Lokakarya Nasional Inisiatif Indonesia Menuju Pendidikan Berkelanjutan (ESD) tahun 2030 08 April 2021 ← Back
Jakarta, 6 April 2021 --- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) menggelar Lokakarya Nasional Inisiatif Indonesia Menuju Pendidikan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ESD) tahun 2030. Acara ini dilaksanakan secara hybrid (daring dan luring) dengan peserta lintas sektor kementerian/lembaga.
Ketua Harian KNIU, Arief Rachman, menyampaikan bahwa lokakarya ini merupakan salah satu pendekatan dalam mencapai pendidikan yang berkualitas melalui pembangunan berkelanjutan. “Pendidikan yang berkualitas akan mendapatkan relevansi jika diintegrasikan dengan perspektif ESD melalui penyediaan kapasitas yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam menangani isu dunia terkini dan tantangan global,” ucapnya ketika membuka kegiatan tersebut di Bintaro, Tangerang Selatan, Selasa (6/4).
Turut mengaminkan pernyataan Arief Rachman, Plt. Direktur dan Representatif Kantor UNESCO Jakarta, Hans Thulstrup, yang hadir secara daring mengungkapkan kegembiraannya dengan pelaksanaan lokakarya ini. Ia berharap, negara anggota UNESCO termasuk Indonesia dapat terus secara aktif mengintegrasikan, mempromosikan, serta menyediakan peluang untuk pelibatan lintas sektor pemangku kebijakan dalam pengembangan inisiatif ESD skala nasional.
Mee Young Choi, selaku Kepala Bagian Pendidikan di UNESCO Office Jakarta, memberikan gambaran pentingnya pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan diintegrasikan ke dalam kebijakan, dan juga pada pelaksanaan program di tingkat nasional sehingga sekolah. Tujuan ESD 2030 untuk membangun dunia yang lebih adil dan berkelanjutan. Lima prioritas ESD yaitu: penguatan kebijakan (advancing policy), transformasi lingkungan pembelajaran (transforming learning environments), peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan (building capacities of educators), pemberdayaan dan mobilisasi kaum muda (empowering and mobilizing youth), serta mendorong percepatan aksi nyata di tingkat lokal atau komunitas (accelerating local level actions).
Amich Alhumami, Direktur Agama, Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), menilai bahwa ESD yang merupakan bagian dari agenda SDGs 2030 memberikan landasan kokoh yang meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk menjadi penopang proses transformasi sosial, ekonomi, budaya menuju Indonesia Emas, dan selaras dengan visi Indonesia 2045.
Ia pun menegaskan bahwa Bappenas menyusun sebuah dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang memuat seluruh agenda SDGs dalam kerangka kebijakan nasional. “Jika pencapaian target SDGs dilakukan dengan baik, khususnya dengan membangun sistem pendidikan yang tercermin pada peningkatan kualifikasi pendidikan penduduk indonesia, maka akan berkontribusi terhadap produktifitas bangsa serta memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi negara” jelas Amich.
Plt. Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Kemendikbud, Hendarman, menyampaikan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar, sebagai bentuk reformasi pendidikan nasional. Lima prioritas ESD sejalan dengan implementasi dari Sembilan Episode Merdeka Belajar, contohnya yakni Kampus Merdeka, Penyesuaian Dana Bos, Organisasi Penggerak, Guru Penggerak, dan Program Sekolah Penggerak.
Hendarman menekankan bahwa semua dapat duduk melakukan sinergitas lintas sektor, dan memiliki rasa kepemilikan bersama, bersama-sama meningkatkan proses belajar-mengajar yang berkualitas, sehingga gerakan/kampanye ESD dapat tersebar secara masif serta dapat mendukung esensi kebijakan Merdeka Belajar yang saat ini digalakkan Kemendikbud, misalnya, Guru Penggerak ataupun Sekolah Penggerak.
