Tumbuhkan Budi Pekerti Anak untuk Menjawab Tantangan Global  07 Februari 2016  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Salah satu tantangan global dunia pendidikan saat ini adalah membentuk anak-anak bangsa agar mampu menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Tidak cukup dengan itu saja, anak-anak juga harus mampu memesona di negeri orang untuk menjawab tantangan global tersebut.

“Kita harus mulai membandingkan dimana kita sekarang dan melihat bagaimana anak-anak kita akan berhadapan dengan hasil-hasil pendidikan di tempat lain. Mari kita melihat perspektif anak-anak kita bukan sebagai barang jadi tetapi sesuatu yang tumbuh. Tantangan paling utama adalah penumbuhan karakter karena mereka-mereka yang dapat berkompetisi di level global yaitu mereka-mereka yang karakter kinerja dan karakter moralnya lewat batas minimum,”.

Demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, saat memberikan sambutan pada acara Seminar Nasional Pendidikan, di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Sabtu (6/2/2016).

Kondisi masyarakat di suatu daerah secara tidak langsung akan menggambarkan hasil pendidikan di daerah tersebut. Di negara-negara yang potret pendidikannya sudah maju seperti Denmark, Selandia Baru, Finlandia, dan Jepang fokus pendidikan menitikberatkan pada penumbuhan budi pekerti bagi anak-anak. “Ini adalah soal pembiasaan, budi pekerti bukan sekadar pembiasaan, kebiasaan menjadi komponen dari budi pekerti,” ujar Mendikbud Anies.

Mendikbud menyampaikan, potret pendidikan di Indonesia sampai saat ini lebih memerhatikan intra kurikulum seakan-akan semuanya diukur, proses pendidikan seharusnya memasukan proses pembiasaan yang menumbuhkan budi pekerti bagi anak-anak. Dia mencontohkan, seorang anak yang memiliki karakter jujur dikarenakan anak tersebut memiliki kebiasaan jujur yang sering dijalankan dalam kesehariannya sehingga membentuk karakter jujur yang akhirnya membentuk budaya hidup jujur. “Jika jujur hanya diajarkan lewat komponen intra kurikulum maka jujur hanya sebagai pengetahuan, karena itu ketika diuji nilainya mantap tapi ketika ditanya di lapangan tidak keluar,” katanya.

Mendikbud menjelaskan, fase untuk membentuk budaya hidup pada anak-anak adalah diajarkan, dibiasakan, dilatih konsisiten, menjadi kebiasaan, dan menjadi karakter yang akhirnya menjadi budaya hidup. Di sebuah sekolah, kata dia, harus dibangun proses pembiasaan bagi anak-anak seperti kebiasaan hidup bersih, hidup berdisiplin, dan lainnya. “Menumbuhkan budi pekerti ini prosesnya panjang, perlu peran masyarakat untuk membangun ekosistem pendidikan,” ucapnya.

Ke depan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud tidak hanya mengembangkan intra kurikuler saja tetapi juga mengembangkan ekstra kurikuler dan non kurikuler bagi proses pendidikan anak. Kemendikbud juga mengupayakan terwujudnya ekosistem pendidikan yang hidup dimana adanya saling interaksi diantara orang tua, guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dinas pendidikan, dan masyarakat untuk memajukan pendidikan di Indonesia.

Sumber :

 


Penulis : Agi Bahari
Editor :
Dilihat 964 kali