Dari Swafoto Favorit Hingga Kerajaan Sriwijaya di Museum Balaputra Dewa   18 Agustus 2018  ← Back


Jakarta, Kemendikbud --- Tidak hanya ke mal atau taman hiburan, sekarang berkunjung ke museum menjadi sesuatu yang menyenangkan. Apalagi, jika kita bisa menemukan hal-hal baru atau menarik di dalam museum. Museum Balaputra Dewa di Kota Palembang, misalnya. Selain berisi tentang konten dan koleksi sejarah Kerajaan Sriwijaya, di museum ini juga ada lokasi swafoto atau selfie yang terkenal dan menjadi favorit para pengunjungnya.

Adalah Rumah Limas, yang menjadi primadona di Museum Balaputra Dewa, atau dikenal juga sebagai Museum Negeri Sumatra Selatan. Rumah Limas yang terdapat di halaman belakang museum ini merupakan Rumah Limas yang gambarnya tercantum di uang lembar Rp10.000 yang dicetak Bank Indonesia pada tahun emisi 2004 dan masih berlaku hingga sekarang. Banyak pengunjung Museum Balaputra Dewa yang menyempatkan diri untuk berswafoto dengan latar Rumah Limas yang merupakan rumah tradisional Sumatra Selatan ini.

Reza, seorang pengunjung Museum Balaputra Dewa, mengaku sudah tahu tentang Rumah Limas. Ia pun mengambil gambar dan berswafoto dengan membawa uang lembar Rp10.000 sebagai pembanding di dalam fotonya. "Buat senang-senang aja," katanya. Menurut Reza, berkunjung ke museum juga bisa menjadi salah satu bentuk rekreasi keluarga.

Sementara Dimas Aditya, siswa SMPN 19 Palembang, mengaku sering berkunjung ke museum tidak hanya untuk melihat Rumah Limas, melainkan juga untuk mengerjakan tugas dari sekolah. "Misalnya tugas dari guru untuk kerja kelompok membuat prakarya atau latihan seni," tuturnya yang berkunjung ke Museum Balaputra Dewa setelah upacara bendera 17 Agustus 2018.

Rumah Limas memang jadi hal yang menarik di Museum Balaputra Dewa. Tapi materi dan koleksi di Museum Negeri Sumatra Selatan ini juga kaya akan nilai sejarah dan budaya, khususnya Kerajaan Sriwijaya, salah satu kerajaan besar di Nusantara. Kita bisa melihat dan mempelajari sejarah peradaban Sumatra Selatan, mulai dari prasejarah, masa Kerajaan Sriwijaya, masa Kolonialisme Belanda dan Jepang, hingga teknologi tradisional budayanya.

Museum Balaputra Dewa memiliki tiga gedung pameran dengan tema yang berbeda-beda. Gedung Pameran 1 diisi dengan koleksi dan pengetahuan tentang zaman prasejarah. Koleksinya antara lain Arca Megalit dari zaman Megalitikum dan Batu Gajah.

Gedung Pameran 2 berisi sejarah Kerajaan Sriwijaya hingga masa kemerdekaan. Palembang merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Pada pertengahan abad ke-7 Masehi, Palembang dikenal sebagai Ibu Kota Sriwijaya sekaligus Kota Pelabuhan. Sebagian besar penghasilan Sriwijaya berasal dari perdagangan dan cukai. Selain itu, tinggalan Sriwijaya yang berhubungan dengan sistem keagamaan tersebar di berbagai wilayah Sriwijaya. Tinggalan arca Hindu dan Buddha di Sumatra Selatan mencapai 116 buah.

Di Gedung Pameran 3, pengunjung bisa melihat kerajinan tradisional Sumatra Selatan. Sumatra Selatan juga dikenal kaya akan kerajinan tradisional, di antaranya ukiran, anyaman, logam, dan tenun. Benda hasil kerajinan ada yang berfungsi sebagai alat pelengkap upacara. Motif-motif yang dibuat pada benda hasil kerajinan juga mempunyai arti. Misalnya, motif "Nago Besaung" pada kain songket memiliki simbol kekuasaan, kemakmuran, dan keterikatan.

Seperti museum pada umumnya, Museum Balaputra Dewa tutup pada hari Senin dan hari libur nasional. Museum ini beroperasi pada hari Minggu sampai Sabtu, dan di hari Sabtu dan Minggu hanya buka sampai pukul 13.30 WIB. Setelah direvitalisasi pada tahun 2011, tata pameran di museum ini mengalami perubahan dan menjadi lebih menarik. Selain itu, komunitas-komunitas di Palembang juga bisa menyelenggarakan kegiatan positif di museum ini secara gratis. (Desliana Maulipaksi)

Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 4215 kali