Asri Tresnawati, Kepala Bidang Pengembangan Generasi Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga menambahkan bahwa ESD merupakan salah satu pemahaman penting dalam mendukung gerakan peduli dan berbudaya lingkungan hidup di sekolah. Salah satu program yang di usung oleh KLHK adalah Sekolah Adiwiyata, yakni penghargaan yang diberikan kepada sekolah yang berhasil melaksanakan gerakan baik tersebut. Ia juga mengharapkan adanya peningkatan koordinasi antar lembaga untuk menghadapi tantangan isu lingkungan hidup agar dapat diprioritaskan dalam kurikulum dan dalam penyusunan kebijakan pendidikan nasional.
Menanggapi hal yang berkaitan dengan kurikulum pendidikan, Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan, yang diwakili oleh Jarwadi, mengungkapkan bahwa ada beberapa cara untuk mengintegrasikan muatan ESD ke dalam Kurikulum Pendidikan, khususnya Pendidikan Dasar dan Menengah, yakni melalui muatan pelajaran intrakurikuler, kokurikuler dalam bentuk tugas membuat proyek ESD, ekstrakurikuler, dan penguatan budaya sekolah.
Pada kesempatan yang sama, Koordinator Nasional ESD, KNIU, Kemendikbud, Ananto Kusuma Seta, menyampaikan harapannya dengan telah terintegrasinya ESD ke dalam kurikulum nasional. Ia menilai bahwa pentingnya ESD termaktub dalam SDGs, khususnya target 4.7. ESD adalah ruh di dalam pencapaian target 1 hingga target 17 pada SDGs, ataupun upaya-upaya yang saat ini dilakukan, baik dari pengentasan kemiskinan, climate change, yang kuncinya dari semua itu adalah pendidikan. Ia juga menegaskan, ESD bukan sebuah proyek namun sebuah gerakan bersama yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait.
Selain itu, pada lokakarya ini juga mendiskusikan implementasi dan lesson learned terkait ESD. Diawali dengan presentasi dari Direkorat Sekolah Dasar (SD) melalui Supriyatno, Koordinator Bidang Tata Kelola, yang memberikan pernyataan bahwa ESD memiliki peran penting untuk menyadarkan dan mengembangkan individu khususnya para pelajar agar mengambil keputusan dan tindakan yang bertanggung jawab bagi lingkungannya, kesejahteraan masyarakat dan kelangsungan ekonomi baik di masa sekarang maupun yang akan datang. Beberapa contoh integrasi ESD yakni dalam Tata Kelola UKS dan Pembinaan peserta didik dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, Program Kurangi Sampah Sekolah Kita (Kurassaki), Edukasi Gizi Seimbang, dan sebagainya.
Kemudian, Maulani Mega Hapsari, Koordinator Bidang Peserta Didik dari Direktorat Sekolah Menengah Pertama (SMP) menambahkan bahwa nilai-nilai ESD menjadi rujuan untuk proses transformasi peserta didik agar menjadi insan cerdas komprehensif dan kompetitif. Beberapa implemetasi tersebut dituangkan dalam kegiatan ekstrakurikuler keolahragaan untuk menanamkan sikap disiplin dan menghasilkan peserta didik yang sehat, kuat, mentalitas positif, dan berprestasi. Contoh lainnya yakni kegiatan Pramuka Penggalang, sebagai upaya untuk menanamkan sikap jujur, tanggung jawab, dan disiplin. Ia menegaskan bahwa pengimplementasian nilai-nilai ESD tidak berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran atau materi kegiatan ekstrakurikuler, tapi terintegrasi dalam pembinaannya.
Dilanjutkan penyampaian implementasi oleh Koordinator Bidang Tata Kelola dari Direktorat Sekolah Menegah Atas (SMA), Winner Jihad Akbar, yang mengharapkan adanya peningkatan kolaborasi antara Kemendikbud, Pemerintah Daerah, Sekolah, orang tua siswa, serta Organisasi Pendidikan untuk menumbuhkan rasa kepemilikan bersama terhadap keberlanjutan program-program di SMA. Contoh implementasi di tingkat SMA seperti pelaksanaan sosialisasi dan advokasi program Sekolah Penggerak, Pembelajaran Paradigma Baru, Program Pengembangan Kewirausahaan/Keterampilan Siswa, Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan sebagainya.
