Ketika KoPSI Libatkan Tokoh Negeri Beri Motivasi  07 November 2020  ← Back



Bandung, Kemendikbud --- Kompetisi Penelitian Siswa Nasional (KoPSI) tidak hanya menjadi ajang adu kepintaran siswa jenjang SMA/MA se-Indonesia. Di sini, para peneliti muda mendapat kesempatan untuk mendengar dan berdiskusi langsung dengan tokoh-tokoh inspiratif. Adalah Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Ganjar Pranowo salah salah satunya. Masih dalam rangkaian kegiatan KoPSI 2020, orang nomor satu di Jawa Tengah itu akan berbagi cerita seputar masa kecil, cita-cita, perjuangannya hingga cara dia membangun daerah.
 
Mengawali perbincangan, Ganjar mengemukakan kekagumannya atas kecerdasan anak-anak muda saat ini yang jauh berbeda dengan kondisinya dulu. Jika sejak kecil saja anak-anak sudah meneliti, maka kelak mereka akan menjadi pemimpin hebat dan bisa melanjutkan pendidikan baik di dalam maupun di luar negeri. Oleh karenanya, saat bertemu dengan pelajar Indonesia di luar negeri, Ganjar selalu mengimbau, “Pulanglah ke kampung, bangun kampung kita supaya negeri kita bisa menjadi maju,” ucapnya melalui telekonferensi. 
 
Pandemi Covid-19 yang sedang dihadapi Indonesia, menurut Ganjar menyimpan banyak hikmah. Selain mengajak kita belajar beradaptasi dengan perubahan, tantangan itu juga membuat mental lebih kuat. Kita belajar untuk tidak mengeluh dan aktif mencari jalan keluar. “Itulah esensi manusia.”
 
Ganjar mengibaratkan, situasi krisis bagaikan sebuah ruang untuk mengasah kebersamaan, gotong royong dan kemanusiaan. Semestinya, masalah yang ada membuat individu semakin menghargai nilai-nilai kemanusiaan dalam menjalani kehidupan. “Saling belajar empati, menjaga hubungan baik dengan orang, tidak mem-bully, tidak mudah termakan hoaks serta mengutamakan konfirmasi dan klarifikasi,” terangnya.  
 
Oleh karena itu, ketika salah satu peserta dari SMAN 3 Semarang, Armadina bertanya, “Bagaimana Bapak tetap kuat saat kita menerima masalah dan kritikan dari masyarakat?” Ganjar menjawab bahwa tekanan itu tidak terlalu berat saat kita berintegritas dan berada pada posisi yang benar. “Data sainsnya disiapkan dan seluruh argumennya diberikan,” demikian trik yang ia sampaikan.
 
Terkenal dengan gaya bicaranya yang lugas, Ganjar mengaku tetap mengedepankan langkah persuasif dalam memecahkan masalah. Ia bercerita, saat demo marak terjadi beberapa waktu lalu terkait Undang-undang Cipta Kerja, Ganjar memilih untuk mengajak perwakilan pendemo bertukar pikiran secara santai.
 
“Saya ajak perwakilan pendemo untuk duduk bersama, agar mereka memahami terlebih dahulu konteks masalah yang akan mereka kritik. ‘Loh ternyata undang-undang ini ada bagusnya ya, Pak’,” ucap Ganjar menirukan komentar salah satu pendemo yang ternyata baru mengetahui isi undang-undang tersebut.
 
Berangkat dari pengalaman itu, ia berharap masyarakat tidak mudah terpancing untuk berkomentar maupun terlibat pada suatu hal yang tidak diketahui duduk permasalahannya secara mendalam. “Tabayyun lebih dulu istilahnya dalam Bahasa Arab,” ucapnya mengingatkan.
 
Lebih lanjut, Ganjar memberi apresiasi kepada anak-anak muda yang lebih memilih untuk berkegiatan positif seperti mengikuti ajang KoPSI ini. Menurutnya, sangat baik ketika mereka memilih mengambil peran dalam kegiatan positif. Maka saat tahu bahwa dirinya diundang untuk berbicara di hadapan peneliti muda Indonesia, Ganjar langsung menyanggupinya.
 
Bagi dia, minat peserta didik untuk meneliti di usia muda merupakan awal dari semangat, kemauan, dan investasi untuk berkontribusi kepada negara. “Saya bangga bertemu kalian di sini. Saya senang melihat apa yang kalian lakukan,” ungkap Ganjar.
 
