Capaian Pendidikan dan Kebudayaan Terus Meningkat Signifikan  17 Juni 2016  ← Back

Jakarta, Kemdikbud --- Kebijakan umum pembangunan pendidikan dan kebudayaan sebagai rujukan dalam mengambil kebijakan dan menjalankan program tahun 2015-2019 merujuk pada Nawacita yang telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015 – 2016. Dengan rujukan tersebut, maka terbentuk arah kebijakan pendidikan dan kebudayaan dengan visi “Mewujudkan Insan serta Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dengan berlandaskan Gotong Royong”.
 
 
“Dalam mencapai capaian pendidikan dan kebudayaan kita di Indonesia, rujukan kita pada Nawacita yang telah tertuang pada RPJMN 2015-2019, dan membentuk arah visi kita yang menurunkan misi sebagai wujud dalam membuat kebijakan, dan memberikan arah pada capaian kerja pendidikan dan kebudayaan,” demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi X DPR RI, di ruang rapat Komisi X, gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (15/06/2015).
 
 
Dalam melihat pencapaian kinerja pendidikan dan kebudayaan, kata Mendikbud, data menjadi salah satu indikator untuk melihat hasil capaian program yang telah dijalankan. Hasil capaian peningkatan partisipasi pendidikan dalam pendidikan, Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah pada tahun 2015 cenderung meningkat menjadi 79,02 persen, dari pada tahun sebelumnya 75,53 persen. Begitu juga dengan sekolah menengah pertama pada tahun ini mencapai 100,72 persen, dan sekolah dasar 108,00 persen.
 
 
“Ketika melihat lama sekolah, kita juga perlu melihat usianya. Pada usia 20-24 tahun kelompok penduduk berada pada wajib belajar 9 tahun. Berdasarkan kelompok umur, ada peningkatan yang cukup signifikan. Dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Alhamdullilah ini kerja yang luar biasa,” tutur Mendikbud.
 
 
Selain itu juga, persentase penduduk Indonesia yang melek aksara terus meningkat. Mendikbud mengatakan, hampir seluruh penduduk usia 15-24 tahun melek aksara dengan persentase 99,7 persen. Pada usia 25-44 tahun persentase melek aksara meningkat dari 98,3 persen menjadi 98,5 persen. Begitu juga dengan kelompok usia 45 tahun keatas persentase angka melek aksara meningkat dari 87,8 persen menjadi 88,1 persen.
 
 
Dalam peningkatan angka partisipasi penduduk dalam pendidikan, dan juga peningkatan persentase jumlah penduduk yang melek aksara, hal tersebut tidak terlepas dari peran pendidik dan tenaga kependidikan. “Dalam mewujudkan itu, kita memiliki tugas memastikan guru-guru kita kompeten dan tersertifikasi. Dari total guru yang diangkat sampai tahun 2005 sebanyak 1,7 juta guru, di tahun 2015 sudah 1,63 guru sudah tersertifikasi, atau sekitar 93,3 persen sudah tersertifikasi,” jelas Mendikbud.
 
 
Pendidikan pun tidak terlepas dari peran Bahasa. “Bahasa menjadi salah satu kepedulian kita, dan kita telah meningkatkan lema atau kosakata baru Bahasa Indonesia sebanyak 109.611, meningkat 800 lema dari tahun 2014. Kita berharap Bahasa Indonesia semakin kaya diksinya, sehingga tidak perlu lagi dengan serapan asing,” tutur Mendikbud.  
 
 
Capaian Kebudayaan
 
Selain dari capaian pendidikan, Kemendikbud juga memiliki capaian yang luar biasa dalam kebudayaan. Hingga tahun 2015, Kemendikbud telah menginventarisasi 88.709 peninggalan purbakala, dan menetapkan 963 sebagai cagar budaya. “Hingga tahun 2015 juga telah tercatat sebanyak 6238 dan 294 atau 4,7 persen ditetapkan sebagai warisan budaya Takbenda,” ungkap Mendikbud.   
 
 
Mendikbud mengatakan, pencapaian kinerja kebudayaan tidak terlepas dari peran masyarakat sebagai wujud dari pelibatan publik. Dalam hal ini, hingga tahun 2015 Kemdikbud telah memfasilitasi sebanyak 1.226 komunitas budaya, dan 156 desa adat, serta 110 Rumah Budaya Nusantara. “Berbagai usaha tersebut menghasilkan hasil yang luar biasa dengan ditetapkannya tiga genre Tari Tradisional Bali oleh UNESCO pada tahun 2015 sebagai Intangible Cultural Heritage,” ungkap Mendikbud.
 
 
Sepuluh warisan budaya Indonesia yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia, yakni Candi Borobudur pada tahun 1991, Candi Prambanan pada tahun 1991, Manusia Purba Sangiran pada tahun 1996, Subak Bali pada tahun 2012, Wayang pada tahun 2003, Keris pada tahun 2005, Batik dan Best Practice Batik pada tahun 2009, angklung pada tahun 2010, Tari Saman pada tahun 2011, dan Noken pada tahun 2012.
 
 
“Paling membanggakan, tahun depan Indonesia menjadi tamu pada International arts festival Europalia. Ini menjadi kesempatan Indonesia menunjukkan kebudayaan kita di Eropa, karena untuk menjadi guest country setiap negara hanya bisa satu kali. Kita butuh dukungan dari seluruh pihak untuk menyukseskan acara ini,” kata Mendikbud optimis.
 
 
Jakarta, 16 Juni 2016
 
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sumber :

 


Penulis : administrator
Editor :
Dilihat 2306 kali