Selain itu, Direktur Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), M. Bakrun, yang secara komprehensif memberikan gambaran implementasi ESD berdasarkan prirotas aksinya di dalam SMK. Contoh utama dari sisi kebijakan yakni sebagaimana tertuang dalam episode delapan Merdeka Belajar, yakni SMK Pusat Keunggulan sebagai program pembangunan berkelanjutan. Tidak luput disampaikan juga pentingnya kemitraan dan penyelarasan dengan dunia kerja dan dunia usaha, akselarasi pelatihan upskilling dan reskilling guru berbasis dunia kerja dan dunia usaha, mendorong SMK untuk mengembangkan pendidikan produk kreatif dan kewirausahaan, dan juga mengembangkan teaching factory di SMK untuk membekali lulusan SMK dengan kompetensi teknis yang utuh dan riil serta karakter yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Selaras dengan hal tersebut, Megawati Santoso sebagai perwakilan dari Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, menyampaikan pentingnya pemahaman ESD dalam mendukung skills acquisition seperti mengembangkan kemampuan kognitif dan non-kognitif, contohnya kemampuan memecahkan masalah, berpikir kritis, kreatif, kerja sama, komunikasi, serta penyelesaian konflik sebagai kemampuan di luar pekerjaan yang sangat penting dimiliki oleh pembelajar. Beberapa contoh implementasi ESD ke dalam kebijakan seperti rekognisi pembelajaran lampau, jalur cepat D3 menjadi D4, jalur cepat SMK-D2, dan sebagainya. Diharapkan kebijakan tersebut dapat meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa, memfasilitasi mahasiswa untuk berkolaborasi satu sama lain dalam belajar dan praktikum, membimbing penggunaan teknologi secara optimal, dan sebagainya.
Kemudian ada dua lesson learned yang dapat dijadikan contoh oleh penentu kebijakan hingga tingkat universitas dan sekolah. Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Panut Mulyono, menunjukkan bahwa UGM mendorong Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) dengan menggunakan paradigma “Empowerment” dan berbasis riset. Ia menambahkan bahwa KKN-PPM menjadi mata kuliah wajib bagian integral ESD, yang memberikan banyak manfaat dalam peningkatan kapasitas individu. Selain itu, UGM pun menjadi bagian dari Komite Asia-Pasifik Regional Centres of Expertises (RCE) yang bertujuan untuk memberikan edukasi formal, nonformal dan informal di bidang ESD, memberikan informasi, penyadaran, pembelajaran, aksi dan mobilisasi massa/komunitas, serta menggerakkan bangsa ke arah kehidupan dan pembangunan masa depan yang lebih berkelanjutan, dan secara aktif terlibat dan berperan dalam kerja sama dan networking ESD di tingkat nasional dan internasional. UGM juga menerapkan dan mengembangkan konsep Sustainable Campus, yakni kampus sebagai sarana implementasi ESD untuk mahasiswa dan masyarakat, yang dibangun dan diukur dengan kerangka GreenMetric dan THE Impact.
