Gali Pengalaman dari Berbagai Negara, Kemendikbud Gelar Serangkaian Kuliah Umum  02 Juni 2016  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) menggelar serangkaian kuliah umum tentang pendidikan dengan menghadirkan sejumlah pakar pendidikan dari beberapa negara. Kuliah umum tentang kurikulum digelar hari Selasa (31/5/2016) dengan menghadirkan Prof. Anita Rampal dari India dan Prof. Kathryn Moyle dari Australia. Kuliah umum yang membahas tentang penilaian pendidikan ini menghadirkan Prof. Geoff Masters dari Australia. "Kita belajar dari pengalaman beberapa negara, ini merupakan upaya kita melakukan perbaikan-perbaikan, dan upaya kita untuk terus belajar," kata Kepala Balitbang Kemendikbud Totok Suprayitno dalam acara kuliah umum Reformasi Penilaian di Hotel Mulia Jakarta Pusat, Rabu (1/6).
 
Totok menekankan pentingnya para pelaku pendidikan dan juga pemerintah untuk terus belajar, termasuk belajar dari pengalaman pengelolaan pendidikan di negara lain. Selain itu ide-ide cemerlang baik dari narasumber maupun peserta kuliah umum akan menjadi masukan berharga bagi Kemendikbud. "Kami ingin ide-ide cemerlang kawan-kawan bisa membantu kami, kementerian ini, untuk ikut memikirkan cara kita berjalan ke depan melakukan reformasi di berbagai bidang," ujar Kepala Balitbang.
 
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud, Nizam mengatakan bahwa Kemendikbud mengundang para pakar dari berbagai negara dalam kuliah umum ini untuk berbagi pengalaman dan memperluas wawasan. "Ini upaya memperluas wawasan kita semua, dan juga upaya kita meningkatkan mutu pendidikan di tanah air," kata Nizam.
 
Pakar penilaian dari Australia Geoff Masters dihadirkan pada kuliah umum tentang Reformasi Penilaian. Geoff Masters dalam paparannya mengatakan bahwa penilaian kepada tiap siswa sangat penting. Penilaian terhadap siswa, menurut Geoff, bukan semata-mata 'menilai', namun memahami sampai dimana proses pembelajaran siswa pada saat penilaian dilakukan. "Menilai siswa bukan atas kelasnya, namun level capaian dan perkembangan dari waktu ke waktu. Paradigmanya adalah learning as a jurney," kata Chief Executive Officer (CEO) Australian Council for Educational Research (ACER) tersebut. 
 
Geoff menambahkan bahwa dalam paradigma learning as a jurney, guru membutuhkan peta, dan penilaian berfungsi seperti Global Positioning System (GPS) dan spedometer. "Jadi assessment perlu untuk mengetahui posisi seorang siswa ada dimana dan mengetahui kecepatan belajar seorang siswa," tambah Geoff. Penilaian bukan untuk menghakimi seorang siswa, namun untuk membantu siswa menyelesaikan peta pembelajarannya, dimana setiap anak akan berproses dari waktu ke waktu dan menjadi pembelajar.

Sumber :

 


Penulis : Nur Widiyanto
Editor :
Dilihat 652 kali