Seniman Masuk Sekolah, Solusi atas Keterbatasan Guru Kesenian   30 Juli 2018  ← Back

 

Jakarta, Kemendikbud --- Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) merupakan kegiatan pembelajaran kesenian oleh para seniman yang dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah atau kegiatan ekstrakurikuler di satuan pendidikan (SD, SMP, SMA/SMK). Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, GSMS menjadi salah satu solusi atas keterbatasan guru kesenian di sekolah-sekolah.

"Gerakan ini memperluas akses pelajar dalam kegiatan artistik sekaligus menjawab keterbatasan jumlah guru seni yang terbatas," katanya menjelaskan tujuan kegiatan Lokakarya (Workshop) Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) Tahun 2018, di Jakarta, Kamis (26/8/2018).

Dalam GSMS, seniman mengenalkan dan mengajarkan seni kreasi ataupun tradisi sesuai bidangnya kepada para siswa di waktu yang telah terjadwal di luar jam sekolah dengan program-program yang telah disusun. Beragam bidang seni tersebut antara lain seni tari, seni musik, seni teater, seni sastra, seni rupa, dan seni media.

Menurut Hilmar, pengaruh kesenian dalam membentuk karakter baik pada diri manusia, diyakini dapat menciptakan karakter generasi muda Indonesia yang lebih baik. "Jika bisa mengekspresikan dirinya dengan berkesenian, maka (seni itu) akan mempengaruhi wataknya," tuturnya.

Hilmar berharap, melalui kesenian, dapat terbangun sikap kreatif, apresiatif, dan inovatif peserta didik. "Anak-anak yang punya akses langsung bersentuhan dengan kesenian akan bisa mengekspresikan diri dengan bahasa artistik. Selanjutnya jika "rasa"-nya sudah terasah, maka ia akan mampu mengendalikan apa yang ada dalam dirinya sendiri, dan itu sangat penting," ujarnya.

Ia menambahkan, GSMS adalah cerminan semangat yang bergerak bersama-sama, dan menjadi kesempatan dan wadah agar seni lebih mendapat apresiasi di masyarakat. "Sekolah mestinya menjadi salah satu rumah bagi seniman untuk berkreasi. Mereka (seniman) membagi apa mereka miliki dengan murid dan sekitarnya.Tujuan program ini adalah mengenalkan kehidupan seni seperti apa, agar anak-anak akrab dengan dunia seni, tutur Hilmar. Kegiatannya GSMS akan berbentuk seni pertunjukan karena di dalamnya mengandung banyak unsur seni.

GSMS telah diselenggarakan sejak tahun 2016. Kegiatan  ini tidak hanya menitikberatkan pada pengajaran kesenian kepada siswa saja namun lebih bertujuan untuk mengoptimalkan kesenian menjadi sarana dalam penguatan karakter melalui pemahaman dan penyerapan nilai-nilai positif selama proses pembelajaran.

Direktur Kesenian Restu Gunawan mengatakan, pendaftaran GSMS dilakukan secara daring (online). Pendaftaran telah berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 27 Juni 2018. "Dari 1.894 seniman yang mendaftar, diseleksi menjadi 1.320 seniman yang dibutuhkan," katanya saat menyampaikan laporan.

Deni Hadiansyah, sastrawan asal Bandung yang tergabung dalam tim perumus GSMS, mengatakan, tim perumus bekerja sama dengan dinas pendidikan untuk memilih seniman yang layak sesuai kriteria juknis. "Tim yang terjun ke sekolah harus terbukti menguasai seni dan berasal dari maestro lokal dan internasional,” katanya.

Secara umum, GSMS digagas sebagai upaya pemerintah untuk melibatkan warga sekolah dan masyarakat agar dapat menyaring budaya asing yang mengikis moral generasi muda dengan memicu dan memacu kapasitas seni budaya di Indonesia terutama bagi sekolah-sekolah yang tidak memiliki guru kesenian di daerah 3T (Tertinggal, Terluar, Terdepan). Kegiatan ini merupakan bagian dari pengembangan ekosistem budaya, melibatkan 28 provinsi, 28 kabupaten/kota dan lebih dari 1.000 seniman.

Program ini rencananya akan dimulai awal bulan Agustus 2018 yang berlangsung selama tujuh kali pertemuan dan mengacu pada metode pembelajaran yang telah disepakati antara sekolah dan dinas pendidikan. Setiap pertemuan akan diikuti oleh sekitar 20-40 siswa dengan durasi dua jam. Di akhir proses pembelajaran, diharapkan anak-anak akan terlibat dalam kegiatan bulan pendidikan di sekolah terutama sekolah yang sudah mendapat fasilitas alat kesenian dan program dari seniman mengajar.

"Semoga tahun depan anggarannya bisa meningkat dan dinas pendidikan mulai bisa mengadopsi program ini untuk dikembangkan di daerahnya," harap DIrjen Kebudayaan Hilmar Farid. (Denty Anugrahmawaty/Desliana Maulipaksi)


Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3914 kali