Dari tingkat SMA, Ali Chudori selaku Kepala Sekolah SMA Labschool Cibubur, memberikan beberapa informasi terkait lesson learned terkait penerapan ESD di sekolah, yakni dengan mengimplementasikan nilai-nilai ESD ke dalam proses pembelajaran, mengintegrasikan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler, mendorong tingkat keaktifan organisasi siswa, mengikutsertakan orang tua dan Parent Teacher Association (PTA), serta menggalakkan budaya baru di sekolah. Contoh program implementasi tersebut yakni Sekolah Siaga Bencana, Duta Lingkungan, Sorting Garbage, One Students One Tree, dan sebagainya.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#merdekabelajar
#bersamahadapikorona
#BersamaBergerakPulih
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 110/sipres/A6/IV/2021
Ketua Harian KNIU, Arief Rachman, menyampaikan bahwa lokakarya ini merupakan salah satu pendekatan dalam mencapai pendidikan yang berkualitas melalui pembangunan berkelanjutan. “Pendidikan yang berkualitas akan mendapatkan relevansi jika diintegrasikan dengan perspektif ESD melalui penyediaan kapasitas yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam menangani isu dunia terkini dan tantangan global,” ucapnya ketika membuka kegiatan tersebut di Bintaro, Tangerang Selatan, Selasa (6/4).
Turut mengaminkan pernyataan Arief Rachman, Plt. Direktur dan Representatif Kantor UNESCO Jakarta, Hans Thulstrup, yang hadir secara daring mengungkapkan kegembiraannya dengan pelaksanaan lokakarya ini. Ia berharap, negara anggota UNESCO termasuk Indonesia dapat terus secara aktif mengintegrasikan, mempromosikan, serta menyediakan peluang untuk pelibatan lintas sektor pemangku kebijakan dalam pengembangan inisiatif ESD skala nasional.
Mee Young Choi, selaku Kepala Bagian Pendidikan di UNESCO Office Jakarta, memberikan gambaran pentingnya pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan diintegrasikan ke dalam kebijakan, dan juga pada pelaksanaan program di tingkat nasional sehingga sekolah. Tujuan ESD 2030 untuk membangun dunia yang lebih adil dan berkelanjutan. Lima prioritas ESD yaitu: penguatan kebijakan (advancing policy), transformasi lingkungan pembelajaran (transforming learning environments), peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan (building capacities of educators), pemberdayaan dan mobilisasi kaum muda (empowering and mobilizing youth), serta mendorong percepatan aksi nyata di tingkat lokal atau komunitas (accelerating local level actions).
Amich Alhumami, Direktur Agama, Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), menilai bahwa ESD yang merupakan bagian dari agenda SDGs 2030 memberikan landasan kokoh yang meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk menjadi penopang proses transformasi sosial, ekonomi, budaya menuju Indonesia Emas, dan selaras dengan visi Indonesia 2045.
Ia pun menegaskan bahwa Bappenas menyusun sebuah dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang memuat seluruh agenda SDGs dalam kerangka kebijakan nasional. “Jika pencapaian target SDGs dilakukan dengan baik, khususnya dengan membangun sistem pendidikan yang tercermin pada peningkatan kualifikasi pendidikan penduduk indonesia, maka akan berkontribusi terhadap produktifitas bangsa serta memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi negara” jelas Amich.
Plt. Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Kemendikbud, Hendarman, menyampaikan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar, sebagai bentuk reformasi pendidikan nasional. Lima prioritas ESD sejalan dengan implementasi dari Sembilan Episode Merdeka Belajar, contohnya yakni Kampus Merdeka, Penyesuaian Dana Bos, Organisasi Penggerak, Guru Penggerak, dan Program Sekolah Penggerak.
Hendarman menekankan bahwa semua dapat duduk melakukan sinergitas lintas sektor, dan memiliki rasa kepemilikan bersama, bersama-sama meningkatkan proses belajar-mengajar yang berkualitas, sehingga gerakan/kampanye ESD dapat tersebar secara masif serta dapat mendukung esensi kebijakan Merdeka Belajar yang saat ini digalakkan Kemendikbud, misalnya, Guru Penggerak ataupun Sekolah Penggerak.
