Rumah, Kunci Sukses Pola Asuh Anak  17 Mei 2016  ← Back

Palembang, Kemendikbud --- Pendidikan anak berada di tiga ranah,rumah, sekolah, dan di antara keduanya. Keberhasilan pendidikan di usia anak-anak pun bergantung pada pola asuh di tiga tempat tersebut.

Menurut seorang aktivis pendidikan keluarga, Fery Farhati Baswedan, kunci keberhasilan pola asuh dan pendidikan anak ada di rumah. Pola asuh dari orang tua berperan sangat besar menentukan karakter anak.  "Orang tua harus paham dulu apakah ia sudah melakukan pola asuh yang baik atau tidak," kata Fery saat menjadi pembicara pada seminar pendidikan keluarga di Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, Senin (16/05/2016) sore.

Ada dua karakter yang perlu ditanamkan kepada anak, yaitu karakter moral dan karakter kinerja. Karakter moral mencakup hal-hal pribadi yang melekat di diri anak. Misalnya jujur, berintegritas, empati, welas asih, loyalitas, dan berani. Sedangkan karakter kinerja adalah karakter yang dimiliki seseorang dalam usahanya untuk meraih sesuatu, seperti keja keras, disiplin, dan kegigihan.
 
Fery mengatakan, sebagian orang tua sekarang masih mendidik anak dengan cara didik yang pernah diterimanya dulu. Tak jarang, pola asuh tersebut berbentuk kekerasan baik fisik maupun verbal. Rumah sebagai tempat sekolah pertama dan orang tua sebagai guru pertama akan membentuk karakter dasar anak. Kegagalan pada pola asuh anak biasanya terjadi karena orang tua belum tahu cara mendidik dengan benar.
 
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk memperbaiki pola asuh. Pertama, orang tua harus paham tugasnya sebagai pendidik. Seorang pendidik tidak hanya memberi tahu atau menceramahi anak, tapi juga memberikan contoh yang baik. Dan kedua, orang tua harus memenuhi tugas tersebut.

Pembentukan karakter dimulai dari pengajaran. Untuk menjadi pribadi yang baik, orang tua juga harus mengajarkan yang baik. Jika sudah diajarkan, karakter harus dibiasakan, misalnya perilaku jujur.
 
Di awal fase pembentukan karakter, anak diajarkan tentang kejujuran, apa sebab akibat yang mungkin terjadi jika ia jujur. Setelah itu, biasakan anak untuk jujur apapun situasinya. Itu yang dinamakan konsisten. Jika jujur maka ia akan dihargai, namun jika tidak ia akan mendapat sanksi baik langsung maupun tidak langsung. Jika sudah terbiasa jujur, maka akan tertanam pada diri anak pentingnya kejujuran. Anak akan merasa risih jika ia tidak berkata atau berbuat jujur. Di situlah karakter dan budaya jujur terbentuk.
 
Proses pembentukan budaya memerlukan waktu yang panjang. Oleh karena itu karakter baik perlu ditanamkan sejak anak berusia dini. Selain orangtua, pemerintah juga berperan untuk membuat sekolah nyaman dan guru yang layak guna mendukung berhasil atau tidaknya pendidikan karakter dalam keluarga. Untuk itu, orang tua, pemerintah, dan masyarakat harus bergandeng tangan dalam pembentukan karakter anak bangsa.

Sumber :

 


Penulis : Aline Rogeleonick)
Editor :
Dilihat 3355 kali