Upaya Kemendikbudristek Tingkatkan Mutu Pembelajaran Vokasi dalam Bidang Industri Kreatif  26 September 2021  ← Back

Jakarta, Kemendikbudristek --- Searah dengan kebijakan Presiden RI Jokowi, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), terus mendorong tercapainya visi nasional dalam mewujudkan SDM unggul, melalui peningkatan mutu pembelajaran vokasi di bidang industri kreatif. Upaya tersebut diwujudkan dengan meresmikan Pendidikan Tinggi Vokasi Multimedia Nusantara Polytechnic (MNP).

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim menyatakan bahwa ini merupakan bukti keseriusan dan komitmen Kemendikbudristek dalam mencapai visi nasional perwujudan SDM Unggul. Seperti yang diketahui, Kemendikbudristek telah menghadirkan skema baru dalam kolaborasi satuan pendidikan dengan mitra usaha dan industri, yakni link and match 8+i. Ia mengatakan, kehadiran MNP merupakan harapan baru dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran vokasi, khususnya di bidang industri kreatif.

“Bapak presiden Jokowi sempat menyatakan bahwa dalam satu kesempatan, industri kreatif merupakan industri masa depan yang berperan besar sekali dalam membangun ekonomi nasional. Saya yakin, MNP akan menjadi jawaban untuk kebutuhan kita memiliki pelaku industri kreatif yang tidak hanya terampil, tetapi punya memiliki kompetisi manajerial, kreatif, dan berani berinovasi,” ucapnya.

Melengkapi, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Wikan Sakarinto memaparkan beberapa upaya meningkatkan mutu pembelajaran vokasi di bidang industri kreatif. Pertama, tingkatkan pemahaman konteks dengan lebih kuat. Kedua, terkait kebijakan link and match dan link and super match.

Terkait poin pertama, Dirjen Wikan menyampaikan bahwa MNP akan menciptakan dampak hebat bagi Indonesia yang menjadi salah satu kunci kekuatan bangsa di masa depan  dan akan menjadi pusat inovasi atau teaching factory. Lalu poin kedua terkait kebijakan link and match 8+i, menurutnya kebijakan utama dalam menerjemahkan merdeka belajar adalah dengan mengakomodasi delapan poin minimum link atau link and match 8+i, serta lebih terang-terangan untuk vokasi.

“Link and match bukan barang baru, ini sudah lahir tahun 1980-an. Kalau kita perhatikan, indeks produktivitas SDM, kita bicara bonus demografi, membicarakan kekuatan Indonesia 2025 akan menjadi top five dengan PDB terbesar di dunia, itu benar adanya. Tetapi kita punya tugas yang besar yaitu meningkatkan produktivitas SDM. Jadi disini terlihat, yang jadi masalah bukan pada hard skills, tetapi lebih pada komitmen, soft skills, dan karakter,” terangnya.

Saat ini ungkap Wikan, masih terdapat empat keluhan industri terhadap lulusan vokasi. Pertama adalah kurangnya ketahanan dalam menghadapi tekanan dunia kerja. Kedua, kemampuan komunikasi lisan dan tulisan yang kurang baik. Ketiga, kurangnya kemampuan kerja sama dan keempat kurangnya inisiatif dan mudah bosan, itu terkait soft skills dan karakter. “Link and match ini jangan hanya penandatanganan MoU saja, tetapi juga harus bisa menghasilkan sebuah produk yang bisa dihilir ke pasar industri dan masyarakat,” tegasnya lagi.

Dalam acara ini turut hadir, CEO Kompas Gramedia, Lilik Oetama, yang berkesempatan menyampaikan bahwa Kemendikbudristek menaruh perhatian besar pada pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia. Hal tersebut menjadi fokus utama pendidikan vokasi agar dapat menjawab tantangan zaman dan kebutuhan dunia industri.

“Sejalan dengan visi mencerdaskan kehidupan bangsa, sekaligus turut mendukung dan menyukseskan program pemerintah dalam peningkatan kualitas SDM, Kompas Gramedia terpanggil untuk mendirikan MNP sebuah institusi pendidikan tinggi vokasi,” ujarnya.

Di sisi lain, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah III, Agus Setyo Budi mengatakan bahwa bagi Kemendikbudristek, pendidikan menjadi prioritas utama di Indonesia untuk memperkuat posisi Indonesia di tengah persaingan dunia. “Pendidikan yang tepat sasaran akan menentukan mutu SDM di sebuah negara,” ucapnya yakin.

Ketua Yayasan Multimedia Nusantara, Teddy Surianto dalam sambutan menuturkan, pendidikan vokasi adalah bentuk perguruan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan bangsa saat ini. Menurut hemat dia, jawaban yang paling relevan di tengah kondisi seperti ini adalah mengembangkan SDM yang menguasai keterampilan esensial dan kritikal. Sejalan dengan itu, kolaborasi dan kearifan lokal merupakan salah satu kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan tersebut.

“Pada kesempatan ini, atas nama yayasan, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi. Kontribusi kalian adalah perbuatan mulia bagi MNP untuk menjalankan misinya yaitu meningkatkan daya saing bangsa melalui pembangunan SDM unggul. Terima kasih Mendikbudristek, Dirjen Vokasi dan jajaran, LLDIKTI Wilayah III yang telah memberikan pembinaan pendirian MNP,” sampainya.

Sebagai simbol peresmian, acara ditutup dengan penandatanganan prasasti MNP yang dilakukan oleh Harli Oyong, Lilik Oetomo, Irwan Utama, Beni Bandanajaya, ST Sulastro, Agus Setiabudi, Teddy Surianto, dan Wikan Sakarinto.

MNP merupakan pendidikan tinggi vokasi yang baru diresmikan dan berlokasi di Gading Serpong, Tangerang. Terdapat tiga program studi yang berkaitan dengan Industri Kreatif, di antaranya Animasi Digital, Logistik Elektronik Niaga, dan Pengelolaan Acara. Nantinya, masing-masing prodi tersebut memiliki lulusan bergelar sarjana terapan (D4).* (Tamara/Najla/Sherika/Andina/Denty A.)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3488 kali