Pencak Silat Tunggal O2SN, 14 Jurus dalam 3 Menit   20 September 2018  ← Back


 
Yogyakarta, Kemendikbud --- Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2018 mempertandingkan cabang olahraga (cabor) Pencak Silat di semua jenjang, yakni SD, SMP, SMA, dan SMK. Untuk jenjang SMA, ada dua kategori yang dipertandingkan, yaitu Tanding dan Tunggal. Pada Pencak Silat Tunggal baik putra maupun putri, peserta harus menampilkan 14 jurus dalam waktu tiga menit.

Ke-14 jurus yang ditampilkan atlet Pencak Silat SMA antara lain jurus tangan kosong dan jurus dengan menggunakan senjata, yaitu golok dan toya. Saat tampil, peserta pertama kali memeprlihatkan jurus-jurus tangan kosong di hadapan lima orang juri. Selanjutnya peserta menampilkan jurus dengan menggunakan senjata golok, dan terakhir adalah jurus dengan senjata toya (tingkat panjang).

Dalam menampilkan jurus, ada tiga hal yang menjadi penilaian juri cabor Pencak Silat Tunggal di O2SN 2018 , yaitu kebenaran jurus, kemantapan gerakan, dan waktu. Pertandingan cabor Pencak Silat jenjang SMA berlangsung di GOR Universitas Negeri Yogyakarta pada 18-21 September 2018.

Seorang peserta dari Provinsi Banten, Winahyu Munawaroh mengatakan, ia sangat bersyukur bisa lolos ke tingkat nasional dalam cabor Pencak Silat. Siswi kelas XII dari SMA Permata Insani Banten itu mengaku mengikuti seleksi O2SN sejak ia duduk di bangku SMP. Sayang, ia selalu gugur di tahap provinsi.

“Ini tahun terakhir saya bisa ikut O2SN sebagai pelajar. Alhamdulillah Banten kan kabupaten dan kotanya sedikit, jadi tidak terlalu ketat (persaingannya), tidak seperti Jawa Barat atau Jawa Tengah,” kata Winahyu saat dijumpai usai tampil untuk nomor Tunggal di GOR Universitas Negeri Yogyakarta, Rabu (19/9/2018).

Ia menuturkan, Pencak Silat di sekolahnya termasuk dalam muatan lokal (mulok). Di SMA Permata Insani, Pencak Silat juga menjadi kegiatan khusus atau prestasi, yang menyiapkan anak didiknya untuk mengikuti kompetisi-kompetisi. Melihat prestasi yang diraih kakak kelasnya, Winahyu pun memutuskan untuk tidak hanya mengikuti pencak silat sebagai mulok, namun juga sebagai kegiatan prestasi. “Tadinya cuma junior, ikut muloknya aja, nggak ikut prestasinya. Tapi liat senior kok bisa sampai (kompetisi) tingkat provinsi dan membanggakan orang tua, sekolah, dan provinsi, jadi ikut termotivasi,” katanya.

Winahyu mengaku sudah lama menyukai pencak silat yang hingga kini menjadi hobinya. Ia juga mendapat dukungan penuh dari orang tua dan sekolah. “Orang tua sangat mendukung saya, sekolah juga. Sampai ikut ke sini pemilik sekolahnya. Pencak Silat sangat didukung di sekolah. Ada sekretariatnya. Pelatihnya juga didatangkan dari Jakarta ke Tangerang untuk melatih,” tutur Winahyu.

Bagi Winahyu, Pencak Silat bukan sekadar kegiatan atau seni bela diri, melainkan juga pendidikan karakter. “Di silat bukan cuma bela diri yang ditonjolkan, tapi spiritual juga, lalu sikap disiplin terhadap waktu, tidak meremehkan sesuatu, jadi ada pendidikan karakter,” ujar gadis berjilbab itu. Ia pun berpesan kepada teman-teman di Tanah Air yang juga menekuni bidang olahraga agar tetap semangat dan pantang menyerah meski menemui hambatan. “Sesuatu itu pasti ada jalannya kalau kita mau dan berusaha,” ucap Winahyu. (Desliana Maulipaksi) 


Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 4682 kali