Kembangkan SMK Pertanian, Kemendikbud Sepakati Kerja Sama dengan Belanda  08 Maret 2018  ← Back



Jakarta, Kemendikbud --- Dua SMK di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur terpilih sebagai model percontohan SMK di Bidang Pertanian dalam kerja sama bilateral Indonesia dan Belanda. Kedua SMK itu adalah SMK Negeri 2 Subang dan SMK Negeri 5 Jember.

Minister Plenipotentiary/Deputy Head of Mission Kedutaan Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Drs. Ferdinand Lahnstein,   menyambut baik kerja sama antara Indonesia dengan Belanda ini. Ia menilai potensi pertanian Indonesia sangat strategis untuk dikembangkan. “Komunitas penduduk dunia yang semakin besar tentu menjadi investasi yang menjanjikan bagi negara-negara agraris dalam mengembangkan industri pertanian terutama dalam hal persediaan kebutuhan pangan negara bahkan dunia,” jelasnya. Hal itu diungkapkannya dalam Kick Off Meeting dan Penandatanganan Technical Arrangement Pelaksanaan  Program dan Percontohan Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan Bidang Pertanian di Indonesia, di Kantor Kemendikbud, Jakarta, (8/3/2018).

Lebih lanjut ia mengatakan, pengembangan vokasional training menjadi jawaban untuk mengatasi kebutuhan dunia industri akan lulusan SMK yang berkualitas dan Pemerintah Belanda siap untuk membantu Indonesia. “Sejalan dengan filosofi Pemerintah Belanda bahwa pengetahuan harus selaras dengan dunia industri dan dunia industri harus selaras dengan pembangunan masyarakat maka sudah semestinya jika Indonesia mengambil bagian dalam vokasi di bidang pertanian karena hal tersebut merupakan solusi praktis untuk menjawab masalah kekurangan pangan," tuturnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Hamid Muhammad mengatakan, ada empat fokus dalam Program Percontohan Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan Bidang Pertanian di Indonesia, yakni penguatan kerja sama dengan dunia industri, pembangunan kurikulum, pelatihan guru, serta pembangunan infrastruktur. Ia menambahkan, penguatan kerja sama dengan dunia industri,  kementerian dan lembaga, serta pemerintah daerah, harus mencerminkan korelasi antara lulusan yang dihasilkan dengan kebutuhan dunia industri.

“Program ini harus dikawal betul agar sesuai antara supply dan demand. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah penyiapan kurikulum, tenaga pengajar yang menguasai bidangnya, serta infrastruktur di sekolah,” kata Hamid.

Turut hadir dalam perjanjian kerja sama tersebut, Deputi III Bidang Kajian Dan Pengelolaan Isu-Isu Ekonomi Strategis, Kantor Staf Presiden, Denni Puspa Purbasari. Denni mengatakan, pendekatan untuk memperbaiki (kualitas) SMK harus diselaraskan dengan kebutuhan industri. “Sangat penting untuk menghubungkan aktor-aktor pendidikan seperti pemerintah, sekolah, dunia industri, dan masyarakat agar model pendidikan SMK yang kita upayakan dapat menjadi rujukan karena jika tidak terkoneksi dengan baik akan menimbulkan kesenjangan (missed match) yang besar,” katanya.

Berangkat dari sumber daya alam Indonesia yang kaya akan potensi di bidang pertanian, maka keinginan Presiden Joko Widodo untuk membangun SMK Pertanian diharapkan dapat terealisasi melalui program ini. Sebagai langkah awal, dua SMK di wilayah Subang dan Jember didapuk menjadi model percontohan SMK di Bidang Pertanian. “Hanya dua SMA karena kita ingin agar kedua SMK ini menjadi contoh yang berkualitas dan dapat memberikan kontribusi bagi SMK Pertaninan lainnya,” kata Denni.

Direktur Pembinaan SMK, M. Bakrun mengatakan, membangun pendidikan tidak hanya sekadar fisik namun juga substansi yang terlibat di dalamnya seperti siswa, guru, dan masyarakat. Direktorat Pembinaan SMK telah menjadwalkan agar program ini berjalan di SMKN 2 Subang dan SMKN 5 Jember pada tahun ajaran baru mendatang. “Kami berharap bulan Juli, kepala sekolah yang ditunjuk bisa menjalankan proses produksi tepat waktu, jangan sampai implementasinya mundur," ujarnya. Kemendikbud pun secepatnya akan mengirimkan guru untuk mengikuti pelatihan di Belanda maupun di tempat lain, yang akan dilakukan pada bulan Maret minggu ketiga. (Denty Anugrahmawaty)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1216 kali