Presiden Terima Dokumen Strategi Kebudayaan   10 Desember 2018  ← Back

 

Jakarta, Kemendikbud --- Presiden Joko Widodo menerima dokumen Strategi Kebudayaan di acara Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) 2018. Dokumen ini berisikan poin-poin resolusi yang telah disusun oleh tim perumus dan melibatkan perwakilan pemerintah daerah, para pegiat budaya, serta budayawan di seluruh Indonesia. Prosesi penyerahan tersebut berlangsung di Gedung Kemendikbud, Jakarta, sebagai rangkaian akhir dari penyelenggaraan KKI 2018 yang telah dilaksanakan pada 5—9 Desember 2018.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, KKI 2018 telah dihadiri kurang lebih 7.000 peserta baik dalam dalam ataupun luar daerah. Mendikbud berharap, penyerahan Strategi Kebudayaan ini dapat menghimpun masukan dari berbagai sektor dengan melibatkan para pemangku kepentingan di bidang kebudayaan.

Mendikbud menuturkan, Strategi Kebudayaan ini merupakan instruksi langsung Presiden Joko Widodo pada 31 Agustus 2016. Presiden memberikan instruksi untuk menyusun Strategi Kebudayaan yang mengacu kepada Trisakti, yaitu asas berdaulat dalam politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, sehingga ketiganya dapat menjadi ruh dalam pembangunan nasional.

“Begitu besar harapan kami dan para pelaku pegiat, pemerhati kebudayaan, untuk bisa melahirkan serangkaian kongres ini. Diharapkan Strategi Kebudayaan akan dapat menjalankan fungsinya sebagai sebuah dokumen yang akan menjadi pedoman kebudayaan nasional sampai 20 tahun ke depan,” ujar Mendikbud sebelum prosesi penyerahan dokumen Strategi Kebudayaan di Kantor Kemendikbud, Minggu sore (9/12/2018).

Penyerahan dokumen Strategi Kebudayaan diserahkan oleh perwakilan tim perumus, yakni I Made Bandem dan Nungki Kusumastuti dan diterima langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo pun mengapresiasi kerja keras pada budayawan dan para pemangku kepentingan. Menurutnya, di tengah-tengah tantangan yang semakin kompleks, kebudayaan dapat hadir sebagai penjaga peradaban dan membuka ruang interaksi, termasuk toleransi di dalamnya. “Yang kita butuhkan adalah panggung interaksi yang bertoleransi, karena inti kebudayaan adalah kegembiraan,” tuturnya. (Fauziah/Desliana Maulipaksi) 


Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1385 kali