Tari Kolosal Sekolah Indonesia Riyadh Pukau Masyarakat Arab  18 Januari 2019  ← Back

 

Riyadh, Kemendikbud --- Pertunjukan kolosal dari siswa/siswi Sekolah Indonesia Riyadh (SIR) menjadi puncak acara penutupan di panggung Indonesia sebagai Tamu Kehormatan Festival Janadriyah ke-33 di Riyadh, Arab Saudi. Sebanyak 75 pelajar SIR mempersembahkan sebuah sendratari luar biasa dan mendapatkan sambutan meriah dari pengunjung Festival Janadriyah. Mereka menampilkan sendratari kolosal yang menggabungkan kesenian rakyat Tari Badui dari Sleman, dan Tari Angguk Kipas yang dikombinasikan dengan tari kreasi baru.

Sendratari kolosal atau Colosal Dance Folklore tersebut diberi judul "Merah Putihku Indonesia". Pergelaran seni berdurasi 13 menit itu menceritakan penyebaran agama Islam di Indonesia yang menyebar melalui kesenian dan budaya. Ragam tari dan warna-warni kostum serta atribut dalam pergelaran kolosal menggambarkan keragaman atau kebinekaan budaya yang bersatu di bawah nama Indonesia. Seniman Yogyakarta, Wisnu Aji Setyo Wicaksono, ditunjuk menjadi koreografer, dengan asisten koreografer Endra Wijaya dan Bramantyo Fendi Prastowo, serta penata musik Sulistiyono.

Salah satu warga Arab Saudi, Abdulaziz M Shabib, memuji penampilan anak-anak Indonesia yang tampil dalam pertunjukan seni di Festival Janadriyah. “Anak-anak yang nari bagus banget dan rapi. Saya salut lihat tarian anak-anak Indonesia seperti itu,” ujarnya. Festival Janadriyah ke-33 di Riyadh berlangsung pada 20 Desember 2018 hingga 9 Januari 2019. Berdasarkan dekrit Raja Salman, Indonesia dipilih sebagai tamu kehormatan dalam festival budaya terbesar di Arab Saudi itu.

Koreografer sendratari kolosal, Wisnu Aji menuturkan, para siswa/siswi Sekolah Indonesia Riyadh mampu tampil luar biasa meski persiapan mereka sangat singkat, yakni hanya tiga kali latihan. “Saya tiba di Riyadh saat anak-anak masih ujian sekolah. Ujian sampai tanggal 13 Desember, lalu tanggal 14 mau latihan di KBRI Riyadh tapi hujan deras. Akhirnya cuma kenalan dan presentasi gerakan tarinya seperti apa. Padahal tanggal 18 sudah harus geladi resik. Jadi tanggal 15 sampai 17 itu sudah harus selesai semua latihan. Tanggal 19 di lokasi Janadriyah sudah clear area karena pembukaannya tanggal 20 dan dihadiri Raja Salman,” tutur Wisnu jelang malam penutupan Festival Janadriyah ke-33 di Riyadh, Rabu (9/1/2019).

Pergelaran kolosal "Merah Putihku Indonesia" dari 75 pelajar SIR ditutup secara spektakuler dengan membentangkan sebuah kain besar berwarna merah dan putih di atas panggung, dan bendera merah putih yang dikibarkan sebagai latar panggung. Tepuk tangan riuh pun membahana di area panggung Indonesia di Festival Janadriyah. Malam penutupan itu merupakan penampilan mereka yang ketiga kali. Sebelumnya mereka tampil satu kali di acara pembukaan Festival Janadriyah, dan dua kali saat malam tahun baru di panggung Paviliun Indonesia serta Paviliun Arab Saudi di Festival Janadriyah.

Perjuangan Wisnu dan tim, serta kerja keras anak-anak Sekolah Indonesia Riyadh membuahkan hasil. Mereka berhasil tampil memukau dan menorehkan kesan mendalam bagi para pengunjung Festival Janadriyah. Ke-75 anak itu pun tak menyangka mereka akan ditangani langsung oleh seniman profesional selama persiapan Festival Janadriyah.

“Tiba2 dikasih tahu katanya ada seniman langsung yang ngelatih. Kaget tuh. Terus datang Pak Wisnu. Ngelatih awal-awal kirain bakal asyik-asyik aja, eh ternyata susah dan bikin kita kesel karena gerakannya susah. Cuma lama-kelamaan jadi terbiasa, jadi malah lebih seru dan menyenangkan,” tutur Al Farrel Eleazar Javier Fawwaz, siswa kelas III SMA Sekolah Indonesia Riyadh.

Farrel juga mengungkapkan kebahagiaannya bisa tampil di Festival Janadriyah dan mengenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat Arab Saudi. “Bahagia banget! Tahun kemarin kita pernah jadi tamu, tapi bukan guest of honour. Nah, sekarang jadi tamu kebesarannya Arab Saudi. Bikin saya bahagia banget. Nggak semuanya bisa tampil di Janadriyah, atau tampil di depan penduduk asing,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan Syifa Hayatina, siswi kelas VIII SMP Sekolah Indonesia Riyadh. “Rasanya menyenangkan banget bisa berpartisipasi dalam acara Janadriyah ini. Asyik. Bahagia banget soalnya yang ngajarin nari langsung seniman dari Indonesia, sudah profesional. Saya bangga banget bisa bisa mengenalkan budaya Indonesia di negara lain,” tuturnya.

Wisnu pun mengaku cukup keras dalam melatih anak-anak untuk menampilkan pergelaran kolosal. Sejak awal ia sudah meminta anak-anak agar bersedia bekerja keras selama latihan, dan tidak banyak bercanda. “Jadi saya kondisikan ada target. Latihan setiap hari selama tiga hari, dari jam 9 pagi sampai jam setengah 9 malam,” katanya.  

Di Indonesia, ia sudah membuat konsep sendratari kolosal yang dimatangkan kembali saat tiba di Arab Saudi. Ia juga membawa semua kostum, atribut, dan perlengkapan panggung langsung dari Indonesia. Bahkan, khusus untuk pertunjukan di malam penutupan, Wisnu menambahkan sebuah tarian baru, yakni Chakil Fusion untuk anak laki-laki, dan menambah gerakan baru, yakni salto untuk anak perempuan.

“Saya juga nggak habis pikir. Anak-anak ini terbukti bisa, melebihi ekspektasi saya. Ternyata anak-anak Sekolah Indonesia Riyadh ini cerdas. Mereka juga gampang koordinasi, diatur gampang, komunikasi lancar, dan sangat welcome, jadi chemistry-nya dapat. Dari awal datang saya langsung klik. Enjoy,” tutur Wisnu.

Usai pertunjukan, Wisnu naik ke panggung dan menyalami satu persatu ke-75 anak didiknya yang telah tampil luar biasa di Festival Janadriyah. Sebagian anak bahkan menyalaminya sambil menangis. Mereka merasa kehilangan karena maestro tari mereka telah menyelesaikan tugasnya dan akan kembali ke Tanah Air. (Desliana Maulipaksi)


Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1428 kali