Indonesia dan Georgia Kerja Sama Studi Evolusi Manusia 24 Oktober 2017 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Indonesia dan Georgia bekerja sama menyelenggarakan Pameran Warisan Prasejarah atau Prehistoric Heritage Exhibition di Museum Nasional Indonesia. Pameran ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa kedua negara memiliki peranan penting bagi evolusi manusia. Georgia memiliki Situs Dmanisi yang merupakan situs utama di daerah Asia Depan yang berkaitan dengan eksistensi Homo Erectus hasil migrasi yang keluar dari Afrika pada 1,8 juta tahun yang lalu. Sementara Indonesia memiliki Situs Sangiran, Trinil, Ngandong, dan Mojokerto, yang juga memiliki fosil Homo Erectus.
Dalam Pameran “Prehistoric Heritage”, Georgia memamerkan lima replika fosil Homo Erectus yang ditemukan di Situs Dmanisi, Georgia. Indonesia juga memamerkan materi-materi yang berasal dari situs-situs Hominid di Indonesia, seperti Sangiran, Trinil, Ngandong, dan Mojokerto. Setelah pameran ini digelar di Indonesia, selanjutnya di Georgia pun akan digelar pameran serupa dengan memamerkan koleksi dari Museum Nasional Indonesia.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, Pameran “Prehistoric Heritage” ini merupakan tindak lanjut dari diskusinya dengan Dubes Georgia untuk Indonesia, Zurab Aleksidze, sekitar satu tahun yang lalu, mengenai diplomasi kebudayaan.
“Kami akhirnya sepakat untuk fokus pada pertukaran benda museum. Selain itu kita sekarang juga sedang membentuk satu lembaga studi tentang evolusi manusia. Tidak banyak situs di dunia yang fokus pada studi evolusi manusia, seperti di Indonesia dan Georgia,” kata Hilmar saat pembukaan Pameran “Prehistoric Heritage” di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Selasa (24/10/2017).
Hal tersebut dikemukakan juga oleh Ahli Paleoantropologi Georgia, Prof. David Lordkipanidze. David, yang juga menjabat sebagai Direktur Museum Nasional Georgia mengatakan, pertukaran koleksi museum dan studi evolusi manusia ini merupakan praktik baik diplomasi kebudayaan. Menurutnya, Pulau Jawa adalah tempat yang sangat terkenal dan berperan penting dalam mempelajari Homo Erectus. “Jawa adalah pilarnya,” tutur David.
Ia juga menuturkan, kerja sama antara Indonesia dengan Georgia menjadi peluang bagus dalam mengembangkan penelitian tentang evolusi manusia. “Kita perlu mengomunikasikan ilmu pengetahuan. Itu adalah bagian dari tugas kita. Kami juga akan menampilkan Indonesia di Georgia. Saya senang bisa berada di sini, berbicara tentang sains dan rencana penelitian kita,” katanya.
Indonesia dan Georgia merupakan dua negara penting dalam mengkaji persoalan evolusi manusia di dunia. Situs Dmanisi di Georgia ditemukan pada tahun 1991 dan merupakan situs utama di daerah Asia Depan yang berkaitan dengan eksistensi Homo Erectus hasil migrasi keluar dari Afrika pada 1,8 juta tahun yang lalu. Kesamaan pertanggalan dengan Homo Erectus yang keluar dari Afrika itu membuktikan bahwa Asia Depan juga mempunyai spesimen Homo Erectus yang kepurbakalaannya sama dengan spesimen dari Afrika. Situs Dmanisi kemudian terlah memberikan banyak spesimen Homo Erectus yang paling tua dan menyebabkan negara Georgia dianggap sebagai sebuah pusat evolusi utama di dunia. Sejajar dengan yang selama ini terjadi untuk Dunia Lama, yaitu Afrika Timur dan Selatan, Eropa, dan Asia sendiri, yaitu Indonesia
Pameran Warisan Prasejarah Indonesia-Georgia digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Cagar Budaya dan Permuseuman, bekerja sama dengan Kedutaan Besar Georgia di Indonesia. Pameran dibuka oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid bersama Duta Besar Georgia untuk Indonesia, Zurab Aleksidze, di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Selasa (24/10/2017). Pameran akan berlangsung hingga 29 Oktober 2017. (Desliana Maulipaksi)
Sumber :
Editor :
Dilihat 2026 kali