Kuliah Umum Reformasi Kurikulum, Berbagi Pengalaman India dan Australia  01 Juni 2016  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Dalam rangka belajar dan berbagi pengalaman reformasi kurikulum di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) menyelenggarakan kuliah umum dengan tema “Reformasi Kurikulum: Pengalaman India dan Australia. Pembicara dalam kuliah umum tersebut adalah Prof. Anita Rampal, Dekan Fakultas Pendidikan Universitas Delhi India, dan Prof. Kathryn Moyle, Research Director, Education Policy and Practice dari Australian Council for Educational Research (ACER). Di dalam  kuliah itu, mereka berbagi pengalaman terkait proses reformasi kurikulum di masing-masing negaranya.
 
Anita mengatakan, perubahan kurikulum di India juga terjadi. Pada tahun 1975, katanya, India mulai mengakui keberagaman siswa, tetapi desain kurikulum yang dibuat pemerintah India tetap sama untuk semua anak. Pendidikan di India pun terus bertransformasi untuk menyiapkan diri menghadapi pendidikan abad 21.
 
Ia juga menyampaikan pandangannya tentang cara menyampaikan materi kepada peserta didik. Menurutnya, secara umum materi pelajaran diberikan pada setiap anak dengan cara yang sama, misalkan anak-anak di Jakarta, Papua, Delhi, dan Washington. Mereka dapat diajarkan matematika dengan menggunakan metode yang sama. Anita mengambil contoh ketika anak-anak diajarkan tentang waktu, di mana secara umum, mereka akan diminta melihat jam, kalender, dan sebagainya. Materi dapat disampaikan dengan menggunakan cara yang sesuai dengan keseharian mereka. “Kami meminta mereka untuk menghitung seberapa lama menurut kamu waktu yang diperlukan untuk melakukan hal-hal di bawah ini sambil diselingi tentang humor,” katanya saat mencontohkan cara mengajar.
 
Sementara Kathryn menceritakan bagaimana proses saat penerapan kurikulum di Canberra, Australia. Di sana, proses penerapan kurikulum melibatkan langsung profesional, kepala sekolah, dan guru. Mereka diminta untuk berdiskusi terkait apa yang akan mereka ajarkan kepada peserta didiknya jika kurikulum tersebut diterapkan secara formal. Kathryn juga menjelaskan bagaimana proses para pelaku pendidikan di Canberra dalam mempersiapkan pergeseran dari kurikulum tingkat provinsi ke tingkat nasional, yaitu dengan mempersiapkan makalah, rencana stategi, dan juga proses pembelajaran profesional.
 
Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Tjipto Sumadi, mengatakan, reformasi atau perubahan kurikulum merupakan hal yang lazim dilakukan untuk menjawab tantangan perubahan zaman. “Kita perlu juga belajar dari pengalaman negara lain, seperti Australia, dan negara berkembang seperti India, terutama untuk mengambangkan tuntutan elajar abad 21,” katanya.
 
Ia menuturkan, India dipilih karena negara tersebut dianggap relatif mirip dengan Indonesia, seperti kultur, pluralitas, dan terutama proses perbaikan kurikulumnya. “Belajar dari negara lain, perbaikan dari kurikulum tidak pernah berhenti. Karena tuntutan hidup akan terus berkembang,” ujar Tjipto.
 
Kuliah umum tentang reformasi kurikulum berlangsung di Jakarta, (31/5/2016), dan dihadiri oleh para pelaku pendidikan yang berasal dari lingkungan sekolah, perguruan tinggi, internal Kemendikbud, dan lembaga asing. Setelah penyampaian materi oleh kedua pembicara, diadakan dua diskusi internal yang masing-masing membahas tentang kurikulum dan penilaian. Di dalam diskusi tersebut, terlibat unsur internal dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk), Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik), sekolah, perguruan tinggi, dan instansi terkait.

Sumber :

 


Penulis : Aji Shahwin
Editor :
Dilihat 814 kali