Kemendikbud dan LIPI Kirim Pelajar ke Olimpiade Penelitian Internasional 15 Mei 2017 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengirimkan 14 siswa SMA ke Amerika Serikat untuk mengikuti olimpiade penelitian internasional. Para pelajar tersebut telah diseleksi melalui ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang diselenggarakan Kemendikbud dan Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) oleh LIPI. Dari 14 siswa yang berangkat ke Amerika Serikat, sebanyak 12 siswa diberangkatkan sebagai finalis, dan dua siswa sebagai peserta pengamat (observer).
Ke-14 pelajar tersebut akan mengikuti kompetisi penelitian tingkat internasional bernama Intel-International Science Engineering Fair (ISEF) pada tanggal 14 s.d 19 Mei 2017 di Los Angeles, Amerika Serikat. OPSI Kemendikbud dan LKIR LIPI berafiliasi dengan Intel-ISEF setelah melalui tahapan administrasi dan prosedur yang disyaratkan oleh Intel-ISEF. Hasilnya, terpilih delapan makalah penelitian terbaik sebagai Finalis Intel-ISEF 2017 dari delegasi Indonesia.
Makalah penelitian itu antara lain berjudul Smart Digital Psychrometer for Forecasting Local Weather atau alat ukur digital untuk memprediksi cuaca lokal. Yang lebih membanggakan adalah, makalah penelitian tersebut dibuat oleh dua siswa penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP), yakni Made Radikia Prasanta dan Bagus Putu Satria Suarima Putra dari SMA Negeri Bali Mandara, Bali. Alat pengukur cuaca (psychrometer) yang diciptakan Satria dan Radikia dapat mengeluarkan data cuaca yang dapat dipantau dari jarak jauh dengan menggunakan ponsel pintar (smartphone) atau komputer. Psychrometer itu menggunakan sensor khusus untuk mengukur tekanan udara, suhu udara, dan kelembaban udara dari lingkungan sekitar.
Selain dari Bali, tim peneliti muda lainnya ada yang berasal dari Yogyakarta, yaitu Najmuna Ratri Lakshita dan Sakina Yaumil Fotri dari SMAN 1 Yogyakarta. Mereka membuat penelitian berjudul Scientific Wisdom Behind Yogyakarta Palace’s Sustainable Resilience to Natural Hazards atau Kebijaksanaan Ilmiah di Balik Ketahanan Lahan Istana Yogyakarta terhadap Bencana Alam.
Ke-14 pelajar dari delegasi Indonesia untuk Intel-ISEF 2017 mendapat kesempatan beraudiensi dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy pada Jumat lalu, (19/5/2017). Dalam audiensi itu, Mendikbud berpesan agar keberhasilan mereka terpilih mewakili Indonesia dalam Intel-ISEF 2017 harus bisa menjadi modal besar untuk masa depan supaya menjadi lebih baik lagi.
“Kalau kamu sudah berhasil, manfaatnya bisa dirasakan atau digunakan untuk kepentingan masyarakat dan bangsa,” ujar Mendikbud.
Ia juga menuturkan, nilai akademis bukanlah hal yang terpenting dalam menuntut ilmu di sekolah, melainkan proses mental yang diterima siswa menjadi pengalaman yang lebih mahal. “(Capaian) akademis siapapun bisa, cepat atau lambat, setiap orang berbeda-beda. Tapi proses mental menentukan apa yang dialami seseorang, sifatnya sangat pribadi. Meskipun kesempatan yang diraih bisa sama, tapi proses pengalamannya berbeda,” tutur mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Sebelum berangkat ke Amerika Serikat, Tim Intel-ISEF Indonesia telah mendapatkan program orientasi atau pembekalan di Jakarta, ditutup dengan kegiatan audiensi bersama Mendikbud Muhadjir Effendy. Mereka telah tiba di Bandara Internasional LAX Los Angeles, Amerika Serikat, pada Sabtu (13/5/2017) waktu setempat. Tim Intel-ISEF Indonesia akan berkompetisi dengan peserta dari 78 negara yang mempertemukan lebih dari 1.700 hasil karya penelitian siswa sekolah menengah. Semoga sukses! (Desliana Maulipaksi)
Sumber : BKLM
Penulis : Desliana Maulipaksi
Editor : Anandes Langguana
Dilihat 8715 kali
Editor : Anandes Langguana
Dilihat 8715 kali