Gerak Literasi di Papua Barat  06 Mei 2019  ← Back

 

Manokwari,  Kemendikbud --- Staf Ahli Mendikbud Bidang Hubungan Pusat dan Daerah,  James Modouw, mengapresiasi keterlibatan masyarakat dalam memajukan pendidikan. Hal terebut disampaikannya dalam Gebyar Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2019 di Provinsi Papua Barat di Eks Kantor Gubernur Papua Barat,  Manokwari, Jumat (26/4/2019). Salah satu organisasi yang menunjukkan komitmennya terhadap peningkatan minat baca di Papua Barat adalah Noken Pustaka.

Noken Pustaka adalah pustaka bergerak yang telah empat tahun berdiri. Penggagasnya adalah Misbah Surbakti dibantu oleh 18 orang relawan inti pegiat baca. Misbah adalah seorang guru SMP di Manokwari yang menggagas Noken Pustaka berawal dari keprihatinan atas kesulitan anak didiknya mengerjakan soal ujian disebabkan ketiadaan buku.

"Saya terkesan ketika berkunjung di stan dari Gerakan Noken Pustaka. Ini adalah simbol gerakan masyarakat sebagai spririt bahwa pendidikan bukan urusan struktural saja tapi masif. Ini sebuah gerakan sosial yang patut kita hargai sehingga diharapkan semua orang diposisi apa saja, mengambil bagian untuk memberikan dukungan pendidikan," kata James. Ia menekankan, pendidikan membutuhkan kerja keras semua lapisan masyarakat yang ditandai dengan penumbuhan minat baca.

Noken adalah salah satu alat angkut yang terbuat dari serat kayu,  biasanya digunakan untuk menyimpan dan membawa hasil kebun ke pasar.  Noken digunakan oleh Relawan Noken Pustaka sebagai tempat buku yang nantinya akan dibawa berkeliling dari kampung ke kampung.  Biasanya satu noken berisi 20-30 buku.

Syafei, pengurus sekaligus relawan Noken Pustaka yang ikut berpartisipasi dalam Pameran Gebyar Hardiknas menceritakan, sejak 2015 hingga sekarang,  Gerakan Noken Pustaka terus menyebar. Memilih pendekatan budaya, para relawan berhasil mengenalkan literasi kepada anak-anak, remaja,  dan masyarakat di pelosok Manokwari.

Berkat kegigihan para relawan, laju literasi mulai menyebar ke Manokwari Timur dan Barat. Hal ini pula yang mendasari gagasan untuk menambah moda transportasi yang mempermudah para relawan menjangkau berbagai daerah. Jika sebelumnya mereka harus menempuh perjalanan hingga belasan bahkan puluhan kilometer dari Kota Manokwari, sejak tahun 2017 para relawan menggunakan kendaraan bermotor untuk mengantarkan bahan bacaan ke pelosok kabupaten. "Kami memanfaatkan berbagi macam moda, mulai dari kuda, sepeda, motor, motor roda tiga, dan perahu,"  jelas Syafei. 

Motor beroda tiga yang digunakan adalah pemberian Presiden Joko Widodo yang berharap penyebaran buku ke wilayah yang belum terjamah bisa berjalan lebih baik. Sementara Perahu Pustaka sepanjang 13 meter berhias ukiran adat Serui digunakan untuk menjangkau masyarakat di sekitar Teluk Sawah Ibu dan Teluk Doreri. 

Buku-buku di Noken Pustaka berasal dari donasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan para pegiat baca. Sejak 2015, sudah ribuan buku yang diperoleh Noken Pustaka.  Dari 218 distrik di Papua Barat,  relawan Noken Pustaka di masing-masing distrik/kecamatan membuka 2-3 pondok baca atau Taman Bacaan Masyarakat (TBM). "Relawan kami bergerak hingga ke pemukiman transmigrasi yang jaraknya 90 kilometer dari pusat kota Manokwari," ujarnya.  

