Pemerintah Berikan Layanan Pendidikan Bagi Anak Indonesia Berkebutuhan Khusus di Malaysia  02 November 2018  ← Back



Kinabalu, Kemendikbud — Biasanya dalam suatu daerah terdapat 2,5 persen dari total penduduknya yang menyandang disabilitas. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) imbau Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) menerima lebih banyak lagi anak Indonesia berkebutuhan khusus di Malaysia. SIKK sebagai sekolah induk agar mendorong 294 pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) di Sabah dan Sarawak untuk menerima murid penyandang disabilitas.

Hal itu merupakan upaya dan kepedulian pemerintah untuk hadir melayani pendidikan anak Indonesia khususnya penyandang disabilitas sekalipun mereka berada di negeri orang. Selain meraih berbagai prestasi, SIKK juga harus mampu memberikan warna baru dalam layanan pendidikan di antara sekolah Indonesia luar negeri yang ada saat ini.

Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Kemendikbud, Praptono menyampaikan, meskipun belum ada guru bagi penyandang disabilitas, SIKK dan PKBM di bawah naungannya minimal menerima siswa tersebut dahulu. Ke depan akan ada solusi atas permasalahan itu, misal melalui pelatihan guru, mendatangkan guru bantu, dan lainnya.

“Orang tua mereka (anak-anak Indonesia berkebutuhan khusus di Malaysia,-) sibuk mencari nafkah, kita ringankan bebannya,” ujar Praptono dalam kunjungannya ke SIKK di Malaysia, Kamis (1/11/2018).

Praptono mengungkapkan, jika anak-anak Indonesia berkebutuhan khusus itu tidak dididik maka mereka tidak akan pernah mandiri. Orang tuanya, lanjut dia, memiliki keterbatasan dalam melayani pendidikan mereka misalnya dari segi usia, kemampuan mengajar, dan lainnya. Satu dari berbagai cara agar mereka mampu bertahan hidup adalah dengan memberikan pendidikan.

Sejalan dengan itu, Istiqlal membenarkan bahwa SIKK belum mempunyai guru khusus bagi siswa penyandang disabilitas. Mereka tetap mengikuti pembelajaran di kelas reguler seperti anak lainnya tetapi ada dispensasi untuk mata pelajaran yang tidak bisa mereka ikuti karena keterbatasannya dan digantikan dengan kegiatan lain.

“Nanti kita akan minta Kemendikbud supaya mengirimkan guru-guru yang khusus menangani itu. Di SIKK mungkin cuma sekitar 10 orang tetapi di ladang-ladang itu lebih banyak. Guru-guru agar dilatih, kita andalkan sumber daya yang telah ada dahulu,” pungkas Kepala SIKK itu. (Agi Bahari)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2378 kali