Festival Budaya Saman, Kerja Sama Kemendikbud dan Pemda dalam Indonesiana   06 Oktober 2018  ← Back

 

Jakarta, Kemendikbud --- Tanggal 24 November menjadi tanggal penting bagi masyarakat Gayo Lues sejak Saman ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tanggal 24 November 2011. Setiap tahun masyarakat Gayo Lues menghelat pesta budaya yang menampilkan Saman sebagai subjek utama perayaan. Tahun 2018 ini perayaan tersebut digelar lebih istimewa dalam program platform Indonesiana, dengan kolaborasi antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan pemerintah daerah, yaitu Pemerintah Kabupaten Gayo Lues. 

Indonesiana merupakan platform pendukung kegiatan seni budaya di Indonesia yang bertujuan untuk membantu tata kelola kegiatan seni budaya yang berkelanjutan, berjejaring, dan berkembang. Program yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud ini dikerjakan dengan semangat gotong royong dan dengan melibatkan semua pihak yang memiliki kepedulian dan kepentingan atas pemajuan kebudayaan di Indonesia. Dalam hal ini, Saman adalah salah satu dari sembilan festival seni budaya di Indonesia yang didukung melalui Platform Indonesiana. 

“Saman itu sudah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Gayo Lues,” ujar Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, saat membuka Festival Budaya Saman di Plaza Insan Berprestasi Kemendikbud, Jakarta, (2/10/2018). Saman bagi masyarakat Gayo Lues memang bukan hanya sekadar media ekspresi, melainkan juga media untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta melalui syair-syair yang dilantunkan. Lebih jauh, Saman juga merupakan suatu wadah ekonomi dalam pertunjukan, pakaian, maupun aspek lain.

Dalam laporannya, Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Nadjamuddin Ramly mengatakan, Festival Budaya Saman 2018 merupakan festival yang bertujuan mengangkat dan mengenalkan Saman kepada dunia. “Seiring sudah ditetapkannya Saman sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh UNESCO pada 2011 silam, maka melalui Festival Budaya Saman ini, kita bersama-sama akan mengangkat Saman kepada dunia,” katanya. 

Bupati Gayo Lues, Muhammad Amru menuturkan, sudah saatnya menjadikan Saman bukan hanya sebagai sebuah pertunjukan, melainkan juga sebagai sumber ekonomi masyarakat. “Sekarang saatnya menjadikan Saman sebagai ekosistem kebudayaan yang memajukan perekonomian masyarakat Gayo Lues. Salah satu upayanya adalah dengan mendirikan Saman Center yang akan menjadi wadah perkembangan Saman, baik sebagai sebuah seni, falsafah hidup, dan juga sendi perekonomian masyarakat,” ujarnya. 

Kerja sama Kemendikbud dengan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues untuk menyelenggarakan Festival Budaya Saman dikukuhkan dalam sebuah nota kesepahaman. Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya mendukung pada acara pembukaan yang dilaksanakan serangkai dengan Seminar Nasional Festival Budaya Saman 2018 bertajuk “Saman dalam Spektrum: Menuju Saman Center” pada tanggal 2-3 Oktober 2018. Kemudian dilanjutkan dengan tradisi “Bejamu Saman Roa Lo Roa Ingi” sebagai puncak penyelenggaraan Festival Budaya Saman pada tanggal 13 Oktober – 19 November 2018, yang difasilitasi oleh unit pelaksana teknis (UPT) Kemendikbud, yaitu Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh. 

Serangkaian dengan itu, sejak 2 Oktober hingga 24 November 2018, Gayo Lues diwarnai berbagai aktivitas terkait Festival Budaya Saman antara lain: lokakarya (workshop) Saman, kompetisi Bines, kompetisi Kerawang Gayo, kompetisi kopi, dan kompetisi musik etnik yang diisi oleh para tokoh atau ahli yang telah dipersiapkan dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten Gayo Lues. (Desliana Maulipaksi/ Sumber: BPNB Aceh dan kebudayaan.kemdikbud.go.id)


Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1729 kali