Mendikbud Buka Kemah Anak Berkebutuhan Khusus  13 Agustus 2019  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan pondasi dan roh utama pendidikan. Tak hanya olah pikir (literasi), PPK mendorong agar pendidikan nasional kembali memperhatikan olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), dan juga olah raga (kinestetik). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus (Direktorat PK), Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen), melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK), salah satunya dengan menyelenggarakan kegiatan Pendidikan Karakter Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Berbasis Pramuka Tingkat Nasional Tahun 2019.

Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Berbasis Pramuka Tingkat Nasional merupakan kegiatan rekreasi edukatif kepramukaan di alam terbuka dalam bentuk aktivitas luar ruang yang kompetitif untuk peserta didik di Sekolah Luar Biasa/Sekolah Khusus (SLB/SKh) sebagai sarana pembinaan terhadap anak berkebutuhan khusus yang menitikberatkan pada pengembangan diri khususnya di bidang mental, fisik, solidaritas, spiritual dan sosial, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

“Malam ini kita semua berkumpul di Bumi Perkemahan Cibubur dalam rangka memperingati hari lahir Pramuka. Pramuka pada dasarnya adalah jenis kepanduan. Pandu untuk Indonesia disebut Praja Muda Karana (Pramuka). Pramuka berasal dari bahasa Jawa yaitu poro muko artinya pasukan yang berada di depan dan itu adalah nama yang diberikan oleh pendiri Pramuka yaitu Sultan Hamengkubuwono IX, kemudian oleh Presiden Soekarno poro muko tersebut diindonesiakan menjadi Pramuka yang kemudian diberi kepanjangan yaitu Praja Muda Karana. Jadi arti Pramuka itu adalah pasukan yang ada di depan, pasukan pelopor, pasukan perintis jalan. Oleh karena itu, juga disebut pandu,” demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, saat memberikan arahan pada pembukaan kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Pramuka Tahun 2019, di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta, Selasa malam (13/08/2019).
 
Selanjutnya Mendikbud menjelaskan mengenai betapa strategisnya posisi kepanduan dalam kehidupan bangsa Indonesia. “Tadi kita menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stanza. Itu adalah lagu Indonesia Raya yang asli. Oleh karena itu, marilah kita budayakan kembali untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stanza tadi. Yang lebih penting, di dalam lagu Indonesia Raya 3 stanza ada kata “pandu” yang disebut 2 kali yaitu "jadi pandu ibuku" dan "majulah pandunya". Tidak ada satu pun organisasi yang disebut di dalam lagu Indonesia Raya kecuali organisasi kepanduan, yang di Indonesia dikenal dengan nama Pramuka ini. Oleh karena itu, hayati lagu Indonesia Raya 3 stanza. Jika Pandu Indonesia maju, maka insyaallah Indonesia juga maju karena salah satu syarat untuk menjadi anak dan poro muko yang berkemajuan, karakternya harus kuat,” ujar Mendikbud.
 
“Untuk itu, malam ini adik-adik semuanya ditempa oleh kakak-kakaknya untuk memiliki karakter yang kuat, tahan banting, tidak mudah menyerah, dan mempunyai mimpi besar untuk membawa Indonesia menjadi negara yang besar dan maju. Itulah pesan saya, maka itu ikuti kawah candradimuka pembentukan karakter yang dilaksanakan oleh kakak-kakak semua. Mudah-mudahan akan bermanfaat untuk kamu sekalian,” imbuh Mendikbud.
 
Dalam kesempatan ini hadir pula Sekretaris Jenderal Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (Sesjen Kwarnas Gerakan Pramuka), Mayjen TNI (Purn.) Bachtiar, mewakili Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka. Dalam sambutannya Bachtiar bersyukur karena pemerintah mengakui bahwa pendidikan kepramukaan sangat dibutuhkan untuk  pembentukan karakter kaum muda sehingga Pemerintah  melalui Permendikbud nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 menjadikan  pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib di SD, SMP dan SMA, yang pelaksanaannya dilakukan melalui 3 model yaitu model blok, model aktualisasi, dan model reguler.
 
“Kami sangat menyambut baik kegiatan perkemahan siswa berkebutuhan khusus ini. Kegiatan ini merupakan penguatan pendidikan karakter siswa berkebutuhan khusus melalui kepramukaan.  Kegiatan seperti ini sangat diharapkan oleh adik-adik Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia, karena Kwarnas Gerakan Pramuka hanya melaksanakan kegiatan seperti ini lima tahun sekali dengan nama kegiatan Pertemuan Pramuka Luar Biasa Tingkat Nasional (PPLB Nasional),” kata Bachtiar.
 
Menurut Bachtiar, tema yang diangkat pada kegiatan ini yaitu "Menuju Kemandirian Melalui Pendidikan Karakter" sangat relevan dengan kegiatan yang akan diikuti oleh para peserta  perkemahan. “Dalam kegiatan ini diajarkan keterampilan hidup dari barang barang bekas, permainan dan simulasi bagaimana menghadapi bencana gempa, permainan penguatan karakter yang mengandung nilai nilai religius, integritas, mandiri, nasionalis dan gotong royong. Kami berharap adik- adik sesudah mengikuti kegiatan ini bisa mandiri dan berkarakter,” pungkasnya.
 
Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Berbasis Pramuka Tingkat Nasional diselenggarakan pada tanggal 13 hingga 16 Agustus 2019, di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta. Kegiatan yang bertemakan “Menuju Kemandirian Melalui Pendidikan Karakter”, diikuti sebanyak 816 peserta dari 34 provinsi. Setiap kontingen provinsi terdiri atas 12 peserta dan 12 pendamping. Peserta didik pada setiap grup terdiri dari jenis ketunaan tertentu, grup A (tunanetra), B (tunarungu), C (tunagrahita), D (tunadaksa), E (tunalaras) dan Autis.

Kegiatan dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan muatan materi yang terkandung di dalamnya dengan harapan para peserta mendapatkan berbagai kegiatan sebagai penambah bekal pengalaman dalam proses pembentukan jati diri yang mengarah pada: (1) pembinaan mental dan spiritual; (2) mengembangkan wawasan kebangsaan, jiwa bela negara, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi; (3) mengembangkan persaudaraan dan persahabatan serta persatuan, dan; (4) meningkatkan kecakapan, keterampilan, dan kesehatan jasmani.

Kegiatan dilakukan dengan pendekatan yang bersifat edukatif, rekreatif, kreatif, produktif, inovatif dan menantang. Pada aktivitas ini fasilitator menggunakan multi metode, yaitu ceramah, bermain peran, simulasi, diskusi dan permainan, guna mengaktifkan seluruh peserta dan sekaligus melatih keterampilan.

Jakarta, 14 Agustus 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id






Sumber : SIARAN PERS Nomor: 264/Sipres/A5.3/VIII/2019

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 5125 kali