Jalan Panjang Indonesia Menuju Festival Europalia 2017  08 Maret 2016  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Indonesia telah melakukan penjajakan untuk menjadi negara tamu di Festival Europalia sejak 2012, melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia di Brussel, Belgia. Setahun kemudian, pihak Europalia International menindaklanjuti usulan tersebut yang prosesnya berlangsung selama tiga tahun. Proses ini melibatkan banyak pihak dari pemerintah Indonesia, seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata, dan Kementerian Luar Negeri.
 
20 Mei 2015 Europalia International secara resmi mengumumkan Indonesia sebagai negara tamu untuk Festival Europalia 2017. Penandatanganan MoU telah dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan dengan Chairman Europalia International pada 14 Juli 2015.
 
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, pihak Europalia International sangat selektif dalam memilih negara tamu pada festival dua tahunan ini. Bahkan, di awal Indonesia mengira akan menjadi negara tamu pada 2015 yang ternyata diraih oleh Turki. “Surat hasil seleksi itu dikirim ke Kemendikbud dan tak lama setelahnya ada pengumuman resmi dari Europalia International,” kata Hilmar padatalkshow dengan Radio Sindo Trijaya, di Kantor Kemendikbud Jakarta, Selasa (08/03/2016).
 
Sebagai tanda dimulainya pelaksanaan kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Europalia International, pada 7 Desember 2015 dilakukan penandatanganan perjanjian kerangka kerja Festival Europalia oleh General Manager Europalia International dan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
 
Hilmar mengatakan, dalam festival Europalia ini tema keragaman diangkat. Indonesia, kata dia, adalah negara dengan keragaman ekstrim dimana di dalamnya terdapat 700 bahasa dan 300 suku bangsa, tapi tetap bersatu. “Tidak ada negara lain yang memiliki kekayaan seperti itu,” katanya.
 
Pemerintah Indonesia dan pihak Europalia mengutamakan kerja sama untuk mengerjakan persiapan festival tersebut. Baik pemilihan konsep, kurator, hingga bagaimana menampilkannya, kedua belah pihak berpegang pada empat pilar: aspek leluhur (Heritage), kekinian (Contemporary), kreasi (Creations), dan pertukaran (Exchange).
 
Ketua Festival Europalia Makarim Wibisono mengatakan, salah satu contoh kerja sama yang dilakukan adalah saat pihak Indonesia mengusulkan rencana budaya yang akan ditampilkan di Festival Europalia. Menindaklanjuti usulan tersebut, kedua belah pihak sama-sama memilih kurator-kurator yang memiliki dasar kuat di bidangnya. Belajar dari negara tamu sebelumnya, Turki, yang dianggap kurang terorganisasi dan terkesan tergesa-gesa, pemerintah Indonesia mempersiapkan penampilannya dengan sangat teliti.
 
“Kita sudah mendapat amanat dari Mendikbud untuk mengutamakan ini. Kita sudah menyiapkan tema-tema, dan sudah mempersiapkan dengan lebih teliti,” katanya.
 
Panitia Europalia Indonesia juga melakukan proses terbuka setiap tahapan persiapan melalui laman yang akan segera diluncurkan. Setiap masukan yang disampaikan masyarakat akan dijadikan pertimbangan agar persiapan Indonesia menuju Festival Europalia 2017 jadi lebih kaya. Makarim menambahkan, banyak orang muda yang tertarik dalam seni dan budaya tapi tidak punya ruang untuk mengaplikasikannya. Untuk itu diperlukan perubahan dalam menangani tradisi seni dan budaya.
 
Harapannya, pengalaman selama empat bulan di Festival Europalia akan membawa dampak kepada perkembangan seni budaya di Indonesia terutama dalam kaitannya dengan pasar global. Apalagi pihak Europalia memandang Indonesia sebagai negara multi-etnik, multi-agama, dan multi-kultur yang toleran, demokratis, dan modern namun tetap menjunjung nilai seni dan budaya. 

Sumber :

 


Penulis : aline rogeleonick
Editor :
Dilihat 1568 kali