Penguatan Pendidikan Karakter untuk Menghadapi Perkembangan Zaman  05 Desember 2017  ← Back



Jakarta, Kemendikbud --- Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sangat dibutuhkan dalam menghadapi perubahan dan perkembangan dunia saat ini yang sangat cepat sehingga akan sulit membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, terutama informasi digital. Hal ini diungkapkan Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (BKLM Kemendikbud), Ari Santoso, pada gelar wicara di salah satu televisi swasta di Jakarta, Selasa pagi (5/12).

Peraturan Presiden (Perpres) nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter menunjukkan bahwa Presiden Joko Widodo menaruh perhatian besar pada PPK. 70 persen pendidikan dasar, yakni jenjang SD dan SMP, harus bermuatan PPK. Bahkan Presiden melihat seharusnya PPK ditanamkan kepada anak sejak PAUD. “Harus sedini mungkin, karena jika sudah dewasa akan sulit,” ujar Ari.

Terkait implementasi PPK di sekolah, Ari menjelaskan ada pelajaran-pelajaran yang memang bersinggungan langsung dengan PPK. Namun sebenarnya, peserta didik mempelajari PPK selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Ia mencontohkan anak yang diajari tentang kebersihan, awalnya mungkin dipaksa untuk mencuci tangan sebelum melakukan sesuatu tetapi lama-kelamaan dirinya akan terbiasa mencuci tangan sebelum melakukan suatu pekerjaan. Hal ini karena PPK memang harus menjadi budaya. Ada tahapan-tahapannya, mulai dari mengerti, belajar, sampai dia melakukan sesuatu dan menjadi budaya.

Peran guru dalam PPK sangat penting, karena guru menjadi teladan bagi anak didiknya. “Pak Menteri (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) menyampaikan fungsi guru tidak bisa terganti, karena bukan sebagai pengajar tapi pendidik,” tegas Ari. Guru tidak hanya mengajar di depan kelas, namun harus bisa mengamati setiap siswanya untuk mengetahui karakter masing-masing siswa dan dapat mengetahui kelebihan tiap anak karena anak punya karakter sendiri, tidak bisa dipukul rata. Ari mencontohkan anak dengan latar belakang keluarga yang sangat terbuka dan komunikasi antar anggota keluarga berjalan baik, akan berbeda dengan anak dari latar belakang keluarga yang “dinamis”. Di sinilah guru harus bisa mengetahui hal tersebut.

Pentingnya peran guru dalam penerapan PPK, tentu mendapat perhatian dari Kemendikbud. Sebelum terbitnya Perpres Nomor. 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, Kemendikbud sudah melakukan pelatihan guru dalam penerapan program PPK ini. Tapi Ari menjelaskan, pola pelatihan di satu daerah tidak bisa disamakan dengan daerah lain, melainkan harus disesuaikan dengan kondisi di daerah tersebut.

Keberhasilan program PPK ini tidak bisa diukur layaknya mengajari anak berhitung. “Agak sulit melihatnya, tapi bukan tidak bisa dilihat,” tambah Ari. Misalnya seorang anak yang diajari sopan santun dan menghormati orang yang lebih tua. Di dalam kelas awalnya kaku, namun lambat laun anak akan biasa dan akhirnya jadi kebiasaan, sehingga saat di rumah orang tua akan melihat perubahannya anak yang lebih santun. Di sinilah orang tua juga memiliki peran dalam menyukseskan PPK. Karena tiga sentra pendidikan adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. (Anang Kusuma)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2107 kali