Indonesia Fokus Kembangkan Pendidikan Vokasi 01 November 2018 ← Back
Nay Pyi Taw-Myanmar, Kemendikbud -- Pemerintah Indonesia fokus pada pengembangan dan penguatan pendidikan vokasi. Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat menghadiri Pertemuan Menteri-Menteri Pendidikan ASEAN atau Association of Southeast Asian Nations Education Ministers Meeting (ASED), di Nay Pyi Taw, Myanmar, Rabu (31/10).
"Indonesia dengan penduduk terbesar ke-4 di dunia dengan struktur populasi yang relatif muda, berusaha untuk mendapatkan manfaat dengan meningkatkan kualitas tenaga kerja yang terampil melalui pendidikan berkualitas," disampaikan Mendikbud Muhadjir Effendy di dalam forum ASED ke-10.
Dalam menghadapi revolusi industri keempat, di mana unsur digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam dunia usaha dan industri, penting bagi Indonesia menyiapkan generasi muda yang terampil. Terutama lulusan sekolah menengah, agar mampu memasuki dunia kerja yang semakin kompetitif dan sangat bervariasi sesuai dengan perkembangan zaman yang dinamis.
"Meningkatnya pasokan tenaga kerja terampil dengan kualifikasi dan kompetensi di tingkat ASEAN pasti akan menentukan desain pengembangan dan membawa pendidikan vokasi ke arah yang lebih baik, di tingkat pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi," kata Mendikbud.
Muhadjir mengungkapkan bahwa saat ini strategi Indonesia dalam menyiapkan tenaga terampil lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) beralih pada kebutuhan industri atau demand side. Dengan demikian, penyusunan kurikulum dan peran serta industri sebagai calon pengguna, semakin ditingkatkan. Hal ini berlaku baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional. Diharapkan lulusan SMK semakin siap menghadapi dunia profesional di era keterbukaan pasar kerja dan revolusi industri keempat.
"Karena itu kurikulum 60 persen ditentukan dunia usaha. Kemudian proses belajar mengajar juga lebih banyak pada praktik di dunia usaha dan dunia industri," ujar Mendikbud.
Sistem pendidikan yang kini diterapkan di Indonesia, menurut Mendikbud, telah sesuai dengan ASEAN Work Plan on Education 2016-2020, di mana pendidikan vokasi tercakup di dalamnya. Dan saat ini rata-rata negara ASEAN telah mengembangkan pendidikan vokasi.
Mendikbud mengungkapkan bahwa negara Myanmar dan Thailand, tertarik untuk meningkatkan kerja sama pendidikan dengan Indonesia. "Sebab mereka menilai, apa yang dilakukan Indonesia dapat pula diadopsi dan diterapkan di negaranya," kata Muhadjir.
Perhelatan ASED telah menjadi kesempatan bagi para menteri pendidikan negara-negara ASEAN untuk saling bertukar pengalaman tentang sistem dan program pendidikan yang sedang dilaksanakan di negara masing-masing. Selain itu, ASED juga menjadi momen bagi negara anggota ASEAN untuk saling menjajaki kerja sama di bidang pendidikan.
Mendikbud mengucapkan terima kasih atas jalinan kerja sama pendidikan antarnegara anggota ASEAN yang semakin kuat dan memberi manfaat bagi semua pihak. Kemajuan pembangunan pendidikan nasional tak lepas dari dukungan kuat dari berbagai mitra pendidikan dan sejumlah pemangku kepentingan utama baik di tingkat nasional, regional dan internasional.
"Saya percaya bahwa mengatasi hambatan dan tantangan dalam memajukan pendidikan di negara-negara anggota ASEAN dapat diwujudkan melalui mobilisasi dan berbagi pengetahuan, keterampilan serta praktik-praktik baik," pungkas Muhadjir. (*)
Nay Pyi Taw-Myanmar, 31 Oktober 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 222/Sipres/A5.3/HM/X/2018
"Indonesia dengan penduduk terbesar ke-4 di dunia dengan struktur populasi yang relatif muda, berusaha untuk mendapatkan manfaat dengan meningkatkan kualitas tenaga kerja yang terampil melalui pendidikan berkualitas," disampaikan Mendikbud Muhadjir Effendy di dalam forum ASED ke-10.
Dalam menghadapi revolusi industri keempat, di mana unsur digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam dunia usaha dan industri, penting bagi Indonesia menyiapkan generasi muda yang terampil. Terutama lulusan sekolah menengah, agar mampu memasuki dunia kerja yang semakin kompetitif dan sangat bervariasi sesuai dengan perkembangan zaman yang dinamis.
"Meningkatnya pasokan tenaga kerja terampil dengan kualifikasi dan kompetensi di tingkat ASEAN pasti akan menentukan desain pengembangan dan membawa pendidikan vokasi ke arah yang lebih baik, di tingkat pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi," kata Mendikbud.
Muhadjir mengungkapkan bahwa saat ini strategi Indonesia dalam menyiapkan tenaga terampil lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) beralih pada kebutuhan industri atau demand side. Dengan demikian, penyusunan kurikulum dan peran serta industri sebagai calon pengguna, semakin ditingkatkan. Hal ini berlaku baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional. Diharapkan lulusan SMK semakin siap menghadapi dunia profesional di era keterbukaan pasar kerja dan revolusi industri keempat.
"Karena itu kurikulum 60 persen ditentukan dunia usaha. Kemudian proses belajar mengajar juga lebih banyak pada praktik di dunia usaha dan dunia industri," ujar Mendikbud.
Sistem pendidikan yang kini diterapkan di Indonesia, menurut Mendikbud, telah sesuai dengan ASEAN Work Plan on Education 2016-2020, di mana pendidikan vokasi tercakup di dalamnya. Dan saat ini rata-rata negara ASEAN telah mengembangkan pendidikan vokasi.
Mendikbud mengungkapkan bahwa negara Myanmar dan Thailand, tertarik untuk meningkatkan kerja sama pendidikan dengan Indonesia. "Sebab mereka menilai, apa yang dilakukan Indonesia dapat pula diadopsi dan diterapkan di negaranya," kata Muhadjir.
Perhelatan ASED telah menjadi kesempatan bagi para menteri pendidikan negara-negara ASEAN untuk saling bertukar pengalaman tentang sistem dan program pendidikan yang sedang dilaksanakan di negara masing-masing. Selain itu, ASED juga menjadi momen bagi negara anggota ASEAN untuk saling menjajaki kerja sama di bidang pendidikan.
Mendikbud mengucapkan terima kasih atas jalinan kerja sama pendidikan antarnegara anggota ASEAN yang semakin kuat dan memberi manfaat bagi semua pihak. Kemajuan pembangunan pendidikan nasional tak lepas dari dukungan kuat dari berbagai mitra pendidikan dan sejumlah pemangku kepentingan utama baik di tingkat nasional, regional dan internasional.
"Saya percaya bahwa mengatasi hambatan dan tantangan dalam memajukan pendidikan di negara-negara anggota ASEAN dapat diwujudkan melalui mobilisasi dan berbagi pengetahuan, keterampilan serta praktik-praktik baik," pungkas Muhadjir. (*)
Nay Pyi Taw-Myanmar, 31 Oktober 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 222/Sipres/A5.3/HM/X/2018
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3602 kali
Editor :
Dilihat 3602 kali