Mengelola Pembelajaran Adaftif, Fleksibel dan Akomodatif, Kemendikbud Gelar Webinar Seri Ke-8  24 Agustus 2020  ← Back



Jakarta, Kemendikbud --- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Penguatan Karakter kembali menggelar webinar yang ke delapan kalinya. Masih dalam rangka penyesuaian kebijakan pembelajaran di masa pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), Pusat Penguatan Karakter menggelar webinar untuk mempersiapkan seluruh pemangku kepentingan menerapkan kebijakan kurikulum dalam kondisi khusus serta memaksimalkan pengelolaan pembelajaran yang adaftif, fleksibel, dan akomodatif.

Pusat Penguatan Karakter merupakan pusat baru di Kemendikbud yang mempunyai mandat menyampaikan dan mengedukasi kebijakan Kemendikbud serta nilai-nilai Pancasila dalam wadah penguatan karakter.

Kepala Pusat Penguatan Karakter, Hendarman menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada semua narasumber, moderator dan penerjemah bahasa. Hendarman juga berharap seluruh peserta yang telah daftar webinar ini yaitu sekitar 4000 orang mengikuti acara sampai selesai karena akan ada kuis berhadiah serta sertifikat yang dibuktikan oleh pengisian presensi di akhir acara. “Semoga para peserta webinar ini bisa mengikutinya sampai acara selesai,”tutur Hendarman saat membuka acara pada Jumat (21/08/2020).

Hadir beberapa narasumber diantaranya Analis Kebijakan Ahli Madya, Pusat Asesmen dan Pembelajaran, Susanti  Sufyadi yang dalam hal ini mewakili Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan; Psikolog Klinis Anak, Remaja dan Keluarga, Roslina Verauli; Ketua Satuan Tugas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud dan Pendiri Yayasan Litara, Sofie Dewayani dan guru berkebutuhan khusus berprestasi dari Papua, Fandy Dawenan, serta Hilbram Dunar sebagai moderator dan Erna Husaena sebagai penerjemah bahasa isyarat dari SLB Negeri 7 Jakarta.

Sebagai narasumber pertama, Sofie menyampaikan beberapa praktik baik dalam mengelola pembelajaran yang adaptif, fleksibel dan akomodatif melalui kegiatan literasi bagi siswa. “Sesuai dengan pengalaman saya sebagai pegiat literasi, Pembelajaran literasi merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kompetensi siswa secara esensial”, tutur Sofie yang memiliki prestasi internasional sejak 2010.

Sofie juga menjelaskan apa itu kecapakan literasi dan tantangannya selama pandemic. “Kecakapan literasi pada masa pandemi menjadi penting sekali karena kecapakan literasi ini merupakan kecakapan untuk memilih, menganalisis informasi secara kritis serta menggunakannya untuk mengambil keputusan”  ujar Sofie yang juga aktif dalam mengkampanyekan ilterasi membaca dan literasi virtual.

Pada kesempatan ini, Sofie memaparkan juga bahwa media bergambar mempunyai banyak manfaat, salah satunya dapat menumbuhkan minat siswa untuk memahami bacaan melalui media. “Melalui buku bergambar kemampuan literasi anak terbangun dengan mencoba membantu merefleksi cerita pada gambar tersebut,” jelas Sofie yang juga membantu menulis untuk perpustakaan digital yang didirikan bersama lembaga-lembaga yang bergerak di bidang sosial.

Sebagai informasi tambahan, Sofie bersama tim telah mendirikan 18 Taman Baca Masyarakat (TBM) di daerah perbatasan Kalimantan utara.

Narasumber selanjutnya, Susanti Sufyadi, Analis Kebijakan Ahli Madya,  memaparkan strategi adaptasi pembelajaran di masa pandemi COVID-19. Susan menjelaskan bahwa perangkat ajar dalam pembelajaran jarak jauh sangatlah penting.

Pada kesempatan ini, Susan mengatakan Kemendikbud mengeluarkan modul literasi dan numerasi di tingkat SD yang bekerja sama dengan berbagai lembaga, salah satunya dengan Yayasan yang digawangi Bu Sofie tadi. “Kemendikbud mengemas bahan bacaan yang relevan dengan kompetensi dasar,untuk dapat digunakan guru di daerah terpencil dalam pembelajaran yang menyenangkan, jadi modul ini dijadikan contoh pembelajaran yang adaptif, ” ujar Susan.

Roslina Verauli, sebagai narasumber ketiga memaparkan tentang bagaimana orang tua dan perannya dalam mendampingi anak belajar pada kondisi khusus. “Inti dari semua kegiatan belajar Bersama adalah Anak butuh motivasi untuk belajar” jelas Verauli.

Vera menjelaskan bagaimana peran orang tua sebagai guru, manfaat orang tua terlibat, memahami perilaku belajar anak. Vera pun memberi tips membangun lingkungan yang kondusif untuk belajar pada kondisi khusus.

Hadir juga bintang tamu dari timur Indonesia, Fandy Dawenan. Fandy merupakan guru berkebutuhan khusus (tuna netra low vision), menceritakan pengalamannya dalam mengajar di masa pandemi atau kondisi khusus. “Kebanyakan guru susah untuk mengontrol emosi, sampai  kehabisan akal untuk menghadapi anak, maka lagi-lagi komunikasi dan metode yang tepat dalam menghadapi anak-anak di kondisi khusus ini,” tutur Fandy.

Pengalaman berkesan Fandy yaitu saat mengajar anak tuna netra yang tidak bisa mengoprasikan gawainya, Fandy berusaha mengajarkan sampai anak didiknya itu bisa mengoperasikannya bahkan sampai cerdas bergawai. “Siswa disabilitas memerlukan kebutuhan yang sama dengan siswa lainnya,maka  ada baiknya dalam penyusunan kurikulum maupun dalam penyusunan materi KBM disesuaikan juga dengan kebutuhan mereka, libatkanlah penyandang disabilitas untuk penyusunannya agar dirasakan pemanfaatannya secara optimal,” papar Fandy

Seperti webinar sebelumnya, webinar kali ini pun banyak kuis yang bisa diikuti dengan hadiah yang menarik. Ada juga tantangan kuis bersambung dengan clue-clue yang diutarakan oleh moderator di selingan selama webinar.

Webinar ini diselenggarakan melalui aplikasi Zoom yang dapat diakses oleh peserta yang sudah mendaftarkan diri melalui tautan https://bit.ly/puspeka-spkk. Dan disiarkan secara langsung di kanal youtube Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI, radio suara edukasi (suaraedukasi.kemdikbud.go.id), radio edukasi (radioedukasi.kemdikbud.go.id) dan radio itjen (radio.itjen.kemdikbud.go.id). (Dina Ayu., Siti Jenab)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 5933 kali