Ke depan,  Syafei berharap, Kemendikbud memiliki mekanisme yang mempermudah jalur donasi buku ke Papua Barat. "Ada regulasi yang mengatur mekanisme pengiriman buku supaya tidak memberatkan dari sisi donatur, kurir maupun penerima donasi," kata relawan yang sudah aktif di Noken Pustaka sejak 2015 itu.

Relawan lain yaitu Agus Mandowen berbagi pengalaman saat bergabung dengan Noken Pustaka.  "Menjadi relawan tidak semua memaknainya dengan positif, tantangan justru datang dari keluarga yang berharap saya bekerja membantu perekonomian keluarga. Namun, aktivitas yang saya geluti ini bertentangan dengan itu," ujarnya. 

Agus bercerita,  ketertarikannya terhadap literasi tumbuh ketika ia mendengarkan pidato seorang petinggi pemda di Papua Barat yang mengajak masyarakat bergerak bersama menumbuhkan minat baca. "Cukup saya yang bodoh,  jangan sampai adik-adik di daerah. Kalau bukan sekarang kapan lagi. Kalau untuk bicara semua bisa bicara tapi siapa yang akan kerjakan itu," ucapnya bersemangat. 

Oleh karena itu,  sebagai bentuk apresiasi dan penyemangat bagi para relawan,  Pengurus Noken Pustaka menggelar kegiatan secara periodik.  "Kita bikin event,  kita datangkan narasumber setiap tahun kita datangkan ahli, materinya beragam mulai dari penulisan jurnalistik,  menulis kreatif,  industri kreatif,  dan materi seputar taman baca," tutur Syafei. 

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Manokwari telah mencanangkan Gerakan Indonesia Membaca (GIM) pada 22 September 2016 lalu.  Kemendikbud menggagas kegiatan ini dalam rangka membantu seluruh kabupaten/kota di Indonesia aktif membaca. Salah satu praktiknya adalah setiap hari di sekolah formal, nonformal maupun di lingkungan keluarga meluangkan waktu 15 menit untuk membaca.

Berangkat dari semangat GIM, Noken Pustaka berkeliling ke sekolah di jam istirahat. "Banyak sekolah yang minta kami datangi.  Biasanya kami datang menggunakan sepeda motor. Di jam istirahat anak-anak dapat meminjam buku yang kami bawa," ucap Syafei yang merintis kegiatan tersebut sejak 2017. 

Dalam upaya mengembangkan Noken Pustaka,  Syafei mengatakan, pihaknya akan lebih aktif membuat konten baca dengan memanfaatkan teknologi informasi. Selain itu, relawan juga akan diberdayakan terlibat dalam industri kreatif yang profitnya bisa digunakan untuk Noken Pustaka maupun para relawan guna meningkatkan perekonomiannya. Target pasarnya adalah daerah objek wisata yaitu Raja Ampat. "Relawan akan dibekali keterampilan, pengemasan produk hingga strategi pemasarannya.  Di sinilah peran pendidikan secara nyata dapat memberi arti dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Melihat upaya Noken Pustraka dalam bidang literasi, Staf Ahli Mendikbud Bidang Hubungan Pusat dan Daerah, James Modouw, mengajak agar organisasi kemasyarakatan dari berbagai latar belakang untuk bersama-sama memajukan pendidikan. "Jangan guru dan sekolah yang bekerja sendiri, melainkan seluruh kelompok masyarakat hingga lintas agama ambil bagian dalam gerakan sukarela untuk membantu pendidikan dalam berbagai aspek," katanya. Menurutnya, keterlibatan masyarakat dalam meningkatkan fungsi pendidikan harus ditingkatkan supaya menjadi suatu gerakan sosial yang  mengangkat harkat dan martabat bangsa. (Denty Anugrahmawaty/Desliana Maulipaksi)


Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2916 kali