sragen juga memiliki guru berprestasi di tingkat nasional, 90 persen guru berpendidikan sarjana (S1) dan sisanya berpendidikan pasca sarjana (S2), serta pernah tiga kali memecahkan rekor Museum Rekor Republik Indonesia pada kategori dalang cilik, angklung, dan kuda lumping bagi anak berkebutuhan khusus. (Agi Bahari)
 

Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 2242 kali