Dampak Covid-19, Kemendikbud Berikan Bantuan untuk Pelajar Indonesia di Arab Saudi  05 Mei 2020  ← Back



Riyadh, Kemendikbud --- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Riyadh memberikan bantuan kepada pelajar Indonesia yang terdampak Covid-19 di Arab Saudi. Penyebaran Covid-19 di Arab Saudi berdampak langsung kepada kondisi ekonomi warga negara Indonesia (WNI) yang banyak berprofesi sebagai buruh migran. Di antara mereka yang terdampak itu adalah orang tua siswa di tiga Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) di Riyadh, Jeddah, dan Makkah. Dampak ekonomi juga dirasakan oleh mahasiswa Indonesia yang tersebar di berbagai perguruan tinggi di Arab Saudi.

Atdikbud KBRI Riyadh kemudian menjalankan program pemberian bantuan paket sembako kepada siswa dan mahasiswa yang terdampak kebijakan karantina wilayah (lockdown) di Arab Saudi. Sejak pertengahan April 2020, program yang bertajuk “Atdikbud Peduli Siswa dan Mahasiswa" ini diawali dengan melakukan verifikasi data calon penerima Paket Sembako. Lebih dari 450 Paket Sembako didistribusikan oleh Atdikbud KBRI Riyadh kepada siswa dan mahasiswa yang membutuhkan. Pendistribusian ini dibantu oleh pimpinan dan para guru dari ketiga SILN, serta dukungan dari Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Arab Saudi.

Atdikbud KBRI Riyadh, Achmad Ubaedillah mengatakan, salah satu kendala yang ditemui di lapangan adalah kelangkaan bahan-bahan kebutuhan pokok yang sama dan dalam jumlah besar, serta pencarian lokasi calon penerima Paket Sembako. "Selama pelaksanaan kebijakan lockdown, banyak kediaman siswa dan mahasiswa peneriman paket merupakan kawasan isolasi ketat atau zona merah Covid-19. Bagi calon penerima bantuan yang tidak mungkin diberikan Paket Sembako secara langsung, bantuan diberikan dengan cara mentransfer dana bantuan kepada kordinator wilayah untuk kemudian diberikan kepada yang berhak," ujarnya.

Ia menuturkan, bantuan dari Atdikbud ini diprioritaskan bagi siswa yang orang tuanya terdampak kebijakan pencegahan Covid-19, seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun para pekerja nonformal atau buruh kasar. "Merekalah yang selama kebijakan lockdown diterapkan di negara ini (Arab Saudi), tidak bisa lagi bekerja dan mendapatkan gaji, termasuk akibat pelarangan beroperasinya beberapa sektor usaha. Sedangkan bagi kalangan mahasiswa, baik yang hidup bersama keluarga, sudah lulus, cuti, maupun keterlambatan beasiswa, kebijakan pemerintah setempat telah berdampak pada kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari," tutur Achmad Ubaedillah.

Paket bantuan dari Atdikbud KBRI Riyadh terdiri dari: beras, minyak goreng, tepung terigu, telur, gula, teh, mie instan, masker, sabun pencuci tangan, dan lain-lain. Di Kota Riyadh, penyaluran bantuan sembako dilakukan oleh para guru dari Sekolah Indonesia Riyadh dan mahasiswa Indonesia di King Saud University (KSU). Sementara penyaluran bantuan untuk siswa Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ) dan Sekolah Indonesia Makkah (SIM) serta mahasiswa Indonesia di luar Kota Riyadh, dilakukan Atdikbud KBRI Riyadh dengan dukungan para guru SIJ dan SIM, dan bekerja sama dengan pihak ketiga serta koordinator mahasiswa Indonesia di masing-masing kampus.

Hingga berita ini ditulis, proses pendistribusian masih berlangsung di kawasan Jeddah dan akan dilanjutkan di daerah Makkah. Selanjutnya, setelah pendistribusian bantuan di ketiga wilayah SILN selesai, program bantuan akan dilanjutkan bagi siswa Kelompok Belajar (Pokjar) di Madinah.  

Sejak 9 Maret 2020, pemerintah Arab Saudi memulai kebijakan belajar di rumah (study at home) bagi seluruh lembaga pendidikan baik dalam maupun luar negeri seperti SILN. Semua proses pembelajaran dilakukan melalui media online atau daring. Kebijakan belajar dari rumah kemudian disusul dengan kebijakan bekerja dari rumah (work from home) sebagai upaya karantina mandiri masyarakat secara menyeluruh. Hal ini tentunya berdampak bagi buruh migran Indonesia yang umumnya berprofesi sebagai sopir, penjaga rumah, asisten rumah tangga, pekerja informal (serabutan), dan mereka yang selama ini bekerja di sektor pelayanan haji/umrah. Tinggal di rumah tanpa pekerjaan dan penghasilan adalah situasi yang harus dilakukan. Situasi tersebut pun menjadi pertimbangan kuat bagi Atdikbud KBRI Riyadh untuk menjalankan  program "Atdikbud Peduli Siswa dan Mahasiswa" ini. (Irawan/Desliana Maulipaksi/Sumber: Atdikbud KBRI Riyadh)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 14668 kali