Robbi Erlangga, salah satu peserta KoPSI yang meneliti tentang optimasi produksi metabolisme sekunder alga asal Sumbawa sebagai bahan pengawat makanan alami mengisahkan perjuangannya. Siswa yang bersekolah di SMAN 1 Sumba Besar NTB itu mengaku kesulitan dalam melakukan eksperimen karena lokasi laboratorium di Universitas Teknologi Sumbawa sangat jauh dari pusat kota.
 
Namun, perjuangan Robbi tidak sia-sia karena ia dapat membuktikan bahwa hasil penelitiannya dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang mengakibatkan pembusukan pada makanan. “Ketika bakterinya sudah mati maka pembusukannya bisa terhenti,” jelas Robi yang tertarik bekerja di bidang pertambangan dan perminyakan itu.
 
Begitupun dengan Mayza Wiramukti. Di awal acara, pelajar MAN 1 Bungo, Jambi itu mengungkap beberapa kesulitannya dalam melakukan penelitian. Selain keterbatasan waktu, ia juga menemui kendala lain yaitu lamanya memperoleh surat izin penelitian, keterbatasan akses memasuki lokasi penelitian, hingga validator yang mengundurkan diri secara tiba-tiba.
 
Sesuai dengan tema KoPSI tahun ini yaitu ‘Pemanfaatan dan Pengembangan Potensi dalam Rangka Mengoptimalkan Sumber Daya Lokal’, Mayza dan timnya meneliti tentang sejarah asal usul orang rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi. “Kami hidup berdampingan dengan komunitas adat terpencil yaitu orang rimba. Kami tertarik untuk mencari asal usul orang rimba yang valid dari segi materi maupun medianya,” tuturnya.
 
Menanggapi hal itu, Ganjar berkata bahwa tidak perlu berkecil hati meski kita banyak menghadapi tekanan dan kesulitan. Cara untuk tetap menguatkan diri meraih cita-cita adalah dengan belajar dari pengalaman orang-orang sukses. “Perjuangannya yaitu dengan terus belajar, berdoa, minta restu orang tua. Itu bikin kita penuh semangat dan bahagia,” katanya seraya memberi motivasi kepada peserta lain yang bernama Ni Luh Baskariani dari SMA Balimandara, Bali.
 
Ketika ditanya tentang bagaimana cara menumbuhkan sikap kharismatik dalam kepemimpinan, Ganjar mengatakan bahwa seorang pemimpin harus tulus dalam mengembang tugas. Dengan begitu, kita dapat melayani rakyat tanpa beban. Tak heran jika Ganjar sering ‘blusukan’ menyapa masyarakat. Hal ini dimaksudkad untuk mengetahui kondisi masyarakat yang sebenarnya.
 
“Berkomunikasi, kita harus sering ngobrol dengan masyarakat, mendekati mereka, masuk ke kampung-kampung, tidur di rumah warga yang paling jelek, untuk bisa merasakan, kemudian beri bantuan yang bermanfaat untuk mereka. Ini bisa menjadi kenangan tersendiri yang berkesan,” urainya.
 
Melihat semangat para peneliti muda, Ganjar menaruh harapan besar bahwa kelak anak-anak Indonesia yang cerdas bisa menjadi generasi unggul yang cinta tanah air. “Belajar yang rajin, terus meneliti, banyak membaca jangan mudah terkena hoax, selalu berdoa, hormat pada guru dan orang tua,” pesan kepada peserta.
 
Di akhir acara, Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Asep Sukmayadi mengucapkan terima kasih atas kesediaan Gubernur Jawa Tengah memberikan motivasi kepada peserta. “Terima kasih sudah menyapa anak-anak hebat di kompetisi ini. Semoga inspirasi ini bisa menjadi bekal bagi anak-anak agar lebih maju di masa depan.” 
 
Pada kesempatan ini pula, Asep memberi selamat kepada Provinsi Jawa Tengah yang berhasil meraih posisi juara umum pada berbagai kompetisi tingkat nasional di tahun 2020. Di antaranya adalah Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), Lomba Kompetensi Siswa jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (LKS SMK), serta Lomba Kompetensi Siswa bagi Anak Berkebutuhan Khusus (LKS-ABK).
 
“Terima kasih atas perhatian dan apresiasi Bapak kepada anak-anak berbakat khususnya di Jawa Tengah, mereka telah menjadi inspirasi untuk anak-anak di seluruh Indonesia,” tutup Asep.*(Denty A./Aline R.)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1549 kali