Mengasah Seni Anak Berkebutuhan Khusus dengan Menggandeng Komunitas  17 September 2019  ← Back



Lampung, Kemendikbud --- Menjalani profesi sebagai guru bukan hal yang mudah, termasuk menjadi guru bagi anak berkebutuhan khusus. Guru harus pandai mencari strategi dalam mendidik siswa berkebutuhan khusus, salah satu dalam pendidikan seni. Menjalin kolaborasi dengan sanggar seni atau komunitas seni di sekitar lingkungan sekolah pun dilakukan Sekolah Berkebutuhan Khusus (SKH) Korpri Pandeglang, Provinsi Banten.

Ivan Nofandi, adalah seorang pembimbing pantomim dari Komunitas Pantomim Banten (Komppan) bagi siswa berkebutuhan khusus di SKH Korpri Pandeglang. Ia membawa anak didiknya, Siti Maemunah, sebagai peserta bidang lomba Pantomim yang mewakili Provinsi Banten di Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2019. Keikutsertaan Siti Maemunah di FLS2N 2019 menjadi prestasi tersendiri bagi Siti, karena baru pertama kali ikut seleksi FLS2N dan langsung lolos ke tahap nasional.

Menurut Ivan, belajar pantomim bagi anak berkebutuhan khusus dapat mendorong anak untuk memiliki mental yang berani, membuat inovasi baru, mengasah imajinasi, dan mampu menyampaikan imajinasinya agar dimengerti orang yang menonton. Dalam mengajarkan pantomim kepada anak berkebutuhan khusus, Ivan juga mengajarkan teknik-teknik dasar pantomim.

"Teknik oantomim juga harus dipelajari. Dari teknik kaca-kaca, teknik cara duduk, menjahit, terutama mimik muka, muka seneng, sedih, itu yang harus dipelajari dari awal, dasarnya pantomim," tutur Ivan di lokasi lomba FLS2N di Bandar Lampung, Selasa (17/9/2019).

Ia mengaku mengalami beberapa kesulitan dalam mengajarkan pantomim kepada anak berkebutuhan khusus. Salah satu kesulitannya adalah cara berkomunikasi. "Jadi kita harus fokus ketika mengajarkan dengan mimik muka kita, atau dengan gestur gerak. Nanti caranya, anak didik akan mengikuti pelatih yang mengajarkan," tuturnya.

Menurut Ivan, walaupun anak berkebutuhan khusus tidak latihan pantomim, dalam kesehariannya mereka sudah berpantomim. "Jadi kita komunikasinya pendekatan dulu, bagaimana caranya supaya pesan kita sampai ke dia, alur ceritanya bisa sampai, kadang ditulis juga di kertas," ujarnya.

Ivan lalu bertanya kepada Siti dalam bahasa isyarat, mengenai kesulitannya dalam belajar pantomim. Siti pun menjawab dengan bahasa isyarat yang berarti tidak sulit. Bahkan ia merasa sangat senang dan bersemangat bisa menampilkan pantomim di FLS2N 2019 mewakili Provinsi Banten.

Salah satu guru di SKH Korpri Pandeglang, Fikra Mardiana menuturkan, pihak sekolah menggandeng komunitas dan sanggar seni untuk mengajarkan pantomim maupun bidang seni lain kepada peserta didiknya. Hal itu ditempuh karena di SKH Korpri Pandeglang tidak ada yang menjadi guru kesenian. Awalnya para pengajar dari komunitas dan sanggar seni sulit berkomunikasi dengan para siswa, namun perlahan-lahan mereka pun dapat mengerti bahasa isyarat.

Fikra mengatakan, selain menjalin kolaborasi dengan Komunitas Pantomim Banten, SKH Korpri Pandeglang juga melibatkan Bale Seni Jiwa Siat dalam pendidikan seni di sekolah. Bahkan SKH Korpri Pandeglang juga menerima siswa PKL (Praktik Kerja Lapangan) dari SMK Negeri 10 Bandung.

Bagi dirinya, salah satu tujuan mendidik anak berkebutuhan khusus adalah agar mereka dapat hidup lebih mandiri, minimal dapat mengerjakan suatu pekerjaan dengan kemampuan diri sendiri, seperti makan, mandi, memakai sepatu, atau memakai baju. (Desliana Maulipaksi)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3143 kali