Kolaborasi Budaya di Toraja International Festival 2017  25 Juli 2017  ← Back

 
 
Toraja, Kemendikbud --- Perhelatan akbar Toraja International Festival (TIF) 2017 resmi dibuka pada 20 Juli 2017. Acara yang berlokasi di Objek Wisata Rumah Rongkonan Kete Kesu, Toraja Utara, Sulawesi selatan ini menjadi penyelenggaraan yang kelima. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kegiatan berupa pergelaran seni budaya dan musik ini menyajikan suguhan kolaborasi antara seniman Tanah Air dan mancanegara dalam bingkai budaya.
 
Toraja International Festival (TIF) berlangsung di Objek Wisata Ke’te Kesu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Utara. Dalam acara ini pengunjung disuguhkan berbagai tarian Toraja, antara lain Manganda, Madandan, Manimbong, Pagelu, Karombi, dan Maranding. Hadir pula kuliner tradisional setempat , aneka kerajinan dan pagelaran busana oleh perancang nasional yang dikemas dalam konsep World Culinary, Modelling Workshop and Craft Fair. Menariknya, aneka kuliner tersebut juga berpadu dengan makanan khas dari berbagai negara, sehingga pengunjung dapat menambah pengalaman rasa yang unik dan menarik.
 
Pergelaran wisata tahunan ini diikuti oleh peserta dari mancanegara dan menampilkan kesenian dari negara asal mereka. Seperti Spanyol yang membawakan tarian Flamenco, Korea menampilkan Samulnori (permainan alat musik perkusi tradisional Korea), ada pula seniman Helga Sedli dari Hongaria, Sky Drum dari Jepang hingga hadir Aborigin Singers dari Taiwan.
 
TIF merupakan salah satu acara besar yang diadakan setiap tahun di Tana Toraja. Terselenggaranya acara ini bertujuan agar Toraja mampu menjadi tempat berkumpulnya semua budaya dan menggaungkan Toraja sebagai destinasi wisata budaya yang layak dikunjungi.
 
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan Toraja Internasional Festival 2017 menjadi salah satu kegiatan yang mampu memajukan kebudayaan lokal, nasional, dan internasional.
“Hal lain yang juga melalui seni dan tradisi, ada semangat yang sama di dalam festival ini untuk melestarikan dan menjaga sumber ekspresi dan memperhatikan ekosisistem. Ini adalah suatu pekerjaaan yang besar, kita tahu bahwa ekspresi kebudayaan hidup dalam satu konteks dan turunan sosial. Namun sekarang ini banyak yang bergeser, ekspresi kultural seperti kehilangan jejaknya. Dalam kesempatan ini, ada upaya dan pembicaraan supaya lebih mendalam,” ujarnya lewat video conference, yang ditayangkan saat pembukaan TIF 2017.
 
Ia pun menyoroti tenun sebagai salah satu hasil kerajinan yang populer di Toraja. Hanya saja, di balik kepopulerannya ada permasalahan yang tak bisa dihindari oleh para pengrajin. Baik bahan bakunya yang langka hingga kegunaan tenun yang bergeser di masyarakat. Apalagi tenun memegang peranan penting di kegiatan-kegiatan yang sifatnya kultur dan spiritual. Diharapkan melalui perhelatan skala internasional ini, ada upaya menghidupkan kembali tenun sebagai bagian dari budaya masyarakat.
 
“Tentu ini menjadi sesuatu yang tidak terhindari di kebudayaan mana pun. Namun saya secara khusus melihat ada kegiatan yang sangat penting dalam upaya menghidupkan budaya kita, lewat workship etnic fashion,” tambahnya.
 
Acara ini turut dihadiri oleh Bupati Toraja Utara Kalatiku Paembonan, Mantan Wakil Menteri Pariwisata RI Sapta Nirwandar, Mantan Bupati Toraja Utara Fredik R. Buntung dan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Mr. Taiyoung Cho. Peresmian TIF 2017 ditandai dengan pemukulan gendang adat toraja secara simbolis. (Rizki Amalia/Asri Kinasihan/Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3495 kali