“Link and Supermatch”, Upaya Kemendikbud Tingkatkan Lulusan Vokasi yang Kompeten  01 Februari 2021  ← Back

Jakarta, 30 Januari 2021 --- Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Wikan Sakarinto menekankan bahwa kompetensi merupakan kunci utama bagi para lulusan pendidikan vokasi. Lulusan kompeten adalah mereka yang memiliki bekal hard skills, soft skills, dan pendidikan karakter yang berguna pada saat mereka terjun langsung dalam dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Oleh karena itu, guna mewujudkan hal tersebut, pihaknya mengedepankan konsep “Link and Supermatch”. Konsep ini mengacu kepada ‘pernikahan’ antara pendidikan vokasi dengan DUDI. Selain itu, “Link and Supermatch” juga menitikberatkan lulusan vokasi pada paket 8+1. “Di dalamnya mencakup 1) kurikulum, 2) soft skills, 3) visiting teacher expert from industry, 4) internship, 5) certificate of competence, 6) training, 7) applied research, 8) commitment absorbing graduates, dan 9) scholarship/job contract/donation dari industri,” terang Wikan dalam webinar yang bertajuk “Sukses Masa Depan melalui Sarjana Terapan”, Sabtu (30/1) yang digelar Tempo.co secara daring.

Menyambung pernyataan sebelumnya, Menteri Perhubungan Republik Indoenesia, Budi Karya Sumadi mendukung upaya Kemendikbud untuk meningkatkan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya lulusan pendidikan vokasi. “Yang perlu kita ketahui, saat ini fokus pemerintah adalah pembangunan kualitas SDM, salah satu caranya adalah melalui pengembangan vokasi,” jelasnya.

Mengingat bahwa salah satu permasalahan Indonesia saat ini adalah minimnya SDM yang memiliki skills unggul. Padahal, 24% atau sekitar 63,4 juta dari penduduk Indonesia merupakan kategori usia produktif. Angka pengangguran terutama berasal dari lulusan sekolah vokasi dan SMA (20%). Hal ini dikarenakan keterampilan mereka yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Demikian diterangkan Budi Karya pada kesempatan yang sama.

Program lain yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi lulusan vokasi diterangkan Dirjen Wikan adalah upgrading jurusan Diploma 3 (D3) menjadi Sarjana Terapan (D4). Selain itu, juga terdapat program “Fast Track” pada SMK menuju Diploma 2 (D2) dengan hanya menempuh 1,5 tahun pada jenjang Diploma 2 (D2).

“D4 itu nanti ada delapan semester, di mana pada semester tujuh dan delapan, peserta didik dapat melakukan dual system (magang sambil kuliah) ini seperti yang dilakukan pada negara maju seperti Jerman,” jelas Wikan.

“Mengapa harus Sarjana Terapan (D4)? Saya tekankan kembali bahwa konsep ini dikeluarkan untuk menciptakan lebih banyak supervisor lapangan dan product designer yang sifatnya lebih aplikatif,” lanjutnya.

Sejalan dengan konsep Kampus Merdeka, Dirjen Diksi kembali memperjelas keuntungan dari mengambil pendidikan vokasi. Dengan penerapan konsep “Link and Supermatch”, akan tercetak lulusan yang kompeten di perguruan tinggi sesuai kebutuhan DUDI. “Yang terakhir, seperti yang tadi saya sampaikan, kami akan melakukan upgrade D3 ke D4. Dengan menghubungkan pendidikan tinggi dengan industri, jadi akan menguntungkan segala pihak,” pungkas Wikan Sakarinto.

Pentingnya Passion dan Goals Saat Memilih Jurusan

Dirjen Diksi Kemendikbud, Wikan Sakarinto kembali mengingatkan bahwa seorang peserta didik harus memiliki passion dan goals saat akan memilih jurusan yang diinginkan. Tanpa keduanya, peserta didik tidak akan mencapai kompetensi yang diharapkan dan hanya masuk ke dalam suatu jurusan karena keterpaksaan.

Oleh karena itu, untuk lebih memperkenalkan pendidikan vokasi kepada masyarakat, Ditjen Diksi Kemendikbud menggelar webinar “Sukses Masa Depan melalui Sarjana Terapan”. Acara ini menampilkan narasumber penting dalam dunia pendidikan vokasi dan industri. “Diharapkan ke depannya, Indonesia mampu mencetak lebih banyak peserta didik yang memiliki kompetensi dan dapat bersaing dalam dunia industri nasional maupun internasional,” ucap Wikan Sakarinto.

Founder sekolah.mu, Najelaa Shihab yang menjadi salah satu narasumber menyampaikan pentingnya pendidikan vokasi bagi pembangunan bangsa. “Masih banyak masyarakat yang menganggap pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang kurang bergengsi. Padahal, dalam sektor industri peran seorang lulusan pendidikan vokasi sangat diperlukan,” katanya.

Menurut Najelaa, berdasarkan data sekolah.mu dalam program karir.mu, terdapat delapan bidang yang paling diminati pada pendidikan vokasi. Di antaranya adalah kecantikan, bisnis, desain, tata boga, administrasi, pemasaran, pariwisata, dan teknologi informasi.

Narasumber berikutnya, Rektor Universitas Al Azhar Indonesia, Asep Saefuddin, memaparkan konsep industri 4.0. Dikatakan Asep, lulusan pendidikan vokasi dapat menjadi solusi dari tantangan yang dihadapi dalam masa industri 4.0.

Asep Saefuddin juga menerangkan dalam industri 4.0, terdapat sebuah situasi yang menjadi tantangan Indonesia saat ini yaitu volatility, uncertainty, (VUCA). “Untuk mengisi era industri 4.0 dan dengan berbagai persoalan VUCA, saya yakin pendidikan yang diperlukan adalah pendidikan vokasi,” tegasnya.

Terdapat beberapa kelebihan dari pendidikan vokasi menurut Asep. Pertama adalah lebih banyak praktek (hands on learning). Tidak hanya mengedepankan teori, pendidikan vokasi akan mengedepankan praktek lapangan sebagai pembelajarannya. Kedua, akan ada banyak kegiatan yang berkaitan dengan case base learning.

Ketiga, kunjungan-kunjungan ke lokasi pabrik juga merupakan kelebihan dari pendidikan vokasi. Di mana kunjungan ini mampu membuat peserta didik lebih memahami ekosistem yang ada pada industri. “Masih banyak lagi kelebihan dari pendidikan vokasi yang akan didapatkan dan sangat berguna saat memasuki dunia kerja,” ujar Asep Saefuddin optimistis.

Senada dengan sebelumnya, narasumber terakhir yang merupakan seorang Vice President of Marketing JNE, Eri Palgunardi memiliki pandangan yang sama mengenai peran penting lulusan vokasi dalam menghadapi dunia industri 4.0. Pengembangan soft skills juga merupakan hal yang dinilainya tidak kalah penting dalam mencetak lulusan pendidikan vokasi yang kompeten.

“Kita bekerja sama dengan banyak lembaga pendidikan, untuk membantu kami. Kami juga mengarahkan mana saja yang memiliki potensi untuk menjadi sarjana, progam ini dinamakan JNE muda,” tutup Eri Palgunardi.  







Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Laman: kemdikbud.go.id    
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id

#bersamahadapikorona
#smkhebatbisa
#vokasimenguatkanindonesia
#kampusmerdeka
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 014/sipres/A6/I/2021

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1787 kali