Bagian dari Budaya Indonesia, Barongsai Meriahkan Kongres Kebudayaan Indonesia   06 Desember 2018  ← Back

 

Jakarta, Kemendikbud --- Tiga ekor singa berwarna merah, kuning, dan hitam, meliuk-liuk menari di dalam Kompleks Kantor Kemendikbud, Jakarta, pada Kamis siang (6/12/2018). Gerakan lincah mereka diiringi musik yang dimainkan empat pemuda dengan menabuh tambur dan membunyikan simbal. Kehadiran Barongsai siang itu memeriahkan Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) 2018 dan menghibur peserta hingga pegawai Kemendikbud.

Pertunjukan Barongsai di hari kedua KKI 2018 itu berlangsung dua kali, yakni pada siang dan sore hari. Selama kurang lebih setengah jam, Barongsai tampil dan berkeliling Kompleks Kantor Kemendikbud, dari satu gedung ke gedung lain. Para peserta KKI 2018 dan pegawai Kemendikbud pun antusias menonton dan mendokumentasikan pertunjukan Barongsai yang jarang mereka lihat secara langsung.

Barongsai yang hadir di KKI 2018 merupakan Barongsai Naga dari Persatuan Liong dan Barongsai Seluruh Indonesia. Sekretaris Jenderal World Kungfu Dragon and Lion Dance Federation, Ripka Widjaja mengatakan, Barongsai awalnya dilihat sebagai budaya Tionghoa. Namun, kini Barongsai telah menjadi bagian dari budaya Indonesia.

“Kalau kita bicara kebudayaan, Liong dan Barongsai sudah ratusan tahun lalu ada. Kalau dulunya secara seremoni, lalu keagamaan, sekarang jadi salah satu kebudayaan atau tradisi, dan olahraga. Barongsai juga sudah jadi kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Ada nilai budaya dalam Barongsai,” kata Ripka. Ia menuturkan, Barongsai sudah menyatu dengan budaya Indonesia. Bahkan saat mengadakan pertunjukan di daerah lain, Ripka sempat melihat ada anggota TNI yang bergabung dalam Tim Barongsai.

Ia pun mengapresiasi Kemendikbud karena telah mengundang Barongsai hadir dalam Kongres Kebudayaan Indonesia 2018. “Kami sangat senang sekali. Kami berterima kasih kepada Kemendikbud yang mengadakan acara Kongres Kebudayaan ini sehingga pengetahuan masyarakat bertambah tentang budaya, sekaligus hiburan juga, apalagi bagi masyarakat yang jarang melihat Barongsai,” tutur Ripka.

Ripka mengatakan, komunitas atau perkumpulan Barongsai rutin menjalankan kegiatan untuk mencari bibit-bibit dan melestarikan Barongsai sebagai produk budaya. Tim Barongsai yang tampil di KKI 2018 merupakan Tim Naga didatangkan dari Tangerang, dan sebagian besar merupakan anak muda. “Mereka sudah biasa latihan, jadi hanya tinggal lihat tempatnya, venue seperti apa, dan acaranya berapa lama. Jadi  tidak asing lagi bagi mereka,” ujarnya.

Menurut Ripka, kekompakan dan ketepatan waktu dengan gerakan menjadi tantangan dalam bermain Barongsai. Barongsai memang pertunjukan yang membutuhkan banyak orang dalam satu timnya. Atraksi Liong atau Naga, misalnya, biasa dimainkan 13—18 orang, ditambah pemain musik 4—6 orang. “Kita lihat ketepatan waktu bahkan dihitung seper lima detik pun itu mereka nggak boleh missed. Jd diperlukan kekompakan. Untuk 13 orang memutar naga itu tidak mudah, perlu latihan,” ujarnya. (Desliana Maulipaksi) 


Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1987 kali