Tari Legong Keraton, Warisan Budaya UNESCO Asal Denpasar   12 Juni 2016  ← Back

Denpasar, Kemendikbud --- Dari sembilan Tari Bali yang tergabung dalam tiga genre dan diakui UNESCO sebagai warisan budaya takbenda, Tari Legong Keraton adalah satu-satunya yang berasal dari Kota Denpasar. Sertifikat pengakuan UNESCO diserahkan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid kepada Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Darmowijaya Mantra, Minggu (12/06/2016), di Gedung Sewaka Dharma Denpasar Bali.
 
Tari Legong Keraton memiliki banyak varian. Menurut salah satu seniman Tari Legong Keraton Ni Ketut Arini,  setidaknya hingga saat ini ada 15 varian Tari Legong yang berkembang di wilayah Denpasar. Varian-varian ini muncul setelah proses revitalisasi yang panjang oleh pemerintah, budayawan, seniman, hingga masyarakat Bali. Lima belas varian tersebut di antaranya adalah Legong Lasem, Prayon, Kuntul, Kuntir, Jobog, Bramara, Kupu-kupu, Kancingwi, Rajasinga, Legodbawa, Semarandana, Bapang, dan Bulan-Matahari (Chandra Tanre).
 
Berkembangnya tari Legong tak luput dari komitmen setiap elemen masyarakat Bali untuk menjadikan budaya sebagai dasar kehidupan. Disampaikan Wali Kota Denpasar Rai Mantra, perpaduan antara budaya dan sistem pemerintahan yang baik menciptakan kemajuan di Provinsi Bali.
 
Dalam pemerintahan yang baik, Kota Denpasar memegang prinsip Sewaka Dharma, artinya konsep pelayanan berbasis budaya. Dimana pelayanan adalah bentuk kewajiban. "Pemkot Denpasar berupaya melakukan perubahan dalam pelayanannya guna mendukung good governance," kata Rai Mantra saat menerima kunjungan Direktur Jenderal Kebudayaan.
 
Salah satu varian Tari Legong Keraton, yaitu Legong Kuntul ditampilkan pada acara kunjungan penyerahan sertifikat UNESCO tersebut. Tarian yang dibawakan oleh empat siswi SMA dan diiringi tabuhan gamelan ini adalah sebuah tarian klasik Bali yang memiliki perbendaharaan gerak yang sangat komplek. Gerak tubuh penari diikat oleh struktur tabuh pengiring, yang konon merupakan pengaruh dari Gambuh.
 
Ni Ketut Arini mengatakan, adanya sertifikat UNESCO untuk Tari Legong Keraton memberikan kebanggaan luar biasa bagi dia dan masyarakat Bali. Namun demikian, tanggung jawab yang diemban terutama masyarakat Bali untuk menjaga, melestarikan, dan melindungi tarian ini juga semakin besar. 
 
Langkah konkret yang akan dilakukannya sebagai seorang budayawan untuk melestarikan Tari Legong Keraton adalah dengan mendokumentasikan seluruh komponen tari agar dapat diwariskan kepada generasi penerus nantinya. Menurut dia, warisan budaya seperti tari ini tidak hanya milik masyarakat Bali, tapi juga milik bangsa Indonesia. "Sekarang anak muda di sini makin banyak yang mau mengenal budaya tarinya, kalau dulu kan hanya orang-orang tua. Itu yang akan kita jaga," katanya. (Aline Rogeleonick)

Sumber :

 


Penulis : aline rogeleonick
Editor :
Dilihat 1834 kali