Asri Tresnawati, Kepala Bidang Pengembangan Generasi Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga menambahkan bahwa ESD merupakan salah satu pemahaman penting dalam mendukung gerakan peduli dan berbudaya lingkungan hidup di sekolah. Salah satu program yang di usung oleh KLHK adalah Sekolah Adiwiyata, yakni penghargaan yang diberikan kepada sekolah yang berhasil melaksanakan gerakan baik tersebut. Ia juga mengharapkan adanya peningkatan koordinasi antar lembaga untuk menghadapi tantangan isu lingkungan hidup agar dapat diprioritaskan dalam kurikulum dan dalam penyusunan kebijakan pendidikan nasional.
Menanggapi hal yang berkaitan dengan kurikulum pendidikan, Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan, yang diwakili oleh Jarwadi, mengungkapkan bahwa ada beberapa cara untuk mengintegrasikan muatan ESD ke dalam Kurikulum Pendidikan, khususnya Pendidikan Dasar dan Menengah, yakni melalui muatan pelajaran intrakurikuler, kokurikuler dalam bentuk tugas membuat proyek ESD, ekstrakurikuler, dan penguatan budaya sekolah.
Pada kesempatan yang sama, Koordinator Nasional ESD, KNIU, Kemendikbud, Ananto Kusuma Seta, menyampaikan harapannya dengan telah terintegrasinya ESD ke dalam kurikulum nasional. Ia menilai bahwa pentingnya ESD termaktub dalam SDGs, khususnya target 4.7. ESD adalah ruh di dalam pencapaian target 1 hingga target 17 pada SDGs, ataupun upaya-upaya yang saat ini dilakukan, baik dari pengentasan kemiskinan, climate change, yang kuncinya dari semua itu adalah pendidikan. Ia juga menegaskan, ESD bukan sebuah proyek namun sebuah gerakan bersama yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait.
Selain itu, pada lokakarya ini juga mendiskusikan implementasi dan lesson learned terkait ESD. Diawali dengan presentasi dari Direkorat Sekolah Dasar (SD) melalui Supriyatno, Koordinator Bidang Tata Kelola, yang memberikan pernyataan bahwa ESD memiliki peran penting untuk menyadarkan dan mengembangkan individu khususnya para pelajar agar mengambil keputusan dan tindakan yang bertanggung jawab bagi lingkungannya, kesejahteraan masyarakat dan kelangsungan ekonomi baik di masa sekarang maupun yang akan datang. Beberapa contoh integrasi ESD yakni dalam Tata Kelola UKS dan Pembinaan peserta didik dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, Program Kurangi Sampah Sekolah Kita (Kurassaki), Edukasi Gizi Seimbang, dan sebagainya.
Kemudian, Maulani Mega Hapsari, Koordinator Bidang Peserta Didik dari Direktorat Sekolah Menengah Pertama (SMP) menambahkan bahwa nilai-nilai ESD menjadi rujuan untuk proses transformasi peserta didik agar menjadi insan cerdas komprehensif dan kompetitif. Beberapa implemetasi tersebut dituangkan dalam kegiatan ekstrakurikuler keolahragaan untuk menanamkan sikap disiplin dan menghasilkan peserta didik yang sehat, kuat, mentalitas positif, dan berprestasi. Contoh lainnya yakni kegiatan Pramuka Penggalang, sebagai upaya untuk menanamkan sikap jujur, tanggung jawab, dan disiplin. Ia menegaskan bahwa pengimplementasian nilai-nilai ESD tidak berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran atau materi kegiatan ekstrakurikuler, tapi terintegrasi dalam pembinaannya.
Dilanjutkan penyampaian implementasi oleh Koordinator Bidang Tata Kelola dari Direktorat Sekolah Menegah Atas (SMA), Winner Jihad Akbar, yang mengharapkan adanya peningkatan kolaborasi antara Kemendikbud, Pemerintah Daerah, Sekolah, orang tua siswa, serta Organisasi Pendidikan untuk menumbuhkan rasa kepemilikan bersama terhadap keberlanjutan program-program di SMA. Contoh implementasi di tingkat SMA seperti pelaksanaan sosialisasi dan advokasi program Sekolah Penggerak, Pembelajaran Paradigma Baru, Program Pengembangan Kewirausahaan/Keterampilan Siswa, Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan sebagainya.
