Layarkan Ragam Indonesia: Diskusi Kolaborasi Film dan Sastra Indonesia  25 Maret 2017  ← Back

Kemendikbud, Jakarta—Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Pusbangfilm Kemendikbud) menggelar diskusi dengan tema "Layarkan Ragam Indonesia: Diskusi Kolaborasi Film dan Satra Indonesia" , pada hari Sabtu (25.3.2017), di Museum Nasional, Jakarta. Acara ini sebagai salah satu rangkaian kegiatan Peringatan Hari Film Indonesia tahun 2017.

Saat ini perkembangan perfilman Indonesia menunjukkan kemajuan signifikan. Menurut daftar film Indonesia terlaris, lima dari sepuluh judul film merupakan adaptasi dari buku. Bahkan banyak produser film Indonesia yang mencari novel sastra modern atau klasik untuk difilmkan dengan harapan akan menarik penonton dan seringkali film lah yang membuat penjualan bukunya meningkat tajam.

Pada sisi lain, minat membaca di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60  dari 61 negara soal minat membaca.

Diskusi ini akan menghubungkan para pembuat film, penulis, penerbit, pembaca, dan penonton film untuk berdiskusi dan menggabungkan ide untuk kemajuan dua industri ini. Sekaligus menajamkan fungsi "perkawinan" buku dan film Indonesia untuk merayakan keragaman Indonesia.

Selain itu, terdapat forum berbagi pengalaman hingga tips praktis bagaimana meningkatkan keahlian literasi terutama untuk generasi muda pada diskusi tersebut.

Sebanyak dua sesi akan digelar dalam diskusi ini, sesi pertama, menghadirkan Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Hilmar Farid dan B.J. Habibie (Presiden ke-3 Indonesia, kisah hidupnya difilmkan dengan judul 'Habibie & Ainun’ dan  ‘Rudy’), Najeela Shihab (pendiri Sinedu.id dan aktivis pendidikan), Irfan Ramli (penulis skenario 'Cahaya dari Timur'). Pada sesi kedua, menghadirkan empat narasumber, yakni Angga Dwimas Sasongko dari Visinema dan sutradara Filosofi Kopi 2 dan 212; Raditya Dika, sutradara/penulis novel/skenario; Salman Aristo, penulis skenario dan produser, dan; Chand Parwez Servia, produser. Hal menarik,  disetiap sesi, untuk mengisi jeda akan menghadirkan musikalisasi puisi oleh Ari Reda, seniman asal Surabaya.

Rangkaian Peringatan Hari Film Nasional berlangsung selama 30 hari sepanjang bulan Maret 2017 dengan tema Merayakan Keberagaman Indonesia, dengan rangkaian kegiatan, antara lain, Film Forum-Filartc, diskusi perfilman dengan tema "Sinema Nasional: Kebijakan Pemerintah dan Investasi Budaya"; Pemutaran Film di commuter line sepanjang bulan Maret 2017 di gerbong commuter line Jabodetabek; Workshop Keterampilan Perfilman Tingkat Dasar; Pemutaran Bersama Komunitas Film bertempat di 11 lokasi mencakup Aceh (25/03), Ambon (25/03), Bandung (30/03), Bandar Lampung (25/03), Cilacap (28/03), Denpasar (22/03), Kupang (25/03), Medan (30/03), Malang (25/03), Palangka Raya (25/03, Sukabumi (25/03). Kemudian, diskusi Film Dalam Platform Digital-Kreativitas Seni Film di Dunia Maya yang terbagi ke dalam empat sesi diskusi yaitu Diskusi “Layar Digital dan Ruang Kreativitas Kita Hari Ini”, dengan pembicara Ernest Prakasa, Ismail Fahmi, Joko Anwar; Diskusi “Platform Digital dan Demokratisasi Film”, dengan pembicara Mandy Marahimin, Sammaria Simanjutak, Lavesh Samtani. Selanjutnya diskusi “Vlogging dan Konten Bagi Komunitas”, dengan pembicara Kaesang Pangarep, Youtube, Dennis Adhiswara. Selain itu, Program Film Project Expo, dialog antara pembuat film dengan calon investor perfilman.

Program Film & Art Celebration (FILARTC) merupakan puncak acara HFN 2017, direncanakan  dihadiri  Presiden Joko Widodo untuk sekaligus mencanangkan gerakan “Merayakan Keragaman Indonesia melalui Film”.

Rakor Komunitas Film untuk Identifikasi Potensi Komunitas Film di Indonesia juga akan diselenggarakan. Pada rakor ini, akan dibahas hal-hal terkait kegiatan komunitas film beserta tantangan yang dihadapi.

Melalui rangkaian diskusi yang  diselenggarakakan akan disusun Daftar Inventaris Masalah (DIM) sebagai modal analisa untuk menghasilkan tawaran-tawaran solusi praktis dan berkesinambungan.

Jakarta, 25 Maret 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 5084 kali