Rehabilitasi Sekolah Perlu Perhatikan Sistem Zonasi  15 Agustus 2018  ← Back

Lombok Utara, Kemendikbud --- Hari kedua kunjungan kerja di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy kembali meninjau satuan pendidikan terdampak gempa di kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara. Dalam proses rehabilitasi sekolah rusak berat, Mendikbud mengimbau agar dinas pendidikan setempat juga memerhatikan konsep zonasi persekolahan. Jika diperlukan, agar sekaligus menyiapkan unit sekolah baru di wilayah lain sesuai kebutuhan.

"Sekolah ini 'kan siswanya cukup banyak. Tadi saya dengar ada siswa yang rumahnya cukup jauh dari sini. Nanti dilihat apa sebaiknya juga dibuat sekolah baru untuk mengakomodir siswa di wilayah itu. Ini sekaligus saja, karena harus diperbaiki total," ungkap Mendikbud Muhadjir Effendy, Selasa (14/8), di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Tanjung, Lombok Utara.

Menurut data Sekretariat Nasional Pendidikan Aman Bencana (SPAB) per tanggal 13 Agustus 2018, sebanyak 169 satuan pendidikan di Kabupaten Lombok Utara terdampak gempa. Tercatat sebanyak 1.117 ruang kelas dan 407 ruangan pendukung (laboratorium, ruang tata usaha, ruang guru, dan toilet) di sekolah mengalami kerusakan berat. Sedangkan 215 ruang kelas mengalami kerusakan kategori sedang dan ringan.

"Sembilan puluh persen sekolah di Lombok Utara rusak. Sejumlah 23.822 siswa SD dan 7.304 siswa SMP berada di pengungsian dan tidak bisa mengukuti proses belajar mengajar normal dalam waktu yang cukup lama. Semoga segera ada sekolah darurat untuk anak-anak kita," disampaikan Fauzan Fuad, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lombok Utara.

Fauzan menyampaikan terima kasihnya kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) atas langkah responsif dalam penanganan pascagempa Lombok. Ia mengungkapkan rasa syukurnya karena posko pendidikan dapat digunakan menjadi kantor sementara. Di saat kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Lombok Utara rusak cukup parah.

Mendikbud mengimbau agar sekolah-sekolah dan dinas pendidikan dapat segera melaporkan kondisi teknis bangunan terdampak gempa agar dapat segera dilakukan rehabilitasi. Mekanisme pembenahan dapat dilakukan secara swakelola dengan menggunakan dana bantuan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud.

Saat memeriksa instalasi tenda-tenda pendidikan, Muhadjir menyampaikan beberapa saran perbaikan kepada tim posko pendidikan. Agar suasana di dalam tenda menjadi lebih nyaman, ia berharap lokasi antartenda tidak terlalu berdekatan. Saat instalasi tenda optimal, sirkulasi udara di dalam tenda juga akan lebih baik dan lebih memperkokoh struktur tenda.

"Kita ingin agar siswa dapat kembali belajar dan tidak berlama-lama di pengungsian," ujarnya.

Pendidikan Tanggap Bencana

Mendikbud menyampaikan bahwa dengan penguatan pendidikan karakter (PPK), maka pendidikan tanggap bencana dapat lebih mudah diselipkan. Sejak dini, siswa dapat dididik untuk lebih memahami bencana alam. Konteks dan materi pembelajaran juga dapat disesuaikan dengan potensi bencana di tiap-tiap daerah.

"Sebetulnya dengan PPK, kurikulum sekolah menjadi terbuka. Jadi, semua pengalaman belajar yang perlu dibekalkan kepada siswa bisa diberikan sesuai dengan ekosistem atau lingkungan dia belajar," ujar Muhadjir.

Ditambahkannya, guru yang berada di lokasi potensial bencana dapat memodifikasi kurikulum agar dapat membiasakan siswa melakukan mitigasi atau keterampilan hidup dalam kondisi bencana. Sekolah dapat bekerja sama dengan berbagai lembaga seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) atau lembaga serupa setempat untuk menyelipkan materi tanggap bencana.

"Itu tidak dalam bentuk pelajaran. Tetapi dalam bentuk keterampilan hidup. Bisa diingatkan dan dicontohkan oleh para pendidik. Jadi, bisa diberikan setiap saat," ujarnya.

Saat bertemu dengan para siswa di Posko Pendidikan Kabupaten Lombok Utara di SMP Negeri 1 Tanjung, Mendikbud bertanya mengenai kesiapan mereka untuk kembali bersekolah. Puluhan siswa yang berkumpul di posko serempak menjawab, "Siap!".

Kemudian Muhadjir menyerahkan secara simbolis bantuan perlengkapan sekolah kepada perwakilan siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Pertama (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Paket kembali ke sekolah berupa tas yang berisi seragam, alat tulis, dan makanan tambahan.

Rangkaian gempa tektonik yang melanda pulau Lombok menyebabkan kerusakan yang cukup signifikan pada rumah masyarakat dan berbagai fasilitas umum. Perpanjangan status tanggap darurat ditetapkan oleh Gubernur NTB sampai dengan tanggal 25 Agustus 2018. (*)

Lombok Utara, 14 Agustus 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan








Sumber : Siaran Pers BKLM Nomor: 134/Sipres/A5.3/HM/VIII/2018

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2184 kali