Selain itu, Direktur Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), M. Bakrun, yang secara komprehensif memberikan gambaran implementasi ESD berdasarkan prirotas aksinya di dalam SMK. Contoh utama dari sisi kebijakan yakni sebagaimana tertuang dalam episode delapan Merdeka Belajar, yakni SMK Pusat Keunggulan sebagai program pembangunan berkelanjutan. Tidak luput disampaikan juga pentingnya kemitraan dan penyelarasan dengan dunia kerja dan dunia usaha, akselarasi pelatihan upskilling dan reskilling guru berbasis dunia kerja dan dunia usaha, mendorong SMK untuk mengembangkan pendidikan produk kreatif dan kewirausahaan, dan juga mengembangkan teaching factory di SMK untuk membekali lulusan SMK dengan kompetensi teknis yang utuh dan riil serta karakter yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Selaras dengan hal tersebut, Megawati Santoso sebagai perwakilan dari Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, menyampaikan pentingnya pemahaman ESD dalam mendukung skills acquisition seperti mengembangkan kemampuan kognitif dan non-kognitif, contohnya kemampuan memecahkan masalah, berpikir kritis, kreatif, kerja sama, komunikasi, serta penyelesaian konflik sebagai kemampuan di luar pekerjaan yang sangat penting dimiliki oleh pembelajar. Beberapa contoh implementasi ESD ke dalam kebijakan seperti rekognisi pembelajaran lampau, jalur cepat D3 menjadi D4, jalur cepat SMK-D2, dan sebagainya. Diharapkan kebijakan tersebut dapat meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa, memfasilitasi mahasiswa untuk berkolaborasi satu sama lain dalam belajar dan praktikum, membimbing penggunaan teknologi secara optimal, dan sebagainya.
Kemudian ada dua lesson learned yang dapat dijadikan contoh oleh penentu kebijakan hingga tingkat universitas dan sekolah. Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Panut Mulyono, menunjukkan bahwa UGM mendorong Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) dengan menggunakan paradigma “Empowerment” dan berbasis riset. Ia menambahkan bahwa KKN-PPM menjadi mata kuliah wajib bagian integral ESD, yang memberikan banyak manfaat dalam peningkatan kapasitas individu. Selain itu, UGM pun menjadi bagian dari Komite Asia-Pasifik Regional Centres of Expertises (RCE) yang bertujuan untuk memberikan edukasi formal, nonformal dan informal di bidang ESD, memberikan informasi, penyadaran, pembelajaran, aksi dan mobilisasi massa/komunitas, serta menggerakkan bangsa ke arah kehidupan dan pembangunan masa depan yang lebih berkelanjutan, dan secara aktif terlibat dan berperan dalam kerja sama dan networking ESD di tingkat nasional dan internasional. UGM juga menerapkan dan mengembangkan konsep Sustainable Campus, yakni kampus sebagai sarana implementasi ESD untuk mahasiswa dan masyarakat, yang dibangun dan diukur dengan kerangka GreenMetric dan THE Impact.
Dari tingkat SMA, Ali Chudori selaku Kepala Sekolah SMA Labschool Cibubur, memberikan beberapa informasi terkait lesson learned terkait penerapan ESD di sekolah, yakni dengan mengimplementasikan nilai-nilai ESD ke dalam proses pembelajaran, mengintegrasikan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler, mendorong tingkat keaktifan organisasi siswa, mengikutsertakan orang tua dan Parent Teacher Association (PTA), serta menggalakkan budaya baru di sekolah. Contoh program implementasi tersebut yakni Sekolah Siaga Bencana, Duta Lingkungan, Sorting Garbage, One Students One Tree, dan sebagainya.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#merdekabelajar
#bersamahadapikorona
#BersamaBergerakPulih
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 110/sipres/A6/IV/2021
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 5118 kali
Editor :
Dilihat 5118 kali