Anak Berkebutuhan Khusus Memiliki Talenta Terpendam  30 Juli 2017  ← Back



Jakarta, Kemendikbud — Anak berkebutuhan khusus atau ABK sebenarnya mempunyai talenta-talenta yang terpendam. Ibarat mutiara yang terpendam dalam lumpur bila digosok dengan baik lama kelamaan akan kelihatan elok atau indah. Itulah anak-anak berkebutuhan khusus,  hal ini diungkapkan Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Kurikulum Sekolah Luar Biasa (SLB) negeri Jepara, Suharno.

Ia mengatakan setiap anak itu unik, sehingga perlu perlakuan yang berbeda untuk setiap ketunaannya. Kita harus bisa dan telaten untuk menggali potensi atau bakat yang ada pada mereka.” Mungkin dari segi seni melukisnya atau seni atau potensi lainnya, banyak sekali sebenarnya,” kata Suharno ketika ditemui di stan pameran di Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia SLB (FIKSI SLB) tahun 2017, di Jakarta, Sabtu, (29/7/2017). FIKSI SLB 2017 berlangsung di halaman Museum Seni Rupa dan Keramik, di Kawasan Kota Tua, Jakarta.

Suharno datang ke Jakarta untuk mewakili sekolah dan mendampingi siswanya mengikuti FIKSI SLB 2017. Menurutnya penanganan anak berkebutuhan khusus (ABK), perlu kita pecahkan bersama, baik di sekolah, di rumah, dan dimasyarakat. Guru-guru juga perlu dilatih untuk lebih terampil dan berkompeten dalam memberikan ilmu dan pelajaran kepada siswa berkebutuhan khusus.

Ia mengaku, SLB Negeri Jepara sering kali mengikuti pelatihan pendidikan khusus untuk gurunya maupun siswanya. Pelatihan tersebut didapat dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dan dari pemerintah daerah melalui dinas pendidikan dan kebudayaan.

SLB Negeri Jepara adalah salah satu sekolah yang memiliki banyak prestasi. "Prestasi di SLB Negeri Jepara ini sudah cukup lumayan, di tingkat provinsi maupun tingkat nasional yaitu seni tari, seni lukis kemudian yang keterampilan dan olahraga juga sering mendapatkan juara," kata Suharno.

Di dalam stannya terdapat beberapa hasil kerajinan yang dibuat oleh siswa berkebutuhan khusus dari SLB Negeri Jepara. Keterampilannya antara lain menjahit, pertukangan, ukir dan juga wire. Wire atau kerajinan dengan menggunakan bahan tembaga adalah inovasi yang belum banyak dilakukan oleh sekolah-sekolah lain. Hasil dari kerajinan wire atau tembaga antara lain berupa kalung, gelang, cincin, bros yang dibuat dengan menggunakan tembaga dipadukan dengan batu alam atau batu akik.

Salah satu pengunjung dari SMA 30 Jakarta, Haski, mengaku tertarik dengan pameran produk lokal hasil kerajinan dan makanan lokal khas daerah, yang diproduksi oleh siswa berkebutuhan khusus dari seluruh Indonesia di Kawasan Kota Tua ini.

“Kebetulan saya datang ke sini (Kawasan Kota Tua) ingin mengerjakan tugas dari sekolah, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi saya, dan pamerannya juga seru berwarna-warni dan ramai pengunjung," kata siswa kelas X IPS 2 itu ketika diwawancarai.

Dalam pameran ini juga terdapat 34 stan yang berasal dari 34 provinsi di seluruh Indonesia, yang memamerkan hasil kerajinan dan makanan lokal yang diproduksi siswa berkebutuhan khusus. Pameran ini berlokasi di Kawasan Kota Tua, tepatnya di halaman Museum Seni Rupa dan Keramik. Pameran yang dibuka sejak hari Jumat 28 Juli 2017, berlangsung hingga hari Minggu, tanggal 30 Juli 2017.

Acara ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus, (Dit PKLK). Pameran produk dan makanan lokal hasil kerajinan siswa berkebutuhan khusus ini merupakan rangkaian acara Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia SLB (FIKSI SLB) tahun 2017. (Anandes Langguana)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3365 kali